Serigala berbulu domba, Ada udang di balik batu, Musuh dalam selimut—Pernahkah kamu berada dalam situasi dimana orang tuamu marah karena di mata mereka kamu adalah anak yang selalu kurang dalam setiap hal yang kamu tekuni lalu orang tuamu mengatakan “tuh lihat anak tetangga sebelah!” “tuh lihat anaknya bu/pak fulan”, membandingkan anak sendiri dengan anak lain yang punya nilai hidup lebih baik, dan “Brief History of a Family” mengangkat hal itu dalam level eksplorasi yang begitu dalam, mungkin terlalu dalam.
Karya penulis dan sutradara asal Tiongkok dengan latar belakang pendidikan biologi, Jianjie Lin; “Brief History of a Family” menyuguhkan sebuah drama suspense keluarga yang sangat menegangkan dan disampaikan dalam metafora biologis yang memecah kepala. Menceritakan sebuah keluarga berkecukupan dengan anak semata wayang (Tu Wei) yang tiba-tiba didatangi teman satu sekolah (Yan Shuo) Tu Wei, yang lambat laun menjadi seorang penyusup licik yang membuat kekacauan-kekacauan diluar nalar dalam keluarga Tu Wei.
Yan Shuo, seorang anak sekolah menengah pertama, mengalami cedera ringan di kakinya setelah dilempar bola basket saat sedang melakukan pull-up. Sebagai permintaan maaf, pelakunya, Tu Wei, teman sekelas dari keluarga berkecukupan itu, mengundangnya ke rumahnya untuk bermain video game dan makan malam bersama keluarganya, hal yang Yan Shuo tidak miliki di rumahnya. Orang tua Tu Wei terkesan dengan sikap Yan Shuo yang teladan serta keinginannya dalam belajar, hal yang tidak dimiliki oleh anak mereka (Tu Wei) yang hanya menekuni anggar dan bermain game online. Shuo menjual kesedihannya kepada orang tua Tu Wei dengan menceritakan bahwa ibunya telah meninggal secara tiba-tiba saat sedang makan malam keluarga, dan ayahnya yang sering memukulnya, dan semudah itu Yan Shuo mendapatkan kepercayaan keluarga Tu Wei, dari situlah misi Yan Shuo dimulai.
Secara perlahan Yan Shuo mengambil hati keluarga Tu Wei dengan berbagai cara mulai dari memamerkan ketertarikannya akan hal-hal intelek dan memamerkan skil akademis sampai ikut menyukai segala hal yang juga disukai oleh kedua orang tua Tu Wei, membuat mereka merasa lebih dekat satu sama lain daripada yang mereka rasakan selama ini. Kedatangan Yan Shuo menjadi satu kesempatan untuk menyembuhkan luka emosional mereka, memulai kembali dan mewujudkan angan-angan mereka yang tidak dapat dicapai oleh Tu Wei, sebuah tipuan dalam simbiosis mutualisme, walau tidak dapat dipungkiri sebagai penonton yang sudah pernah menonton film dengan tema serupa pasti akan tetap menduga ketulusan Yan Shuo ini memiliki maksud jahat yang terselubung, merencanakan semuanya untuk berpura-pura sebagai subjek lemah dan memanfaatkan bentuk-bentuk empati yang dapat ditawarkan oleh keluarga Tu Wei.
Walaupun begitu, selama separuh “Brief History of a Family” berjalan, Yan Shuo seperti tidak menunjukan gerakan langsung bahwa ia ingin menyingkirkan Tu Wei dan menyakitinya untuk menggantikannya, dan yup itulah dimana letak kecerdikan dan kerapian Yan Shuo, ia menjalani misinya ini begitu tenang, lambat, dan sulit dibaca, dan menyisakan bom waktunya kepada Tu Wei di waktu-waktu mendekati final dari misinya, membuat Tu Wei mulai mempertanyakan identitasnya, jati dirinya, eksistensinya, dan akhirnya dia sendiri lah yang akan pergi dari keluarganya.
Menonton film ini mungkin akan sedikit mengingatkan penonton terhadap film terkenal dengan tema dan genre sejenis seperti “Parasite”, “Saltburn”, “Knives Out”, atau “The Killing of a Sacred Deer”, namun “Brief History of a Family” memiliki nilai spesial yang tidak dimiliki film-film tersebut, yaitu kesederhanaan, yup kesederhanaan yang mungkin akan bertolak belakang dengan genre suspense yang dimiliki film ini sendiri. Tidak berfokus pada plot twist yang menghebohkan dan berlapis, tidak mengandalkan adegan dramatis yang berapi-api atau tersedu-sedu, dan juga tidak menampakan unsur-unsur kesadisan yang disuguhkan secara literal dan terang-terangan, hal-hal ini menghasilkan kualitas dari berbagai aspek di dalam film ini cukup terjaga dan terasa sungguh elegan, mulai dari betapa halus dan enaknya cerita berjalan dan dapat penonton ikuti dari awal hingga akhir, lalu plot yang tersusun begitu rapi, namun juga intensitas ketegangan yang tumbuh dengan sangat baik dan konsisten dalam tiap babaknya.
Sampailah pada aspek terunik dari film ini adalah bagaimana cara Jianjie Lin yang bekerja sama dengan DOP-nya yaitu Jiahao Zhang menyampaikan storytelling menakjubkan lewat aspek teknis visual dan suara yang dieksplorasi dengan sangat luas, penggunaan metafora biologi seperti virus, sel, aliran darah, dan struktur daun yang diambil lewat POV mikroskop ditampilkan sebagai potongan-potongan shot simbolis yang diselipkan pada adegan-adegan penting dalam film mengartikan bagaimana situasi keluarga Tu Wei sebagai objek kecil yang sedang diamati oleh Yan Shuo.
Lalu ada repetisi pola lewat insert shot benda-benda berbentuk lingkaran yang mana menjadi key visual inti dari “Brief History of a Family”, serta banyaknya penggunaan teknik framing dan komposisi yang memanjakan mata dan pikiran, nuansa keabu-abuan dan kebiruan yang ikut menyebarkan atmosfer mencekam sepanjang film dan juga adegan-adegan simbolis nan surealis minim dialog. Begitu juga dengan sound design dan music scoring yang tidak akan melepas perhatian penonton dari awal sampai akhir film berjalan, musik yang membangun tensi dengan sangat rapi dari situasi konflik yang tenang hingga yang paling mencekam, lalu sound design yang dibuat begitu realistis sehingga menghasilkan kesan yang sesak setiap kali cerita terfokus pada kondisi keluarga Tu Wei, simbolis suara hembusan nafas Yan Shuo yang disertakan setiap kali POV mikroskop muncul—semuanya dijahit dengan tatanan yang sempurna dan porsi yang pas.
“Brief History of a Family” sampai saat ini sudah mendapatkan banyak penghargaan dari festival film bergengsi seperti diantaranya; nominasi Grand Jury Prize dari Sundance Film Festival, lalu Panorama Audience Award dari Berlin International Film Festival, juga memenangkan dua nominasi sekaligus di Beijing International Film Festival yaitu pada section Best Director dan Best Artistic Contribution. Di Indonesia sendiri film ini berhasil didistribusikan secara offline dan online oleh KlikFilm dalam event (3rd) Jakarta World Cinema 2024 yang diselenggarakan dari 21 hingga 28 September 2024.
Dari Musuh dalam selimut sampai Tiada asap tanpa api—Secara keseluruhan, film ini menyajikan sebuah potret emosional yang mendalam tentang pencarian identitas di masa remaja, dibalut dengan ketegangan yang perlahan membangun hingga klimaks. Penampilan kedua aktor yang memerankan Yan Shuo dan Tu Wei yang sangat alami menghidupkan karakter mereka dengan lapisan-lapisan kompleksitas, membuat penonton terus bertanya-tanya tentang niat dan kejujuran mereka. Didukung oleh seluruh teknik storytelling yang gelap dan mencekam, “Brief History of a Family” menciptakan atmosfer yang penuh ketidakpastian. Dalam perpaduan antara kebingungan dan kedewasaan yang berkembang, cerita ini mengajak kita merenungkan jurang antara menyelamatkan dan menyakiti, celah antara kesempatan dan ketamakan, sebab dan akibat, serta bagaimana perjalanan menuju penemuan diri sering kali diiringi oleh kekerasan emosional yang tak terduga.