Sebuah coming of age drama karya Mike Nichols ini menjadi salah satu fenomena di akhir periode 60-an. “The Graduate” ini diadaptasi dari sebuah buku berjudul sama, karangan Charles Webb yang terbit di tahun 1963.
Kisahnya ini berpusat pada karakter utamanya, Benjamin Braddock, yang diperankan oleh Dustin Hoffmann. Benjamin, yang baru saja menyelesaikan college-nya adalah kebanggaan keluarga Braddock. Saat pesta perayaan kedatangan Benjamin di rumahnya, salah satu sosok kerabat keluarganya menghampiri Benjamin, dimana kisah ini berawal.
Sosok tersebut adalah Mrs. Robinson, yang diperankan oleh Anne Bancroft. Mrs. Robinson menghampiri Benjamin di kamarnya, dan mulai berusaha menggoda Benjamin. Keluarga Robinson merupakan salah satu partner dari keluarga Braddock, sehingga hubungan keluarga mereka dianggap sudah cukup dekat. Yang menarik, Mrs. Robinson dengan otak penuh alasan terus berusaha mencoba memikat Benjamin yang masih muda dan good looking.
Akhirnya, ketika suatu saat, Benjamin akhirnya terpana dan terjebak dengan godaan Mrs. Robinson. Benjamin pun harus kehilangan keperjakaannya dan lama-kelamaan merasa bosan dengan keadaan ini. Model pemikiran keduanya yang sudah cukup berbeda, membuat mereka tidak bisa menjalani affair. Juga, ini merupakan sebuah dilema, karena Benjamin sebetulnya menyukai Elaine, yang diperankan oleh Katharine Ross, yang merupakan anak Mrs. Robinson.
Suatu ketika, Elaine kembali ke rumah keluarga Robinson. Hubungan affair antara Mrs. Robinson dan Benjamin pun telah berakhir. Tetapi yang menjadi masalah, Mrs. Robinson tidak menginginkan Benjamin untuk bersama Elaine. Padahal, Benjamin sebetulnya telah memuja Elaine sejak lama. Dengan melawannya Benjamin, kisah ini berubah menjadi perjuangan untuk merebut sang pujaan hati.
Mike Nichols, sutradara film ini, banyak memainkan kolaborasi lagu dengan adegan yang sejalan. Musik film dikarang oleh Simon and Garfunkel, memberikan nuansa 60-an yang cukup kental dengan kesan folk-rock. Yang menarik dari film ini, Nichols banyak mengambil shot-shot yang tidak terduga, terutama dengan beberapa manfaat zoom in, zoom out yang dimainkan oleh sebuah kamera. Mengangkat kisah yang cukup kontroversial di masanya dengan penokohan serta penyajian yang mengesankan, memberikan sebuah piala Oscar untuk kerja keras Mike Nichols sebagai sutradara terbaik. Di sisi lain, film ini tidak menjadi film terbaik pada tahun tersebut, yang akhirnya diraih oleh “In the Heat of the Night.” Tetapi baiknya, film ini memperlihatkan bagaimana kehebatan Nichols dalam menyutradarai film ini setelah cukup sukses dengan debut “Who’s Afraid with Virginia Woolf?” dan menjadikan film ini 1 dari 23 film yang memenangkan “Best Director” yang tidak menyabet “Best Picture.”
Tontonan ini sangat menarik dan merupakan salah satu tontonan antar generasi yang pantas untuk tidak dilewatkan. Mulai bagaimana para pemeran utama mempertunjukkan performa yang mengesankan. Mulai dari kepolosan Hoffman, kenakalan Bancroft, hingga ketulusan Ross. Sepanjang tontonan, penonton akan dihibur dengan beberapa adegan-adegan komedi satir yang akan membuat sedikit tertawa. Walaupun film ini tidak dianggap bertele-tele, dan cukup kental dengan nuansa evergreen-nya, “The Graduate” dapat dipastikan adalah salah satu yang terbaik dari era 1960-an. Tidak hanya sampai disitu saja, sosok Mrs. Robinson telah berubah menjadi sebuah ikon bagi para ibu-ibu nakal yang mencari belaian pria-pria muda.
Berakhir dengan sebuah hasil yang cukup berani, “The Graduate” membuktikan bahwa kekuatan cinta akan tetap menang. As a classic, film ini mencoba untuk memperlihatkan sebagian realita yang terjadi di masyarakat modern. Sebagai penutup, ada salah satu memorable line dari Benjamin yang cukup populer, “For god’s sake, Mrs. Robinson. Here we are. You got me into your house. You give me a drink. You… put on music. Now you start opening up your personal life to me and tell me your husband won’t be home for hours. … Mrs. Robinson, you’re trying to seduce me.”