Melihat sepintas judulnya, Anda akan mengira ini adalah sebuah kisah cinta. Yup, benar. Akan tetapi, bila melihat posternya, anda akan menyadari jikalau kedua karakternya merupakan senior. “My Sailor My Love” menawarkan suguhan cerita cinta terakhir sang pelaut, sekaligus hubungannya yang tak akur dengan putri tunggalnya.
Film ini dimulai dengan adegan suatu sesi therapy, yang kemudian berujung dengan kehadiran Grace, diperankan oleh Catherine Walker, ke rumah ayahnya. Bermaksud untuk memberikan excitement, sang Ayah, Howard, diperankan oleh James Cosmo, malah sama sekali tidak menampik upaya putrinya. Penonton pun akan menyadari bahwa kondisi memang sedang ada apa-apa dengan keduanya.
Hari itu adalah hari ulangtahun Howard. Anehnya, Ia amat bersikap baik dengan yang lain, selain Grace. Begitupula ketika Howard mampu menggugah anak-anak melalui cerita petualangannya yang memukau. Melihat kondisi Ayahnya yang cukup aur-auran, Grace pun membuka lowongan asisten rumah tangga bagi sang Ayah.
Lalu kemudian hadir sosok Annie, diperankan oleh Brid Brennan. Ia merupakan seorang nenek yang sehari-hari bekerja di kedai daerah sekitar, sekaligus menjaga kedua orang cucunya. Kedatangan pertama Annie, Ia berupaya untuk mencairkan suasana yang begitu dingin disana. Howard yang hidup seorang diri, terasa terfokus dengan kesibukan yang tak jelas, termasuk dengan keadaan rumah yang tak terawat. Tanpa disangka, kehadiran Annie justru memberikan lembaran baru bagi Howard yang ditinggal kesepian di penghujung usianya.
Cerita film ini ditulis oleh Jimmy Karlsson dan Kirsi Vikman, yang kemudian disutradarai oleh Klaus Haro. “My Sailor My Love” sendiri bersetting di tanah Irlandia, yang kemudian akan memukau penonton melalui pemandangan alam yang sepi penduduk nan asri. Sentuhan kehangatan terasa dimana-mana, sekaligus ketenangan. Dari segi cerita, film yang berdurasi sekitar 100 menit ini dirasa cukup pas.
Bicara alurnya, konflik yang dihadirkan dalam “My Sailor My Love” mengingatkan saya sekilas dengan “The Father,” mengingat kedua sosok Ayah punya sifat yang sama-sama keras. Bedanya, dalam penceritaan di film ini, konflik antara Grace dan Howard malah akan mengubah persepsi penonton yang awalnya terpikir jika Howard adalah si antagonis. Seiring berjalannya cerita, Grace malah semakin cenderung jadi si sosok antagonis, terlepas dari segala kepahitannya.
Untungnya, ada karakter Annie, yang menurut saya hadir seperti Ibu Peri. Posisinya sebagai karyawan Grace, sedikit tak disangka jika Ia punya ketertarikan dengan Howard. Saya rasa “My Sailor My Love” memang tidak terlalu eksplisit dalam mengungkapkan perasaan keduanya. Bicara karakternya, saya cukup kaget bagaimana kesabaran Annie yang amat panjang disini. Menghadapi Ayah-anak yang tak bisa akur, sekaligus keberadaannya yang cenderung sulit diterima.
Baiknya, “My Sailor My Love” dieksekusi dengan ensemble cast dengan baik. Ditambah lagi dengan suguhan selingan pemandangan, yang semakin menjadikan drama percintaan ini begitu indah. Begitu pula dengan aspek musik dari Michelino Bisceglia yang hadir di sepanjang film. Membuat film ini jadi semakin-makin. Saya amat menyukai aspek Irlandia yang dihadirkan, yang sekilas mengingatkan saya dengan banyak drama manis, seperti “Leap Year” ataupun komedi satir “The Banshees of Inisherin.”
Sebagai salah satu unggulan dari Music Box Films di tahun ini, saya rasa “My Sailor My Love” akan masuk ke dalam unggulan Best Cinematography dan Best Original Score versi saya. Alhasil, untuk di tahun ini, bila membandingkan dengan film yang bertema para senior, seperti “The Miracle Club,” tentu “My Sailor My Love” terasa lebih berisi dan berkesan. Beautiful!