Setelah cukup puas dengan “Day of the Fight,” Stanley Kubrick menghadirkan kisah “Flying Padre,” sebuah perjalanan suka duka dua hari aktivitas Pastor Fred Stadmueller. Film ini hanya berdurasi 8 menit dan dimulai dengan sebuah narasi mengenai sebuah pesawat Piper Cub, yang diberi nama “Spirit of St. Joseph.”
Spirit of St. Joseph ternyata diawaki oleh seorang Pastor yang bertugas untuk menjangkau wilayah tugasnya yang cukup besar, sekitar 400 mil persegi. Untuk itu, dengan mengendarai sebuah pesawat memampukan Stadmueller untuk melaksanakan aktivitas hari-harinya sebagai pemimpin agama.
Kubrick menghadirkan tontonan singkat, namun padat tentang kehidupan karakter utamanya. Mulai dari hobi, kegiatan profesi utamanya, hingga bagaimana peran seorang pemimpin agama diperlukan. Misalnya, dari salah satu hal yang paling sederhana: melerai perselisihan.
Dalam sebuah wawancara di tahun 1969, Stanley Kubrick menyebut film ini sebagai sebuah tontonan yang “bodoh.” Menurut saya, film yang dikemas cukup seperti semi dokumenter pendek ini memang terkesan tidak riil. Banyak adegan yang terkesan dibuat-buat, terutama ketika adegan salah seorang anak perempuan kecil yang mengadu pada sang Pastor. Pada adegan selanjutnya, ketika Stadmueller berusaha menasihati oknum yang bersalah, Kubrick berusaha menampilkan fokus ekspresi yang ditampilkan. Tetapi, bila diperhatikan, terdapat sesuatu yang janggal pada karakter anak perempuan ini yang seakan-akan tersenyum kecil dan tidak bisa berakting.
Yang menarik pada film ini adalah bagian akhir. Ketika Pastor Fred berupaya menolong salah satu jemaatnya yang tinggal di sebuah peternakan terpencil membutuhkan bantuan. Peran karakter utama tidak hanya ditampilkan sebagai pemimpin spiritual semata, tetapi jemaatnya di wilayah New Mexico menjadikannya lebih dari itu: Superhero. “There’s no brass band here, no cheering crowds, no newspaper men clamoring for a headline – just an ambulance driver, an anxious mother, a sick baby and their priest. “
