Table of Contents
🇮🇩 Bahasa Indonesia – Original
Setelah sekian lama tertinggal dalam watchlist saya, anime yang satu ini rasanya tidak boleh terlewatkan. Animator “Your Name” menghadirkan “Suzume,” sebuah animasi yang akan membawa penonton ke dalam perjalanan seorang perempuan yang ingin menyelamatkan Jepang dari bencana.
Sosok Suzume, disuarakan oleh Nanoka Hara, sebetulnya biasa saja. Ia merupakan seorang pelajar yang kini hidup dengan tantenya yang masih single, Tamaki, yang disuarakan oleh Eri Fukatsu. Suatu hari, saat ia hendak pergi ke sekolah, ia bertemu dengan seorang pria berambut panjang dan misterius yang bernama Souta, disuarakan oleh Hokuto Matsumura. Souta ingin mengunjungi suatu taman bermain yang terbengkalai di dekat area rumahnya.

Awal cerita dimulai ketika Suzume memutuskan untuk kembali ke arah rumah. Ia malah ingin menyusul ke tempat yang akan dikunjungi Souta. Sesampainya di sana, benar saja tebakannya. Ia menemukan suatu pintu di tengah arena luas, dan ketika dibuka, ia melihat suatu realm yang berbeda. Ia pun kembali ke sekolah. Tetapi kemudian terjadi bencana gempa bumi, Suzume kembali ke sana, dan ia menyaksikan hal yang semakin tidak diduganya. Ia membantu Souta untuk menutup serangan cacing bumi dengan menutup pintu dimensi.
Keberhasilan tersebut ternyata hanya sebentar. Suzume kemudian berkenalan dengan sosok kucing bernama Daijin, disuarakan oleh Ann Yamane, yang ternyata bisa berbicara. Daijin kemudian tak segan mengutuk Souta menjadi kursi peninggalan ibunda Suzume. Kucing lucu nakal ini kemudian pergi dan membuka pintu-pintu bencana, sementara Suzume memulai petualangan baru untuk menghentikannya sekaligus membuktikan tanggung jawabnya.

“Suzume” ditulis dan disutradarai oleh Makoto Shinkai. Shinkai membawa penonton dalam alur cerita yang berisi fantasi akan realitas dan dimensi ever after. Ia juga menghadirkan makhluk-makhluk mistis layaknya Ghibli, yang akan menjadi trademark film ini. Kalau favorit saya di film ini tentu jatuh pada Daijin, yang juga menjadi antagonis utama di film ini.
Untuk ukuran 122 menit, “Suzume” tetap berhasil membuat saya tidak bosan. Rasanya ini berkat penyajian cerita yang sepintas terasa seperti road trip movie, sebab akan membawa penonton pada beberapa kota di Jepang. Seperti ketika Suzume memulai ceritanya di Tonami, lalu pergi ke Miyazaki, Kobe, dan berujung di kota Tokyo. Penyajian ini juga didukung dengan tampilan animasi yang memperlihatkan kehidupan modern saat ini, yang rasanya cukup memalingkan mata saya. Misalnya saja saat layar Spotify ataupun Messenger yang terasa ditampilkan nyata, padahal animasi.

Aksi-aksi sebagai penutup bencana ini terasa out of the box. Apalagi jika kita berpikir dengan sosok Souta yang telah berubah menjadi sebuah kursi pincang. Rasanya amat tidak logis ketika memikirkan kursi ini bisa berbicara dan berlari, apalagi ketika ada adegan lari-larian di sebuah ferris wheel. Baiknya, eksekusi yang dilakukan Makoto Shinkai terasa begitu berani untuk menyajikan kondisi yang tak terduga.
Dari segi cerita saya menyukai upaya “Suzume” yang juga mendalami background Suzume kecil yang ditinggal sang ibu karena bencana. Kita akan menyaksikan drama penuh haru akan hubungannya dengan sang tante, termasuk bagaimana rekoleksi memori ini membantunya dalam menyelesaikan petualangannya. Yang saya sesali, mungkin ketika Suzume rasanya terlalu berani untuk berdiri di depan pintu ferris wheel yang kala itu bergerak naik, yang rasanya amat tidak mungkin dilakukan siapa pun dengan santainya. Hanya saja saya menyadari, jika ini tetap sebuah animasi yang akan memanjakan penontonnya dengan fantasi.
Buat saya, “Suzume” hadir menjadi alternatif lain bagi para pencinta Ghibli. Sepertinya memang belum menyamai karya-karya Miyazaki yang jauh lebih fenomenal, sebut saja “Spirited Away” ataupun “Howl’s Moving Castle.” Film ini juga terlalu mudah rasanya untuk masuk ke dalam daftar animasi terbaik Jepang yang pernah saya tonton. Suatu pengalaman menonton yang amat berkesan, yang akan kembali membawa kita dalam versi lain akan misteri semesta. Wonderful!
🇬🇧 English Version – Translated
After being on my watchlist for so long, this anime simply cannot be missed. The animator of “Your Name” presents “Suzume,” an animation that will take viewers on a journey of a woman who wants to save Japan from disaster.
The character of Suzume, voiced by Nanoka Hara, is actually quite ordinary. She is a student who now lives with her single aunt, Tamaki, voiced by Eri Fukatsu. One day, as she is about to go to school, she meets a mysterious long-haired man named Souta, voiced by Hokuto Matsumura. Souta wants to visit an abandoned amusement park near her home area.

The story begins when Suzume decides to return home. Instead, she wants to follow Souta to the place he’s going to visit. Upon arriving there, her guess is correct. She finds a door in the middle of a wide arena, and when opened, she sees a different realm. She then returns to school. But then an earthquake disaster occurs, Suzume goes back there, and she witnesses something increasingly unexpected. She helps Souta close the earthworm attack by closing the dimensional door.
This success turns out to be only temporary. Suzume then meets a cat named Daijin, voiced by Ann Yamane, who can apparently talk. Daijin then doesn’t hesitate to curse Souta into becoming a chair, a memento of Suzume’s mother. This cute mischievous cat then leaves and opens disaster doors, while Suzume begins a new adventure to stop it and prove her responsibility.

“Suzume” is written and directed by Makoto Shinkai. Shinkai takes viewers through a storyline filled with fantasy about reality and the ever after dimension. He also presents mystical creatures like Ghibli, which will become this film’s trademark. My favorite in this film certainly falls on Daijin, who also becomes the main antagonist in this film.
For a 122-minute duration, “Suzume” still manages to keep me from getting bored. This feels like it’s thanks to the story presentation that briefly feels like a road trip movie, as it will take viewers to several cities in Japan. Like when Suzume starts her story in Tonami, then goes to Miyazaki, Kobe, and ends up in Tokyo. This presentation is also supported by animation visuals that show modern life today, which quite catches my eye. For example, when Spotify or Messenger screens feel displayed realistically, even though it’s animation.

The actions as a disaster closer feel out of the box. Especially if we think about Souta who has transformed into a lame chair. It feels very illogical when thinking that this chair can talk and run, especially when there are chase scenes on a ferris wheel. Fortunately, the execution done by Makoto Shinkai feels so bold in presenting unexpected conditions.
Story-wise, I like “Suzume” effort to also delve into the background of little Suzume who was left by her mother due to disaster. We will witness a touching drama about her relationship with her aunt, including how this memory recollection helps her complete her adventure. What I regret, perhaps when Suzume feels too brave to stand in front of the ferris wheel door that was moving up at the time, which feels very impossible for anyone to do casually. However, I realize that this is still an animation that will pamper its viewers with fantasy.
For me, “Suzume” comes as another alternative for Ghibli lovers. It seems it hasn’t yet matched Miyazaki’s works that are far more phenomenal, such as “Spirited Away” or “Howl’s Moving Castle.” This film also feels too easy to enter the list of best Japanese animations I’ve ever watched. A very memorable viewing experience that will bring us back into another version of the universe’s mysteries. Wonderful!








![#337 – Tom at The Farm [Tom à la ferme] (2013) 337-Picture6](https://cinejour.b-cdn.net/wp-content/uploads/2017/08/337-Picture6-218x150.webp)

![#335 – Heartbeats [Les amours imaginaires] (2010) 335-Picture3](https://cinejour.b-cdn.net/wp-content/uploads/2017/07/335-Picture3-218x150.webp)
![#333 – I Killed My Mother [J’ai tué ma mère] (2009) 333-Picture2](https://cinejour.b-cdn.net/wp-content/uploads/2017/07/333-Picture2-218x150.webp)





![#552 – Into the Night [Chodzmy w noc] (2020)](https://cinejour.b-cdn.net/wp-content/uploads/2021/01/552-Picture2-324x160.webp)






