Adegan monolog dari seorang pria membuka kisah “A Perfect Day for Caribou.” Pria itu bernama Herman (Jeb Berrier), yang sedang membuat rekaman pesan bunuh diri untuk anaknya Nate (Charlie Plummer), yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu.

Adegan monolog ini menurutku salah satu adegan penting yang menggambarkan keseluruhan filmnya. Dalam pesan bunuh diri tersebut, Herman sebenarnya hanya menceritakan hal-hal random yang terjadi dalam hidupnya. Namun, ada satu bagian yang menarik saat Ia menceritakan tentang sebuah program TV yang berbicara mengenai binatang yang melakukan migrasi. Salah satu binatang tersebut adalah caribou, sejenis rusa.

a perfect day for caribou
Courtesy of Fred Senior Films © 2022

Caribou melakukan migrasi lebih jauh dari binatang darat lainnya dan hanya tersisa beberapa saja di Amerika Utara. Mereka yang tidak pergi mungkin saja masih tidak tahu harus kemana dan apa yang harus dilakukan. Caribou ini seakan merepresentasikan kehidupan Herman yang merasa tak punya arah dan kemudian memilih untuk mengakhiri hidupnya. Hingga tak lama kemudian, tiba-tiba Nate menelponnya dan mengajaknya untuk bertemu.

Hari itu menjadi seperti apa yang ada di judulnya “A Perfect Day for Caribou”, dan pada akhirnya mereka bertemu di sebuah kuburan, sebuah tempat yang unik dan aneh untuk reuni kembali. Namun Nate tidak datang sendiri, ia membawa anak laki-lakinya, Ralph yang baru berumur 6 tahun.

a perfect day for caribou
Courtesy of Fred Senior Films © 2022

Debut penyutradaraan film panjang Jeff Rutherford ini adalah tipikal film yang dominan berisikan percakapan dari dua orang saja, dan Jeff cukup sukses membuat lapisan-lapisan dialog yang cukup menarik. Diawali dengan obrolan basa-basi hingga akhirnya penuh dengan pengakuan berikut dengan perasaan yang terpendam tentang kekecewaan, kesedihan, dan sebagainya.

Saya juga menyukai bagaimana Jeff tidak hanya mengangkat tema tertentu yang biasa dihadapi oleh hubungan ayah dan anak, tetapi juga mengangkat bagaimana sebuah sebab-akibat itu berlangsung di dalam sebuah keluarga seperti pepatah yang mengatakan “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.” atau “Like Father, Like Son.” Nate tidak hanya mengungkapkan kekecewaan di sini. Ia juga mengetahui bahwa hidupnya bagaikan lingkaran kehidupan yang tidak sehat, dimana dirinya dulu menjadi ‘korban’ dan sekarang ia merasa seperti ‘pelaku’.

a perfect day for caribou
Courtesy of Fred Senior Films © 2022

Pemilihan visual hitam-putih dengan aspek rasio 4:3 sukses memberikan kesan intim. Tidak hanya mengandalkan shot-shot cantik, sinematografi juga turut andil dalam bercerita. Saya suka bagaimana pemilihan close-up dalam film ini jarang sekali terjadi, dan didominasi lewat penggunaan long shot sampai medium shot. Hal ini seraya menegaskan bahwa di dalam hubungan ayah dan anak ini ada banyak hal yang harus ‘diselesaikan’.

Selain adegan monolog di awal, adegan favorit saya yang lain di film ini adalah ketika Herman, Nate dan Ralph saling mengoper bola. Dengan kamera yang semakin lama meninggi serta menjauh dan tanpa ada dialog, menurutku momen ini terasa begitu kuat. Adegan yang menggambarkan tiga generasi yang saling terhubung. Entah mengapa, ada rasa sakit yang sulit untuk dibicarakan saat melihat adegan ini.

a perfect day for caribou
Courtesy of Fred Senior Films © 2022

Film “ngobrol” seperti ini selain harus memiliki penulisan skenario yang menarik, tentunya juga harus dapat dibawakan oleh cast yang mumpuni dalam menjaga level emosi dari awal hingga akhir film. Charlie Plummer pernah menarik perhatianku pada tahun 2017 dalam film “Lean on Pete”, dan karakter Nate ini menurutku cocok sekali dengan dia. Saya suka banget gestur tubuh dan nada bicaranya yang benar-benar meyakinkan sebagai seorang anak sekaligus seorang ayah untuk Ralph yang memendam banyak hal.

Ini kemudian diimbangi dengan performa Jeb Berrier yang tenang dan lembut dengan mengandalkan ekspresi wajah yang kerap kali tanpa ekspresi namun begitu hidup di matanya yang berbicara. Chemistry mereka berdua cukup unik. Saya sama sekali tidak melihat mereka sebagai ayah dan anak. Bukan… bukan karena mereka tidak meyakinkan, justru sebaliknya. Mereka sangat meyakinkan sebagai ayah dan anak yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Ada kejanggalan yang tidak terlihat di benak mereka. Di satu sisi, Herman merasa gagal sebagai seorang ayah, di sisi lain Nate belum bisa memaafkan Herman namun sudah merasa gagal menjadi ayah untuk Ralph.

a perfect day for caribou
Courtesy of Fred Senior Films © 2022

Ya, “A Perfect Day for Caribou” bukan film untuk semua orang. Jujur saja masih ada beberapa bagian yang terasa draggy dan terkadang penulisan dialognya tidak begitu menarik. Tetapi kekurangan tersebut tidak terlalu mengganggu. Jika melihat secara keseluruhan, mungkin film perdana Jeff Rutherford terlihat sederhana, namun dibalik permukaan terdapat sebuah isu yang dalam tentang hubungan ayah dan anak yang getir dan efek dari masalah domestik yang kerap kali disepelekan oleh banyak orang

A Perfect Day for Caribou (2022)
95 menit
Drama
Director: Jeff Rutherford
Writer: Jeff Rutherford
Full Cast: Charlie Plummer, Rachael Perrell Fosket, Dana Millican, Loudon McCleery, Jeb Berrier, Wrick Jones, Miles Olsen, Connor Brenes, Oellis Levine
#670 – A Perfect Day for Caribou (2022) was last modified: Januari 10th, 2023 by Agung Wibisono