“Joy” merupakan sebuah film yang akan memberikan perasaan sama seperti judulnya. Film ini diangkat dari sebuah semi-autobiografi mengenai seorang pengusaha wanita bernama Joy Mangano, bagaimana Ia mampu mengejar impiannya dari kehidupannya yang sudah cukup suram.
Joy adalah seorang janda, yang uniknya masih satu atap dengan suaminya, Tony, diperankan oleh Édgar Ramirez, yang tinggal di ruang bawah tanah. Ia juga hidup bersama keluarga kecilnya: neneknya Mimi, ibunya Terry dan kedua anaknya. Ini juga ditambah dengan sang ayah, Rudy, yang diperankan oleh Robert De Niro.
Joy hidup dengan “kesuraman”: perceraian orangtuanya, mantan suaminya yang masih menumpang, hingga kondisi ibunya yang lari dari kenyataan dengan terus menyaksikan opera sabun. Namun Joy selalu didorong oleh Mimi, “You are going to grow up, and be a strong, smart, young woman. Go to school, meet a fine young man, have a beautiful children of your own, and you’re gonna build a wonderful things that you do in your room.” Alhasil, keputusannya untuk keluar dari kenyamanan membawa dirinya ke sebuah dunia baru: bisnis.
David O. Russell, sutradara dan penulis naskah film ini, cukup menyulap kehidupan Joy Mangano menjadi sebuah inspirasi yang menyegarkan. Ia memodifikasi naskah asli Annie Mumolo, menambahkan beberapa sosok untuk mendramatisir, dan menghadirkan paket “Silver Linings Playbook” versi baru.
Menariknya, Russell mengemas cerita ini melalui narasi Mimi, yang akan meninggal di ceritanya, namun berupaya mengisahkan perjuangan cucunya di film ini. Selain itu, dramatisasi ala-ala opera sabun 80-an, tontonan Terry di sepanjang film ini, cukup berhasil menjadi salah satu alegori bagi Joy mengenai kehidupan Ibunya, sekaligus imajinasi buruk baginya.
Jennifer Lawrence, Robert De Niro, dan Bradley Cooper kembali hadir sebagai kombinasi yang masih agak serupa, dan cukup konsisten. Mungkin hanya peran Bradley Cooper sebagai Neil, sosok fiktif yang sengaja dibuat Russell, yang terkesan hadir “agak dipaksakan.” Diluar daripada itu, Lawrence benar-benar kembali. It’s a must watch for her fans. Penampilan Lawrence dalam film ini cukup outstanding untuk memerankan sosok Joy sebagai janda beranak dua yang kuat, tegar, dan menginspirasi.
Diluar dari ketiganya, ada beberapa pemain yang tampil lumayan mencuri perhatian saya. Diantaranya, sosok Mimi yang diperankan oleh Diane Ladd, Terry yang diperankan oleh Virginia Madsen, dan Isabella Rosellini yang memerankan Trudy. Ketiga wanita ini berhasil memberi bumbu-bumbu cerita dalam kisah Joy: Mimi si motivator, Terry si contoh buruk, dan Trudy si pemodal.
Drama komedi ini akan cukup mungkin patut menjadi salah satu contenders di Academy Award yang ke 88, walaupun terasa seperti formula yang aman. “Joy” cukup berhasil dihadirkan sebagai tontonan inspirasi yang dikemas seru, melalui hadirnya karakter-karakter aneh di sekelilingnya dan petualangan jatuh bangkit Joy dalam membangun dinastinya sendiri.