Tanpa alasan dan ekspektasi, saya memilih film ini sebagai sinema pilihan dari Korea Selatan. Ternyata, ini pilihan yang tepat. “Miss Granny” berkisah tentang seorang nenek yang mendapatkan kesempatan untuk kembali menjadi muda. Tontonan selama 124 menit ini akan membawa penonton ke permainan emosi drama Korea Selatan yang selalu membuat campur aduk.
Oh Mal-Soon, seseorang nenek berusia 74 tahun yang diperankan Na Moon-Hee, menghadapi kondisi yang kurang mengenakkan di rumah. Sikapnya yang keras dan selalu berbeda dengan menantunya, Ae-Ja, yang diperankan Hwang Jun-Min, malah berakhir dengan kondisi menantunya yang semakin tertekan. Di usia tuanya, Ia masih aktif bekerja. Ia menjaga sebuah kedai kopi bersama Mr. Park, seseorang kerabat lamanya yang diperankan Park In-Hwan.
Mal-Soon termasuk nenek yang cerewet, keras, bermulut tajam, dan tidak tahu malu. Akan tetapi dari semuanya itu, Ia selalu membanggakan putra tunggalnya, Ban Hyun-Chul, yang diperankan Sung Don-Il. Hyun-Chul adalah seorang gerontologist (ahli ‘lanjut usia’) ternama. Membesarkan Hyun-Chul adalah sebuah anugerah terbesar bagi Mal-Soon. Disaat Ia harus membesarkannya, Ia ditinggal mati sang suami di Jerman.
Puncaknya, Ae-Ja yang depresi masuk ke rumah sakit. Malang, ketidakharmonisan antara mertua dan menantu membuat mereka ke sebuah pilihan sulit. Hyun-Chul malah berencana untuk memasukkan Mal-Soon ke sebuah panti jompo. Kondisi ini semakin membuat dirinya tertekan akan putra yang dibanggakannya. Alhasil, Ia memutuskan untuk mengambil sebuah foto, yang ditujukan untuk menjadi official photo saat Ia meninggal. Ternyata, ini malah membawanya ke sebuah situasi yang tidak diduganya: Ia kembali menjadi muda.
Awal bagian cerita sudah hadir dengan menarik. Saya suka dengan analogi wanita dan olahraga yang dijelaskan film ini. Begitupun dengan definisi yang dipakai pemeran utama kita: dodge ball. Ia memilih analogi ini ketimbang seperti bola golf yang disetarakan pada golongan usianya. Seperti yang telah sempat saya utarakan diatas, saya menyaksikan film ini tanpa ekspektasi. Tidak mengira jalan cerita, ternyata mengajak penonton untuk masuk ke situasi penuh fantasi, komedi, serta tidak ketinggalan, percintaan.
Sebagai salah satu penikmat film, serial hingga konten-konten Korea Selatan, saya baru menemukan seorang aktris yang bisa memikat saya dengan kualitas aktingnya. Dia adalah Shim Eun-Kyung. Saya tidak mengira, di usianya yang baru 19 tahun kala itu, Ia dengan apiknya memerankan sosok nenek 70-an dengan aksen dan tingkah laku yang cukup brillian. Apalagi dengan nuansa film ini yang cukup terbilang masuk ke genre music juga. Saya sangat menyukai dengan interpretasinya untuk mendaur ulang lagu “빗물,” yang merupakan salah satu lagu pop lawas. Ada beberapa lagu lawas juga yang dimasukkan ke dalam film ini, seperti “나성에 가면” dan “하얀나비.” Yang pasti, pembawaan ceria Eun-Kyung akan menghilangkan nuansa lawas dari lagu-lagu tersebut.
Seperti biasa, tentu harus ada yang menjadi love interest dari karakter utama kita. Pada film ini, aktor Lee Jin-Wook mengisi peran itu, walaupun dengan porsi karakter yang tidak terlalu dominan. Sedangkan another love interest terkesan dari karakter Ji-Ha, yang diperankan oleh personil B1A4 Jin Young.
Sebetulnya, film ini terasa cukup panjang. Namun, pembawaan komedi yang dihadirkan tidak berhenti untuk membuat saya tertawa. Termasuk dengan momen-momen masa lalu Mal-Soon yang tidak mudah. Kembali membawa saya ke dalam mode rekfleksi penuh arti. Baiknya, Mal-Soon memang tidak digambarkan sebagai karakter yang tanpa cela. Di awal film, kita akan menyaksikan seorang perempuan yang punya dendam kesumat padanya akibat mencuri resep rahasia usaha keluarganya, dan mengakibatkan kehidupan keluarganya terpuruk. Yah, Mal-Soon sudah punya bad record dalam kehidupannya. Tapi, saya mencoba mengaitkan dengan masa lalunya yang terbilang sulit. Menjadi seorang single mom, tanpa harta, suami dan anak yang lahir dengan kondisi lemah.
Film ini adalah salah satu tontonan keluarga yang menarik. Tidak heran, film ini berhasil menjadi salah satu box office di negara asalnya, dan menjadi film Korea Selatan terlaris sepanjang masa ke-13 (sampai tulisan ini dipublikasikan). Yang juga menarik, ternyata konsep cerita unik ini berhasil membuat beberapa negara membuat remake-nya. Diawali dengan Tiongkok lewat “20 Once Again”, lalu Vietnam dengan “Sweet 20,” Jepang dengan “Suspicious Girl,” Thailand dengan “Suddenly 20”, dan menyusul buatan Indonesia yang berjudul “Sweet 20” serta dua adaptasi versi Amerika; satu dalam Bahasa Inggris, dan satu lagi dalam Bahasa Spanyol. Wow!
Ucapan Hyun-Chul pada Ibunya mungkin jadi adegan yang paling menusuk disini: “There was a young single mother who just had a newborn. But that newborn was very ill and wasn’t getting better. Everyday, the baby went between life and death. But his mother was so poor that she couldn’t do anything for her baby. So she took him in her arms and said in tears, ‘Hang in there, Baby. … Please hang on for dear life’ … When you go please don’t eat from the trashcan. Don’t work at the fish market. For your child, don’t sacrifice everything for your child. Don’t marry a man with a short life. And please don’t have a bad son like me.” Dan yang paling ‘menusuk’ adalah balasan Mal-Soon, “Even if I’m born again, I’ll live my life just the way I lived before. Even if it’s hard, I won’t change a thing. So that I can be your mommy. And you can be my baby again.” That was so touching…
Pada akhirnya, kita semua patut menyadari bahwa menjadi semakin tua adalah sebuah takdir. Serta, kesempatan kedua untuk menjadi muda lagi seperti Mal-Soon mungkin hanya bisa kita jumpai di film saja. Juga, yang saya tangkap dari film ini adalah bersyukur, menikmati kehidupannya seperti Oh Mal-Soon yang terbilang sempat mengalami masa-masa yang pahit. Ia tidak menyesal akan hal tersebut, sebab Ia merasa berhasil menjadi seorang Ibu yang bisa mengantarkan putra tunggalnya bisa jadi sedemikian sukses baginya. Lovely!