Menjadi salah satu suguhan Netflix di tahun ini, “White Hot” akan mengajak penonton untuk mengikuti perjalanan, kejatuhan, serta upaya baru dari salah satu brand kenamaan Amerika, Abercrombie & Fitch. Dokumenter ini akan menguak beragam dunia gelap dibalik eksklusivitasan brand yang satu ini.

Film ini memulai ceritanya dengan mengajak penonton langsung ke era 90-an, ketika masa kejayaan budaya pop semenjak hadirnya MTV, yang kemudian memperkenalkan tren west coast dan east coast ke seluruh penjuru Amerika. Dari sana, Abercrombie & Fitch hadir sebagai salah satu merk fashion anak muda yang menjual dengan imej seksualitas dan preppy.

white hot
Courtesy of AliKlay Productions, SecondNature © 2022

Penonton akan diajak untuk mengetahui bagaimana beberapa strategi penjualan brand fashion yang satu ini. Misalnya, bagaimana standar berpakaian, pemakaian parfum yang khas di setiap store-nya, sajian musik, sampai setting pintu masuk ke dalam toko yang dikemas tertutup. Film ini juga menceritakan bagaimana Abercrombie & Fitch selalu menggunakan imej seksualitas yang kental lewat foto-foto pria bertelanjang dada yang menjadi salah satu jualan utamanya.

Tak sampai disitu, yang jadi masalah utama adalah ketika brand kenamaan yang satu ini terganjal dengan rangkaian masalah yang dihadapinya. Salah satunya adalah bagaimana kegiatan rasisme yang berjalan di dalam perusahaan, seperti adanya penilaian pada karyawan bukan karena performanya, tetapi lebih karena tampang dan trendy-nya. Ini termasuk dengan bagaimana tindakan semena-mena perusahaan pada karyawan dari latar minoritas.

white hot
Courtesy of AliKlay Productions, SecondNature © 2022

“White Hot” disutradarai oleh Alison Klayman, hadir dengan model penceritaan berstruktur linear. Secara runut Klayman akan membahas Abercrombie & Fitch, seiring dengan narasumber-narasumber yang terlibat dalam kejatuhan itu. Walaupun film ini banyak menyoroti masalah kepemimpinan pada masa Mike Jeffries, setidaknya ada beberapa eksekutif yang bersedia untuk diwawancarai, termasuk Todd Corley yang menjabat sebagai Chief Diversity Officer.

Dari sekian banyak narasumber yang dihadirkan, beberapa kisah orang dalam menarik untuk disimak. Misalnya ketika momen Bobby Blanski, yang merupakan salah satu model menolak untuk mendatangi undangan spesial dari Bruce Webber. Ataupun ketika Antony Ocampo bersama Jennifer Sheahan yang melakukan perlawanan dengan perusahaan tempat mereka bekerja karena perlakukan rasisme yang tidak masuk akal. Kedua ini hanyalah secuil dari kelamnya Abercrombie & Fitch.

white hot
Courtesy of AliKlay Productions, SecondNature © 2022

Setidaknya, film ini akan membuka mata penonton bahwa yang memberikan keunggulan  Abercrombie & Fitch adalah eksklusivitas yang diciptakan oleh Mike Jeffries, yang sekaligus menjadi pisau bermata dua baginya. Saya amat tertarik bagaimana film ini tidak hanya menggambarkan kejatuhan Abercrombie & Fitch, tetapi juga dengan bagaimana upaya restorasi brand ini dari sentimen rasis dan homofobik yang menguasainya. Alhasil, si paling Amerika masih berupaya untuk terlihat diverse di tengah konotasi negatif yang sudah tersemat. So, is this the end for Abercrombie & Fitch? We’ll see.

White Hot: The Rise & Fall of Abercrombie & Fitch (2022)
TV-14, 88 menit
Documentary
Director: Alison Klayman
Full Cast: Benjamin O’Keefe, Bobby Blanski ,Ryan Daharsh, Sapna Maheshwari, Jennifer Sheahan, Alan Karo, Anthony Ocampo, Treva Lindsey, Carla Barrientos, Robin Givhan, Jose Sanchez, Moe Tkacik, Cindy Smith-Maglione, Charles Martin, Susan Berfield, Lindsey Rupp, Kelly Blumberg, Kjerstin Gruys, Savas Abadsidis, Patrick Carone, Mark Beard, Benoit Denizet Lewis, Christopher Clayton, Toya Spencer, Phil Yu, Tom Saenz, Jahan Sagafi, Todd Corley, Samantha Elauf

#637 – White Hot: The Rise & Fall of Abercrombie & Fitch (2022) was last modified: Oktober 31st, 2022 by Bavner Donaldo