Selepas Perang Dunia kedua, perkembangan mode pria di Amerika Serikat terasa datar. Ketika Eropa banyak bereksperimen melalui kota-kota mode seperti Paris ataupun London, negeri Paman Sam cenderung stabil. Walaupun kini berkembang, semua termasuk salah satu yang dilakukan catalog ‘The International Male,’ yang perjalanannya dirangkum melalui sebuah dokumenter berjudul “All Man.”

“All Man” terbilang sebagai sebuah dokumenter yang punya penceritaan searah. Dimulai dengan awal sepak terjang Gene Burkard, yang memulai usahanya dengan mendirikan Brawn of California. Film ini juga menghadirkan Burkard sebagai salah satu narasumber sekaligus pelaku ceritanya. Burkard pun menceritakan bagaimana upayanya ketika terinspirasi untuk membuat pakaian dalam pria dari alat bantu kesehatan yang disebut suspensory.

all man
Courtesy of Peter Jones Productions, Bright Eyes © 2022

Malangnya, Burkard terlalu lebih cepat dari jamannya. Bila kita menyadari, apa yang diperkenalkan Burkard sebagai ‘Jock Sock’ kini lebih populer sebagai jock strap, terutama pada kelompok Gay. Kegagalan ini tetap membuat Burkard untuk mencari peluang bisnis lain. Masa Amerika Serikat yang kala itu mulai berkembang dengan hippies, yang memancing kebebasan untuk berkehendak, memberikan sebuah potensi baru: fashion.

Singkat cerita, “All Man” akan banyak membahas tentang The International Male, sebuah brand dari usaha Burkard. Pada masa keemasannya, ‘The International Male’ hadir sebagai jembatan mode bagi para pria straight dan gay. Seperti pada awalan tulisan ini, pria straight di Amerika cenderung menggunakan pakaian yang sama, polos. Hal ini amat berbeda dengan pria gay yang cenderung lebih bereksperimen dengan motif ataupun warna, layaknya mode pria yang amat jauh berkembang di Benua Eropa.

all man
Courtesy of Peter Jones Productions, Bright Eyes © 2022

Awalnya, saya mengira bila The International Male merupakan majalah sejenis Playgirl, yaitu majalah dewasa ala ‘Playboy’ untuk perempuan. Akan tetapi, ternyata berbeda. Walaupun dalam “All Man” beberapa narasumber mengakui jikalau barang cetak ini bisa menjadi bahan masturbasi mereka, “The International Male” sebetulnya adalah sebuah katalog belanja.

Burkard pun tak pernah mau untuk menyajikan model-model dengan pose syur. Ia tetap bermain dengan gaya sensual. Seperti yang diceritakan film ini, salah satu ciri khas katalog ini adalah sering memadukan dengan mode dari belahan dunia. Sebuah strategi dari Burkard yang memang hobi keliling dunia.

all man
Courtesy of Peter Jones Productions, Bright Eyes © 2022

Setelah berhasil menjadi salah satu icon di America, ‘The International Male’ memang tetap tidak bisa lepas dari imej gay-nya. Salah satu peristiwa yang di highlight dalam “All Man” adalah ketika meningkatnya jumlah penderita AIDS di jaman 80-an. ‘The International Male’ termasuk salah satu yang terdampak, baik dari karyawan mereka yang meninggal dunia, ataupun pelanggan setia mereka. Sampai-sampai, Anda akan menemukan sebuah segmen ‘In Memoriam’ sambil mendengar rekan-rekan yang masih hidup mengingat memori masa lampau. Cara ini sedikit mengingatkan saya dengan dokumenter “Harry Potter 20th Anniversary.”

Yang saya sukai “All Man” bercerita dari pada pelakunya. Tidak hanya mendiang Gene Burkard, film ini juga menghadirkan staf-staf yang masih hidup, sebut saja Gloria Tomita, Deon Brown, ataupun pengganti Burkard pasca diakuisisi Hanover Direct, Donn Wilson. Film ini juga menghadirkan beberapa model senior yang sering mengisi katalog ini: Steve Lyon, Brian Buzzini, Robert Goold, dan lainnya. Di film ini juga mereka sedikit menceritakan bagaimana yang terjadi pada masa tersebut.

all man
Courtesy of Peter Jones Productions, Bright Eyes © 2022

Secara penyajian, dokumenter ini hadir cukup terstruktur. Sebagai penonton, saya cukup dengan mudah mengikuti cerita yang ingin dihadirkan. Permainan visualisasi ataupun foto-foto dari masa lampau menghiasi selingan dari komentar-komentar para narasumber. Dengan berdurasi sepanjang 83 menit, film yang disutradarai oleh Bryan Darling dan Jesse Finley Reed cenderung terlihat sebuah tontonan yang edukatif.

Dari sudut pandang seseorang yang belum pernah mendengar The International Male, “All Man” adalah sebuah dokumenter lengkap yang membahas berkembang dan jatuhnya bisnis ini. Ini sedikit mengingatkan saya ketika menyaksikan dokumenter “All Things Must Pass,” walaupun pada film tersebut membahas industri musik. Buat saya, “All Man” merupakan sebuah tribut lengkap untuk The International Male, sekaligus memento dari sejarah mode pria di Amerika.

All Man: The International Male Story (2022)
83 menit
Documentary
Director: Bryan Darling, Jesse Finley Reed
Writers: Peter Jones
Full Cast: Matt Bomer, Brian Buzzini, Parvesh Cheena, John Coulter, Simon Doonan, Drew Droege, Robert Goold, William Graper, David Knight, Carson Kressley, Steven Lyon, Jake Shears, Valerie Steele, Tony Ward, John Watkins
#720 – All Man: The International Male Story (2022) was last modified: Juni 5th, 2023 by Bavner Donaldo