Okay, memang saya akui kalau saya bukan penggemar film maupun serial India, karena menurut saya terkadang film-film asal Bollywood itu terlalu berlebihan. Tapi saat saya melihat nama “Gangubai Kathiawadi” di layar pencarian Netflix saya, dan saya langsung merasa “Wah, menarik” sambil dalam hati mengingatkan diri jangan sampai ada keinginan punya uang banyak dan cepat dari jalur open BO.
Gangubai (Alia Bhatt) terlahir dengan nama Ganga Harjivandas dari sebuah keluarga terpandang di daerah Kathiawad. Ganga yang berusia 16 tahun terobsesi untuk menjadi seorang aktris Bollywood. Obsesi tersebut membuat Ramnik Lai (Varun Kapoor), kekasih dari Ganga, mengajaknya untuk pergi ke Mumbai tanpa izin dari kedua orang tuanya untuk bertemu dengan bibi dari Ramnik yang “katanya” seorang produser.
Ganga setuju dengan ide Ramnik. Diam-diam Ia lari dari rumah untuk memperjuangkan mimpinya. Namun, bukan seorang produser yang Ia temui melainkan seorang germo. Ya kalian benar, kekasih Ganga, Ramnik, ternyata menjual dirinya ke rumah bordil dan bukan menjadi seorang aktris Bollywood. Ganga muda dipaksa untuk melakukan prostitusi.
Jujur waktu tahu tentang Gangubai Kathiawadi yang sejarahnya dijual oleh pacarnya langsung membuat saya mendidih sebagai seorang perempuan. Logikanya, kadang kalau kita punya pacar dibohongin kalau dia dirumah saja, tapi nyatanya dia pergi sama teman-temannya atau wanita lain saja sudah bikin kesal setengah mati. Gimana perasaan Gangubai atau Ganga yang saat itu di bohongi dan di jual ke rumah bordil? Pasti dendam tujuh turunan.
“Gangubai Kathiawadi” mungkin adalah film ter-dark yang pernah saya tonton, sebab di awal cerita sudah dimulai dengan adegan seorang gadis muda yang sedang di dandani asal-asalan dan kemudian hidungnya ditindik paksa hingga akhirnya darah keluar kemana-mana. Iya darah, belum apa-apa saja film ini sudah membuat saya merinding tentang bagaimana keadaan prostitusi di daerah Kamathipura, India tersebut.
Kemudian dengan cepat adegan berpindah ke masa-masa ketika Gangubai muda pertama kali terjebak di industri prostitusi karena ulah kekasihnya, Ramnik. Dan bagaimana seorang Ganga Harjivandas bertransformasi menjadi Gangubai, pekerja seks komersial yang menjadi seorang aktivis pemberani yang memperjuangkan hak asasi wanita tuna susila di India.
Butuh waktu untuk seorang Ganga untuk sadar bahwa ketika ia terjebak dalam bisnis prostitusi tersebut, ia tidak bisa lari dari tempat itu. Oleh karena itu, Ganga mengubah namanya menjadi Gangubai Kathiawadi. Tekad Gangubai yang kuat untuk mengubah Kamathipura, dan memperjuangkan hidupnya dan teman-teman seprofesinya ternyata membuahkan hasil tidak lama setelah itu keberuntungan berpihak kepadanya mulai dari kematian Tante Sheela (Seema Pahwa), germo tempat Gangu dijadikan prostitute, yang akhirnya mengubah nasibnya menjadi Gharwali (germo atau nyonya rumah bordil) hingga memenangkan pemilihan di daerah Kamathipura kemudian menjadi orang kepercayaan Don Rahim Lala (Ajay Devgan) yang merupakan seorang mafia Islam di India yang kenal dengan Gangu karena salah satu anak buahnya melakukan kekerasan kepada Gangu.
Menurut saya pribadi, film dengan durasi 2 jam 34 menit ini dibuat dengan narasi yang lambat. Tapi biar begitu film ini dikemas dengan jalan cerita yang sangat menarik sehingga membuat siapapun yang menonton akan terkesima dengan perjuangan Gangubai. Belum lagi datangnya dua tokoh yang menurut saya sangat menarik yaitu Razia Bai dan Hamid Fezi.
Kenapa menarik karena sosok Razia Bai yang merupakan rival dari Gangubai saat pemilihan di daerah Kamathipura digambarkan sebagai sosok transpuan yang kejam dan hanya memikirkan keuntungan untuk dirinya sendiri. Sedangkan Hamid Fezi, seorang jurnalis Urdu Times yang membantu Gangubai menjadi sosok yang terkenal untuk memperjuangkan hak asasi wanita tuna susila. Kedua tokoh ini benar-benar memberi warna yang menarik untuk cerita film Gangubai Kathiawadi.
Untuk minus dari film ini selain durasinya yang panjang, menurut saya Sanjay Leela Bhansali producer film ini, kurang menampilkan sisi kontroversi yang menurut saya kurang gelap dimana Gangu bekerja menjadi pekerja seks komersial. Belum lagi Gangubai yang saat itu menjadi seorang Gharwali dan ratu mafia, karena dia mengakuisisi beberapa bisnis dari Don Rahim Lala atas persetujuannya, yang prosesnya pasti melalui kekerasan dan kekejian. Sayangnya, Sanjay Leela Bhansali hanya menyajikan gambaran positif tentang Gangubai dan kebangkitannya untuk perempuan-perempuan tidak berdaya.
Selain itu, penonton juga tidak dijelaskan bagaimana kehidupan Gangubai sebelumnya secara detail. Seperti bagaimana hubungan Gangu dengan kedua orangtuanya, dan keluarga besarnya. Atau bisa juga menjelaskan siapa itu Ramnik, bagaimana asal-usulnya hingga Gangu bisa bertemu dengannya dan jatuh cinta dengan lelaki tersebut.
Dan makeup Alia Bhatt yang memerankan Gangubai menurut saya kurang sekali. Karena tidak ada perubahan saat ia memerankan Ganga yang pertama kali datang ke Kamathipura di usia 15 tahun, dan Gangubai si ratu mafia yang berusia 27 tahun. Hanya kostum dan gaya rambut yang berubah tapi sisanya sangat kurang. Sangat berbeda dengan salah satu film Thailand “Crazy Little Things Called Love” yang menampilkan perubahan Baifern Pimchanok dan Mario Maurer dari remaja hingga dewasa.
So far, film yang based on true story ini, walaupun memiliki durasi yang cukup lama tetapi sangat worth it untuk di tonton. Buat kamu yang penasaran semenarik apa film “Gangubai Kathiawadi” ini cus langsung aja nonton di Netflix!