Golda Meir bukanlah nama yang asing di telinga saya. Saya sudah mengenalnya jauh sejak saya masih di bangku Sekolah Dasar, semua berkat buku ensiklopedia favorit saya. Tidak menyangka, sosok yang hingga kini merupakan satu-satunya perempuan yang menjabat sebagai Perdana Menteri Israel, diangkat ke dalam sebuah biopik berjudul “Golda.”

Dalam membuka kisahnya, “Golda” hadir sebagai film dengan tema historis. Tak segan-segan, pada bagian pembuka, penonton akan dihadirkan dengan opening scene yang dimulai dengan headline-headline perjalanan terbentuknya negara Israel di tahun 1948, sampai terpilihnya Golda Meir di tahun 1968, hingga setting cerita di tahun 1973. Menariknya, sutradara Guy Nattiv tak segan-segan untuk menghadirkan opening title dengan latar belakang close up wajah Golda.

golda
Courtesy of Maven Screen Media, New Native Pictures, Piccadilly Pictures, Qwerty Films, ShivHans Pictures, Hianlo, Embankment Films © 2023

Film ini akan bercerita secara flashback, walaupun tidak terlalu banyak alur maju mundur. Cerita akan dimulai pada tahun 1978, ketika Golda Meir, diperankan oleh Helen Mirren, dipanggil oleh sebuah komite nasional Agranat. Ia dipanggil atas perannya sebagai Perdana Menteri terkait dengan peristiwa pertempuran antara Israel, Mesir dan Syria di tahun sebelumnya. Kesaksian Meir inilah yang menjadi cerita utama dari “Golda.”

Posisi Israel di tahun 1973 sebetulnya cukup sulit. Negara yang sudah hampir memasuki tiga dekade usianya kala itu, masih menjadi musuh bagi negara-negara di sekitarnya. Belum lagi, kondisi geopolitik yang menegangkan berkat ketegangan Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Russia. Walaupun secara politik Israel terlihat didukung oleh Amerika, yang menjadi lawannya juga terasa didukung oleh Russia.

golda
Courtesy of Maven Screen Media, New Native Pictures, Piccadilly Pictures, Qwerty Films, ShivHans Pictures, Hianlo, Embankment Films © 2023

Masalah dimulai ketika Zvi Zamir, diperankan oleh Rotem Keinan, yang merupakan seorang Kepala dari Mossad menghubungi Meir. Ia mendapatkan info jika Mesir dan Syria memasuki wilayah kanal Israel, yang merupakan daerah perbatasan. Aksi ini membuat Israel geram, karena kedua tetangga yang tak bersahabat ini melanggar aksi gencatan senjata antarnegara.

Dalam upaya menjaga kedaulatan Israel, Meir pun langsung mengumpulkan pion-pionnya. Salah satunya Moshe Dayan, Menteri Pertahanan Israel yang dikenal karena menggunakan eye patch, diperankan oleh Rami Heuberger, yang sempat ciut usai melihat aksi penyerbuan yang banyak menewaskan tentaranya. Akan tetapi, Meir sebagai wanita besi tetap kokoh. Ia didukung oleh kemampuan intelijen militer Israel yang canggih, serta sosoknya yang down-to-earth dan persuasif.

golda
Courtesy of Maven Screen Media, New Native Pictures, Piccadilly Pictures, Qwerty Films, ShivHans Pictures, Hianlo, Embankment Films © 2023

Membahas ceritanya, “Golda” sebetulnya disusun sebagai sebuah film biografi sejarah yang cukup menarik. Peran Golda Meir sebagai wanita besi dari Timur Tengah, cukup sebanding dengan Margaret Thatcher yang sebelumnya juga sudah dibuat biopiknya melalui “The Iron Lady.” Bedanya, film ini hadir melalui cukup banyak eksplorasi akan sosok Golda Meir, terutama akan kecanduannya pada rokok dan kopi hitam, sifatnya yang sederhana pada orang-orang di sekitarnya, sekaligus masalah kesehatannya. Di sisi lain, “Golda” juga akan memperlihatkan bagaimana perlakukan para bawahannya yang disentil pada film ini. Hal ini terlihat dari sosoknya sebagai perempuan yang terasa kurang dihargai di dunia pemerintahan yang sebagian besar laki-laki. Contoh sederhananya adalah ketika mereka yang langsung main duduk saja saat melakukan kegiatan rapat. Idealnya, menurut tradisi, mereka belum boleh duduk sampai sang Perdana Menteri duduk.

“Golda” memang dihadirkan dengan setting yang penuh ketegangan akan perang. Akan tetapi, Anda jangan terlalu berharap untuk menjumpai adegan aksi perang, layaknya menyaksikan “Full Metal Jacket.” Yang ada, penonton akan lebih menjumpai aksi perang dari rekaman suara di kantor militer Israel. Dari suara-suara inilah penonton akan menyaksikan bagaimana Golda dan perwira-perwiranya mengamati kondisi perang yang berjalan.

golda
Courtesy of Maven Screen Media, New Native Pictures, Piccadilly Pictures, Qwerty Films, ShivHans Pictures, Hianlo, Embankment Films © 2023

Sayangnya, di balik cerita yang penuh dengan ketegangan, “Golda” cukup menurunkan mood saya. Ini terasa ketika film beberapa kali mengambil setting rooftop, yang sering menunjukkan sisi lain Golda. Yang saya kecewakan bukan karena cerita ataupun aksi penampilan yang dihadirkan pada set ini, akan tetapi lebih kepada kualitas visual efek kota Tel Aviv yang amat kentara. Belum lagi ketika aksi yang memperlihatkan ledakan-ledakan akan tank-tank Israel yang sedang diserbu. Faktor ini yang terasa cukup mengecewakan di film ini.

Baiknya, “Golda” amat unggul dari segi akting. Saya sangat terkagum dengan Helen Mirren, yang kembali dengan penampilan yang luar biasa setelah “The Queen.” Saya tidak akan ragu jikalau Mirren mungkin akan menjadi salah satu kandidat kuat Actress in a Leading Role pada musim penghargaan mendatang. Kehadiran Mirren juga amat unggul lewat kualitas teknis make up yang membuatnya hampir mirip dengan sosok aslinya.

golda
Courtesy of Maven Screen Media, New Native Pictures, Piccadilly Pictures, Qwerty Films, ShivHans Pictures, Hianlo, Embankment Films © 2023

Aspek lain yang menarik dari “Golda” adalah penyajian rekonstruksi adegan yang sering dikemas layaknya penonton menyaksikan cuplikan-cuplikan berita masa lampau. Belum lagi dengan kehadiran sinematografi yang amat memukau, digawangi oleh Jasper Wolf, yang amat senang mengambil shot-shot secara ekstrim, mulai dari depan, belakang, hingga bird’s eye. Wolf pun tak segan-segan beberapa kali untuk mengambil extreme close up karakter utamanya. Baiknya lagi, aspek editing “Golda” mampu memadukan beragam sudut adegan sehingga terasa membuat penonton dapat memahami adegan secara visual dari beragam sisi, namun masih artistik.

Upaya dramatisasi yang dihadirkan cukup mengena, walaupun sebetulnya agak terasa jikalau film ini dikemas secara minimalis. Sebagai penonton, bila kita menyaksikan perang dari belakang layar, terasa agak kurang. Walaupun perlu disadari kemampuan teknologi masa itu mungkin belum secanggih sekarang. Setidaknya, terlepas dari efek visual yang amat disayangkan, “Golda” masih terasa sebagai sebuah tontonan berbobot buat saya.

Golda (2023)
100 menit
Biography, Drama, History
Director: Guy Nattiv
Writers: Nicholas Martin
Full Cast: Helen Mirren, Zed Josef, Claudette Williams, Henry Goodman, Olivia Brody, Emma Davies, Rotem Keinan, Camille Cottin, Jonathan Tafler, Ellie Piercy, Rami Heuberger, Dvir Benedek, Lior Ashkenazi, Ed Stoppard, Dominic Mafham, Mark Fleischmann, Daniel Ben Zenou, Jaime Ray Newman, Liev Schreiber, Ohad Knoller, Sara Matin
#750 – Golda (2023) was last modified: Oktober 9th, 2023 by Bavner Donaldo