Krisis finansial Amerika Serikat yang dimulai pada tahun 2007 sering disebut sebagai yang terburuk sejak great depression di tahun 1928. Lehman Brothers, salah satu bank investasi terbesar di dunia, harus gulung tikar; salah satu diantara segelintir bank yang collapse. “The Big Short” mengajak penonton untuk masuk ke dunia ekonomi Amerika Serikat lewat empat sudut pandang kelompok.
Sosok yang pertama adalah Dr Michael Burry. Burry, yang diperankan oleh Christian Bale, adalah seorang neurologist yang pindah aliran menjadi hedge fund manager. Ia adalah seorang pengidap Asperger syndrome dan hanya sebuah mata buatan. Keeksetrikannya membawa dirinya untuk menginvestasikan sebagian besar dana nasabahnya ke dalam credit default swap. Alhasil, tekanan penuh tekanan bermunculan. Scion Capital yang berada di dalam naungannya harus membayar premi yang begitu besar seiring bubble pada bond mortgage semakin meningkat.
Yang kedua adalah Jared Vennett, yang diperankan oleh Ryan Gosling. Vennett adalah seorang penjual obligasi di Deutsche Bank. Menyadari kondisi yang tak lazim pada penjualan CDO yang tak lazim, membuatnya untuk mencari pihak yang mau melakukan short CDO bersamanya.
Ia mengajak Mark Baum, seorang manajer keuangan dari FrontPoint Capital, yang diperankan oleh Steve Carell. Baum yang cukup temperamental menjadi sumber ketiga film ini. Awalnya, Baum bersama beberapa asistennya cukup tidak percaya dengan tawaran Vennett. Baum dalam film ini seakan mengajak penonton bagaimana Ia masuk ke dalam kegiatan investigasi, dengan mulai mewawancara para pelaku, dan menemukan berbagai macam fakta yang mengejutkannya.
Terakhir, penonton akan berkenalan dengan duo Charlie Geller dan Jamie Shipley, yang diperankan oleh John Magaro dan Finn Wittrock. Keduanya memulai sebuah usaha hedge fund yang diberi nama Brownfield Capital. Ketika keduanya menyadari dengan fenomena yang terjadi, mereka mengajak Ben Rickert, diperankan oleh Brad Pitt, yang merupakan seorang trader dan mentor Charlie untuk membantu mereka
Bicara mengenai film ini, kisahnya sendiri diambil dari sebuah novel non fiksi karangan Michael Lewis yang berjudul sama. Nama-nama tokoh dalam ceritanya pun sebetulnya samaran, mungkin hanya Michael Burry saja yang tepat. Novel biografi yang dirilis tahun 2010 ini sempat masuk ke dalam The New York Times Best Seller selama 28 minggu sebelum tiga tahun berikutnya dibeli hak ciptanya oleh Paramount untuk di-filmkan.
Jujur saja, topik film ini memang cukup berat. Setidaknya, untuk memahami berbagai macam istilah yang disebutkan film ini, penonton sudah punya pengetahuan dengan dunia keuangan, terutama hal-hal yang berkaitan dengan pasar derivatif dan turunannya.
Adaptasi yang dilakukan Adam McKay dan Charles Randolph sebetulnya sudah sedikit mempermudah penonton untuk memahami berbagai istilah yang digunakan. Mereka menggunakan beberapa artis yang khusus di-featured untuk menjelaskannya, misalnya seperti Margot Robbie dan Selena Gomez.
Penceritaan yang dikemas keduanya juga tidak hadir dengan begitu mudah. Cukup dipenuhi dengan footage yang ada disana-sini, dan membawa penonton ke dalam situasi yang cukup mencekam. Seperti pada penggunaan nada-nada teror yang digabungkan dengan potongan-potongan gambar cepat, dan berhasil membuat saya kaget beberapa kali. Alhasil, kemampuan Hank Corwin dalam menggabungkan perintilan-perintilan tersebut cukup berhasil dalam menajamkan ceritanya.
Film yang disutradarai oleh Adam McKay ini memang punya jajaran cast yang cukup kaya. Mulai dari keterlibatan produser film ini, Brad Pitt, lalu ada Ryan Gosling, Steve Carell, Christian Bale, Melissa Leo, Marissa Tomei hingga cameo-cameo featurednya. Akan tetapi dari kesemuanya mungkin hanya dua nama yang menurut saya cukup outstanding: Christian Bale dan Stevel Carell.
Steve Carell telah membuktikan sebelumnya dalam “Foxcatcher” setelah berhasil meraih nominasi Oscar bahwa Ia tidak hanya aktor komedi namun bisa tampil serius. Sekali lagi Ia berhasil membuktikannya di film ini. Sosok Mark Baum hadir begitu depresif, sebagai hasil bagaimana Ia terlalu mencintai pekerjaannya, but he loves it. Saya cukup menikmati bagaimana Carell menghidupkan karakternya yang cukup vokal, ditambah keterkejutannya dari fakta yang mengungkap kebusukan obiligasi aman yang ternyata bodong.
Dari sudut yang lain, Bale akan mengejutkan penonton dengan segala gerak gerik keanehannya. Mulai dari bagaimana cara pribadi karakternya yang agak aneh, perilaku di tempat kerja yang cukup sesukanya, hingga pemikiran briliannya dalam menyadari fenomena bubbling. Karakter Burry dalam film ini mungkin adalah yang tersulit dan berhasil ditaklukannya.
Ada satu benang merah yang saya tangkap dari keempat sudut pandang ini: kesadaran. Keempatnya sadar dan ada disadarkan tentang sebuah hal yang akan meruntuhkan pasar keuangan Amerika, dari fenomena mengamplas barang-barang “busuk.” Penonton juga akan cukup dibukakan bagaimana kecurangan dan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Salah satunya adalah proses screening dalam pengajuan kredit yang tidak dilakukan, hingga proses pemeringkatan tanpa pemeriksaan. Alhasil, film ini merupakan salah satu tontonan edukasi yang tepat selain “Inside Job,” mengenai peristiwa krisis global akhir 2000-an dan memberikan fakta baru bagi penonton seperti yang dicerminkan salah satu kutipan film ini, “Truth is like a poetry. And most people f*cking hate poetry.”