Pada bulan ini, Hulu menyajikan salah satu dokumenter yang cukup mengejutkan. Berjudul “God Forbid,” film ini akan membawa penonton untuk masuk ke dalam skandal seks dari salah satu pemimpin organisasi pendidikan keagamaan di Amerika. Yang terlihat, memang belum tentu memperlihatkannya semuanya kan?
Film ini langsung dimulai dengan menghadirkan Giancarlo Granda. Siapa sih dia? Pada tahun 2012, Ia merupakan seorang pool boy di Hotel Fontainebleau. Suatu ketika, saat Ia sedang bekerja dan bercengkrama dengan para pengunjung hotel, seorang perempuan menghampirinya dan kemudian mengajaknya untuk bertemu. Granda yang saat itu masih berusia 20 tahun, hanya terpikir dengan pemenuhan nafsunya. Ia pun menyetujui pertemuan tersebut.
Ada hal yang menarik di dalam pertemuan mereka. Granda ternyata tidak hanya bertemu dengan perempuan ini, melainkan termasuk suami perempuan tersebut. Perempuan itu mengatakan jika suaminya akan menyaksikan ketika keduanya bercumbu. Selepas dari kejadian tersebut, Granda berkenalan dengan keduanya. Mereka adalah Jerry Falwell Jr. dan Becki Tilley, sepasang suami istri yang juga memimpin salah satu universitas Kristen terbesar di Amerika Serikat.
Peristiwa tersebut ternyata tidak hanya sekedar layaknya one night stand yang begitu saja. Jerry dan Becki ternyata membangun hubungan dengan Granda. Granda kadang diajak untuk menemani mereka berdua, baik di Miami ataupun New York, namun dengan ending yang sama: seks. Walaupun demikian, Granda tak hanya jadi sebatas pemuas nafsu keduanya, Ia pun diajak sebagi rekan bisnis pasangan ini terlepas dari usianya yang masih amat muda.
Pada awalnya “God Forbid” terasa dikemas untuk jadi sebuah tontonan yang sensasional. Akan tetapi, seiring berjalannya durasi film ini, cerita menjadi semakin tidak terfokus. “God Forbid” seakan kehilangan arah, dan merembes dengan mengaitkan sosok-sosok yang seakan terlibat di dalam skandal ini.
Sebetulnya sih, film ini cukup membahas tentang bagaimana sisi yang tidak terlihat dari kehidupan Jerry Falwell Jr. dan istrinya. Cuma rasanya, filmmaker film ini terasa begitu menggebu-gebu untuk mengangkat sosok Jerry Falwell Sr., yang merupakan seorang penginjil dan berhasil membangun dinastinya yang kala itu dipimpin oleh anaknya itu, termasuk pula dengan dukungan Falwell Jr. yang ikut terlibat dalam pemenangan Trump sebagai Presiden Amerika Serikat.
Dalam nalar saya, semua manusia memang tidak ada yang sempurna. Bila diperhatikan sedari awal, baik Becky, Jerry ataupun Giancarlo juga memiliki consent dengan apa yang mereka lakukan. Sehingga pada akhirnya, yang perlu disadari publik adalah bahwa kita tidak perlu untuk terlalu mendewakan yang terlihat hebat. Walaupun dikaitkan sebagai pemimpin dari universitas Kristen terbesar, saya menilai Jerry Falwell Jr. lebih sebagai seorang businessman, bukan seorang spiritual leader, yang amat berbeda dengan ayahnya. Konteks inilah yang perlu dipahami penonton.
Entah apa motifnya, “God Forbid” sebetulnya punya tema yang menarik namun seakan tenggelam dengan upaya mengaitkan semua-semuanya, misalnya pandangan politik Falwell senior yang sama sekali sudah jauh dari topik bahasan utamanya. Ujungnya, semua menjadi terasa berlebihan. Yang dibahas dalam pandangan Falwell Senior pun juga sebetulnya tidak mencerminkan pandangan anaknya. Toh, ini sudah dua hal dalam konteks yang amat berbeda.
Andai saja “God Forbid” dibahas untuk lebih dalam mengenai kasus yang menjadi intinya, sebetulnya akan terasa sah-sah saja. Suatu skandal tentu akan amat menarik apabila yang menjadi target adalah orang-orang yang berada di puncaknya. Memang benar kata pepatah, “Semakin tinggi pohon, maka akan semakin kencang angin menerpanya.”
Alhasil, dokumenter yang awalnya saya cukup tertarik untuk disaksikan menjadi sesuatu yang membosankan. Semua berkat alih-alih untuk mengaitkan hal yang terlalu jauh, menurut saya. Pengaitan masalah diskriminasi rasial, tentu secara sekilas punya hubungan yang amat jauh dari skandal nafsu daging ini. Saya sampai amat terkejut ketika peristiwa Selma dikait-kaitkan dalam kisahnya. “God Forbid” memang benar-benar offiside, walaupun sebetulnya Ia bermaksud berkisah tentang peristiwa yang meruntuhkan sebuah dinasti.
