Ada sebuah kutipan begini: ‘When you get married, you marrying into the whole family.” Kutipan tersebut seperti menggambarkan apa yang dihadapi oleh Grace, seorang perempuan muda yang memutuskan untuk menjadi bagian dari dinasti keluarga Le Domas. Akan tetapi, semuanya tidak akan semudah itu. “Ready or Not” menyajikan aksi Grace menjalani ritual sebagai anggota keluarga baru Le Domas.
Perasaan yang tidak bisa terduga meluapi Grace, yang diperankan oleh Samara Weaving, yang sebentar lagi akan menikahi kekasihnya. Calon suaminya, Alex Le Domas, yang diperankan oleh Mark O’Brien, merupakan bagian dari salah satu keluarga kaya raya yang menguasai bisnis mainan. Setelah meyakinkan kekasihnya, Alex dan Grace melakukan pesta pernikahan mereka di rumah Le Domas yang begitu megah. Sang Ibu, Becky Le Domas, yang diperankan oleh Andie MacDowell, sangat berbahagia dengan Grace yang berhasil ‘memulangkan’ Alex. Tanpa Grace sadari, Alex sebetulnya cukup kuatir dengan ritual penerimaan anggota baru keluarganya.
Di malam pertama mereka, semua anggota keluarga telah berkumpul. Grace diberitahu oleh Alex mengenai ritual keluarganya, dan berharap Grace bisa melewati permainan yang ditugaskan. Tanpa ekspektasi apa-apa Grace cukup santai menanggapi dan bergegas menuju ruang Le Domas. Sesampai disana, Tony Le Domas, kepala keluarga yang diperankan oleh Henry Czerny, menceritakan bagaimana ritual untuk penerimaan keluarga baru mereka akan ditentukan dari sebuah kotak, yang nantinya akan menulis nama permainan yang harus mereka mainkan. Ketika Grace disodorkan kotak tersebut, dengan enteng dia menyebut “Hide and Seek,” permainan petak umpet, yang tanpa Ia sadari sebetulnya adalah permainan yang paling dihindari oleh seluruh anggota keluarga.
Setelah cukup terpana dengan trailer film ini yang lumayan kelihatan bikip begap-begap, saya memutuskan untuk menyaksikan film ini. Diluar ekspektasi, “Ready or Not” yang ditulis oleh Guy Busick dan R. Christopher Murphy ini ternyata dikemas ke cerita yang lebih mengarah ke paduan black comedy dan horror. Tidak ada setan-setanan, namun aksi kejar-kejaran akan Grace bakal cukup penonton seperti itu terteror. Ini semua berkat efek suara di film ini, sekaligus score dari Brian Tyler yang nendang pol ketegangan suasananya.
Bicara dari karakterisasi, the poor thing is Grace was designed as a stupid girl. Goblok, tepatnya. Memang sih, kalau enggak goblok pasti ceritanya enggak bakal seru. Cuma, what the the good thing is penonton akan melihat perubahan Grace dari yang goblok sok tangguh jadi beneran tangguh lewat sekian banyak adegan-adegan survival yang sedikit disturbing.
Sebetulnya, apa yang dihadirkan “Ready or Not” terbilang cukup favorable. Saya mengira yang bakal nantinya akan terjadi rentetan pertarungan dengan anggota keluarga dengan dugaan satu per satu bakal mati layaknya “The Hunger Games,” ternyata tidak akan terjadi. Film ini terlalu untuk berhasil untuk membuat saya menutup mata sampai berikutnya menyadari bahwa tidak akan ada sesuatu yang fatal terjadi. Dasarrr. Kebodohan ternyata tidak hanya di sisi Grace. Kita juga akan terhibur dengan keluarga Le Domas yang sebetulnya juga mediocre untuk ukuran sebuah perburuan. Hahaha…
Dari sisi penampilan, saya lumayan menikmati penampilan Samara Weaving, yang punya daya tarik yang sedikit mengingatkan saya dengan Margot Robbie. Aktris yang sempat besar di Indonesia ini sempat muncul sebagai Penelope di “Three Billboards Outside Ebbing, Missouri.” Dari sisi pendukung, saya menyukai peran Andie MacDowell sebagai sosok Ibu yang ternyata pandai bermain peran yang terlihat bisa berubah 180 derajat. Cuma dari sekian supporting cast-nya yang ‘aneh-aneh,’ sosok yang paling menipu adalah Aunt Helene, yang diperankan oleh Nicky Guadagni, yang punya penampilan kayak ‘nenek sihir’ yang ternyata oh ternyata Cuma sebatas tampilan seram saja.
Simpulan saya, apa yang ditawarkan “Ready or Not” lumayan menghibur. Saya kerapkali malah tertawa dari kisah yang sebetulnya merupakan aksi survival. Sebetulnya, yang paling menarik adalah bagian konklusi di film ini yang tidak bisa saya ceritakan. Sebuah sajian terror yang model ceritanya tidak terlalu sering kita jumpai. Unexpectedly funny!