Bicara konten streaming jaman sekarang udah mulai aneh-aneh. Ada yang jual diri, pergi ke tempat horror ujung-ujungnya baca ayat perlindungan setelah diganggu balik, minta disawer sambil siram comberan ke diri sendiri, bahkan ada yang cuma tidur dan pasang alarm aneh-aneh ketika ada yang nyawer. Memang aneh. Tapi gimana kalo yang berhubungan sama yang mistis-mistis? “Gonjiam: Haunted Asylum” menawarkan tontonan seram dari tempat yang dijuluki media CNN sebagai salah satu tempat horror teraneh di Bumi.
Film ini diawali oleh dua orang influencer, yang cerita mereka kegiatan mereka di Gonjian. Gonjian sendiri merupakan sebuah tempat yang dulu adalah rumah sakit jiwa. Pada pertengahan 90-an, rumah sakit ini ditinggalkan pemiliknya dan menjadi terlantar. Alhasil, bangunan dan segala perlengkapan didalamnya mencoba bertahan dengan waktu. Kembali ke cerita, dua orang tersebut kemudian dinyatakan hilang.
Di Korea Selatan sendiri, rumah sakit Gonjian merupakan satu dari tiga tempat horor yang paling sering dibicarakan. Singkat cerita, seorang pemilik kanal Youtube bernama Ha-Joon, yang diperankan oleh Wi Ha-Joon, mengajak 5 orang yang Ia kenal untuk ikut bersamanya. Ha-Joon ingin membuat konten tentang Gonjiam, dengan motivasi utama: viewers, dan tentunya cuan.
Film ini disutradarai oleh Jung Bum-Shik, yang ceritanya Ia tulis bersama Park Sang-Min. Dari penyajian, apa yang dikemas dalam “Gonjiam” ingin memberikan feel ke penonton ala-ala “The Blair Witch Project.” Penonton akan menyaksikan adegan demi adegan yang terlihat seperti berasal dari kamera para pemain. So, jangan harap untuk mendapatkan adegan-adegan yang terekam rapi. Editan luar biasa effort di film ini juga memang menjadi tontonan kurang menghibur.
Dari sisi cerita, tidak ada sesuatu yang spesial. Horor yang ditawarkan cuma berisi jump scare ataupun gangguan teknis seperti pintu tertutup, lonceng berbunyi, sampai boneka yang berpindah. Walaupun sempat deg-degan, saya merasa malah lebih horor jika menyaksikan kanal ‘Jurnal Risa’ ataupun ‘Diary Misteri Sara’ di Youtube. Keduanya lebih menjanjikan, dengan tawaran shot yang lebih proper dan seram tentunya.
Begitupula dengan karakternya, untuk ukuran sebuah horor, kesan menjengkelkan amat terasa pada karakter utama film ini, Ha-Joon, yang diperankan oleh Wi Ha-Joon. Secara penampilan, ya ga ada yang berkesan-kesan banget. Oh iya, semua aktor di film ini berperan dengan nama mereka masing-masing.
Secara produksi, “Gonjiam” memang sukses secara finansial. Film yang bermodalkan USD 2.2 juta berhasil mendapatkan pendapatan dan box office sepuluh kalinya. Di Korea sendiri, film ini juga masuk ke dalam penghargaan bergengsi seperti Grand Bell Awards dan Blue Dragon Film Awards. Keduanya menghadiahkan penghargaan Best Editing bagi Kim Hyung-Joo dan Yang Dong-Yeop. Memang sih, aspek teknis yang paling terasa effortnya di film ini adalah bagian Editing.
Ada beberapa kesalahan fatal yang memang harus menjadi bagian dalam cerita. Misalnya ketika tim ini terasa memandang remeh akan Gonjiam dan penghuninya. Begitu pula ketika beberapa dari mereka yang keluar batas. Sekali lagi, percaya tidak percaya, kita sebagai manusia juga sebaiknya tidak mengganggap remeh dengan pantangan-pantangan yang berlaku. Menyepelekan hal tersebut, memang dapat berakibat fatal. Saya rasa, hanya ini pelajaran yang bisa diambil dari film “Gonjiam.”
Menariknya, adegan-adegan yang diambil dalam film ini tidak diambil disana, melainkan dari sebuah bangunan sekolah yang direka ulang. Sebelum film ini dirilis, pemilik ahli waris Gonjiam meminta untuk membatalkan film ini karena alasan memberikan kesan negatif. Berhubung pengadilan memenangkan pihak pembuat film, pemilik Gonjiam memutuskan untuk menghancurkan. Boomingnya film “Gonjiam” malah membuat situs rumah sakit terbengkalai ini dimusnahkan.
Jika ditanya apakah saya akan menonton kembali “Gonjiam” di masa mendatang? Tentunya tidak. Cukup satu kali saja. Bukan karena alasan horornya, namun lebih baik saya menghabiskan waktu saya untuk menyaksikan kanal-kanal Youtube yang jauh lebih horor.
