Di Indonesia, kata ‘diva’ kerap diasosiasikan dengan para penyanyi perempuan yang punya kesuksekan. Hal ini akan bermakna lain dalam dunia barat. Bermakna sama, namun mereka juga kadang problematik. Inilah cerita “Maria,” suguhan biografi hari-hari terakhir Maria Callas, one of the best Soprano who ever lived.

Sedari awal, penonton sudah dikejutkan dengan sekelompok orang di suatu apartemen mewah, yang memberi kesan sedang melihat seorang perempuan tak bernyawa sedang tersungkur di ruang tamunya. Cerita kemudian akan membawa pada dua minggu terakhir dari wanita tersebut. Ia adalah Maria Callas, diperankan oleh Angelina Jolie, yang merupakan seorang penyanyi opera yang juga dijuluki La Divina.

maria
Courtesy of The Apartment, Komplizen Film, Fabula, FilmNation Entertainment © 2024

Apa yang ingin diperlihatkan “Maria” rasanya ingin menggambarkan sosok Callas sebagai seorang manusia yang punya seabrek masalah, dibalik kemegahan namanya di dunia Opera. Cerita kemudian akan terfokus pada Callas yang juga merasa terperangkap dari kedua asisten pribadinya, sekaligus serangkaian halusinasi yang membuatnya tak bisa membedakan yang nyata dan yang tidak.

Film ini merupakan film ketiga dari trilogy wanita berpengaruh Pablo Lorrain, yang sebelumnya juga menghadirkan “Jackie” dan “Spencer.” Keduanya sendiri sempat berhasil mencuri perhatian di musim penghargaan tahun tersebut. Yang cukup mengecewakan adalah ketika Kristen Stewart gagal meraih Oscar atas penampilannya sebagai Lady Diana, yang kemudian dimenangkan longtime nominee Jessica Chastain lewat “The Eyes of Tammy Faye.”

maria
Courtesy of The Apartment, Komplizen Film, Fabula, FilmNation Entertainment © 2024

Secara penyajian, saya menyukai bagaimana upaya Larrain dalam membangun setiap adegan film ini. Nuansa ambisius amat terasa memenuhi, apalagi ketika itu menyatu dengan rasa klasik dalam yang kental, yang memang menjadi asosiasi utama karakter kita. Namun, dari cerita yang ditulis Steven Knight, “Maria” terbilang jadi cerita tragis yang kurang mampu menuai simpati.

Masalah ketergantungan obat yang membangun dunia halusinasi Callas, malah membuatnya hidup dalam arogansi dan penuh gengsi, yang memang tak mampu membuatnya jadi suatu inspirasi. Tema serupa juga saya temukan dalam “The Apprentice,” yang pada akhirnya ingin menyimpulkan penyajian karakter utama sebagai a human being. Ini saja belum termasuk dengan kisah cinta perselingkuhan fenomenal antara Callas dan konglomerat Onassis yang blak-blakan pada masanya.

maria
Courtesy of The Apartment, Komplizen Film, Fabula, FilmNation Entertainment © 2024

Untung saja, upaya akting yang dihadirkan Angelina Jolie patut diapresiasi. Memerankan sosok legendaris dengan usaha untuk serupa, terutama saat Ia harus memainkan mimik ketika melakukan lip sync di sepanjang film, jadi tantangan tersendiri. Cuma saja, saya justru lebih menyukai upaya penggambaran Judy Garland oleh Renee Zellweger dalam “Judy,” yang juga seorang diva, namun Ia menggunakan suaranya untuk menampilkan versinya. Memang sih rasanya sulit jika Jolie harus bernyanyi se-sempurna Callas. Akan tetapi, transisi Callas yang diselipkan seakan punya gap yang lebih lebar, ketimbang upaya Marrion Cotillard dalam memerankan kembali Edith Piaf dalam “La Vie en Rose.”

Film ini sendiri sudah dirilis dengan Venice Film Festival, dan menjadi bagian dalam kompetisi Golden Lion. Pada malam perilisannya, penonton memberikan standing applause yang cukup panjang atas penampilan akting Angelina Jolie. Sedangkan di musim penghargaan tahun ini, rasanya “Maria” tidak terlalu mencuri perhatian saya. Saya mungkin akan menjagokan Angelina Jolie untuk Best Actress in Leading Role, dan mungkin Best Production Design ataupun Best Costume Design untuk film ini.

maria
Courtesy of The Apartment, Komplizen Film, Fabula, FilmNation Entertainment © 2024

Film yang didistribusikan oleh Netflix ini rasanya kurang terlalu memuaskan saya yang lapar dengan tontonan drama. “Maria” dihadirkan dengan kemasan boring, dengan karakterisasi tokoh utama yang tidak memikat, namun akting amat meyakinkan. Film ini pun kurang membangun ketertarikan saya untuk mencari tahu apakah adegan yang sedang diperlihatkan adalah realita atau halusinasi. Sekali lagi, sepertinya “Maria” kurang berhasil menyajikan pengalaman nonton yang berkesan, terlepas dari penyajiannya yang begitu ambisius.

Maria (2024)
R, 124 menit
Drama, Biography, Music
Director: Pablo Larrain
Writers: Steven Knight
Full Cast: Angelina Jolie, Pierfrancesco Favino, Alba Rohrwacher, Haluk Bilginer, Kodi Smit-McPhee, Stephen Ashfield, Valeria Golino, Caspar Phillipson, Lydia Koniordou, Vincent Macaigne, Aggelina Papadopoulou, Erophilie Panagiotarea, Jörg Westphal, Philipp Droste, Alessandro Bressanello, Paul Spera, Kay Madsen, Lyès Salem, Christophe Favre, Hugo Dillon, Lidia Zelikman Kauders, Toma Hrisztov, Botond Bartus, Rebecka Johnston, Lili Walters, Jeremy Wheeler, János Geréb, Andrew Hefler, Bálint Magyar, Patrick Mccullough, Francis McBurney, Christiana Aloneftis, Miklós Béres, Lorena Santana Somogyi, Tímea Kása, Kembe Sorel, András Sütö, Suzie Kennedy
#851 – Maria (2024) was last modified: Februari 26th, 2025 by Bavner Donaldo