Uganda, si mutiara Afrika, menjadi setting utama dalam dokumenter “Bobi Wine: The People’s President.” Film yang diusung sebagai salah satu jagoan National Geographic di musim penghargaan tahun ini akan mengangkat bagaimana perlawanan Bobi Wine dalam menggulingkan pemerintahan negri di timur Afrika ini.

Bobi Wine, atau yang bernama asli Robert Kyagulanyi Ssentamu, merupakan seorang anggota parlemen Uganda untuk perwakilan distrik Wakiso, sebuah area di Uganda Tengah. Ia memimpin Jukwaa la Umoja wa Kitaifa, atau sebutan bagi The National Unity Platform, yang merupakan partai oposisi terbesar di Uganda. Yang membuat sosoknya lebih menarik, Bobi Wine mengawali kariernya sebagai penyanyi dan pemusik afrobeat.

bobi wine
Courtesy of National Geographic, Southern Films, Ventureland © 2022

Pada tahun 2019, nama Bobi Wine semakin penting ketika Ia diusung untuk menjadi calon presiden untuk pemilihan umum tahun 2021. Lawan mainnya, Yoweri Museveni, adalah seorang petahana dari partai National Resistance Movement, yang sudah menjabat sebagai presiden sejak tahun 1986. Parahnya, ketika menjelang pemilu tersebut, politik di Uganda semakin memanas seiring dengan rencana amandemen batas usia Presiden, dalam upaya mengusung Museveni untuk kesekian kalinya.

Di tengah konflik politik yang kotor, Bobi Wine seakan hadir sebagai sosok yang paling berani. Ia kerapkali membuat protes dan ajakan melalui karya musik-musik yang Ia ciptakan. Begitupula dengan upayanya dalam mengumpulkan suara. Kekalahan Wine di parlemen terkait amandemen konstitusi untuk batas usia Presiden menjadi gong bagi dirinya untuk bisa melawan kekuatan besar ini.

bobi wine
Courtesy of National Geographic, Southern Films, Ventureland © 2022

Sepintas, suguhan yang diperlihatkan “Bobi Wine: The People’s President” mengungkapkan bagaimana kotornya politik. Sosok Bobi yang vokal, sekaligus oposisi utama, mengalami serangkaian siksaan yang mengingatkan saya dengan upaya Orde Baru dalam mengamankan posisinya di negeri ini. Begitupula dengan aksi pihak militer yang semena-mena. Saking beraninya, mereka bisa sambil menyiksa seorang mayor yang sedang diwawancarai media. Sebuah kebrutalan tingkat dewa.

Ketika menyaksikan “Bobi Wine: The People’s President,” salah satu upaya yang saya lakukan adalah untuk tidak mau terlalu terlena. Ini juga yang saya lakukan ketika menyaksikan “20 Days in Mariupol.” Jika terlena, tentu dengan mudah kita akan menyudutkan sisi yang berlawanan dari media ini. Pada akhirnya, simpulan saya untuk perseteruan di Uganda terbilang amat tidak sehat. Selain memakan korban, upaya pengendali dengan aksi kekerasan pada oposisinya membuatnya menang atas kekuasaan, bukan atas suatu persaingan sehat akan ideologi dan semangat.

bobi wine
Courtesy of National Geographic, Southern Films, Ventureland © 2022

Peristiwa penangkapan Bobi Wine juga jadi salah satu adegan penting di film ini. Apalagi ketika anaknya bertemu dengan Bobi di rumah sakit, dan Ia memutuskan untuk pergi berobat di Amerika Serikat. Ia kuatir dengan injeksi obat yang diberikan. Bisa saja racun, pikirnya. Upaya Bobi dalam berupaya memainkan media barat pun jadi terasa kental layaknya Presiden Ukraina yang gemar menyudutkan Russia, dan ini jadi bagian paling menyebalkan buat saya.

Pada musim penghargaan tahun ini, “Bobi Wine: The People’s President” terpilih sebagai salah satu nominasi Academy Awards untuk kategori Best Featured Documentary. Menurut pikir hemat saya, kategori yang akhir-akhir ini memang amat politis, tentu akan memenangkan film ini ataupun “20 Days in Mariupol,” apalagi semenjak tidak terpilihnya “American Symphony” pada kategori ini.

bobi wine
Courtesy of National Geographic, Southern Films, Ventureland © 2022

Alhasil, “Bobi Wine: The People’s President” patut diacungi sebagai salah satu upaya barat dalam memperlihatkan kotornya politik di Uganda. Perlawanan yang dilakukan Bobi Wine sayangnya belum sesuai dengan yang diharapkan. Di penghujung 2023 kemarin, Ia kembali ditangkap. Akankah Bobi Wine berhasil melawan rezim? Saya rasa, selama perlawanan itu masih ada, maka waktu yang akan menjawab.

Bobi Wine: The People’s President (2022)
PG-13, 113 menit
Documentary
Director: Moses Bwayo, Christopher Sharp
Full Cast: Barbie Kyagulanyi, Bobi Wine
#787 – Bobi Wine: The People’s President (2022) was last modified: Januari 29th, 2024 by Bavner Donaldo