Salah satu unggulan Netflix di tahun ini, “Tick Tick Boom” akan membawa kita ke dalam sebuah perjalanan seorang Jonathan Larson. Hayo, siapa Jonathan Larson? Buat yang pernah menyaksikan Broadway ataupun versi filmnya “Rent” adalah salah satu masterpiece Larson. Dalam film kali ini, penonton akan melewati bagaimana Ia menceritakan perjalanannya untuk mengejar mimpi dan obsesi serta lari dari ketakutannya.
Sosok Jonathan, diperankan oleh Andrew Garfield, akan membawa penonton ke dalam kehidupannya sebelum kecemerlangan “Rent.” Ia bekerja sehari-hari sebagai waiter di sebuah diner bernama Moondance. Di sela kesibukannya, Ia banyak menghabiskan waktu untuk mempersiapkan sebuah musikal futuristik yang Ia beri nama “Superbia.” Setelah persiapan hampir lebih dari 8 tahun, Ia menantikan sebuah pentas workshop demi mendapat sokongan produser untuk pentas di Broadway.
Dalam perjalanannya itu, kita akan berkenalan dengan orang-orang di sekitar Jon. Ada Michael, diperankan oleh Robin de Jesus, yang merupakan sahabat karib Jon. Keduanya sama-sama dari nol di New York City, sampai sempat tinggal di apartemen yang sama, hingga Michael banting setir dari mimpinya untuk menjadi aktor dan sukses bekerja di advertising company. Selain Michael, penonton juga akan diperlihatkan mengenai kisah cinta Jon dengan Susan, diperankan oleh Alexandra Shipp.
Film ini disutradarai oleh Lin-Manuel Miranda, yang merupakan featured debut-nya di layar perak. Miranda sendiri dalam beberapa tahun terakhir sudah amat dikenal untuk beragam karyanya, mulai dari pentas “Hamilton,” sampai saat Ia memenangkan Oscar untuk “Moana.” Dalam debut-nya ini, sebetulnya, “Tick Tick Boom” bukan sesuatu yang baru. Ia pernah memerankan sosok Jon dalam versi musikal ini di tahun 2014.
Apa yang disajikan dalam versi film ini sebetulnya adalah visualisasi yang lebih lengkap, dimana penonton tidak hanya menyaksikan aksi tiga aktor sebagaimana di versi aslinya yang menceritakan cerita Jon. Oh ya, ini merupakan sebuah semi-autobiografi. Larson pertama kali mementaskannya di tahun 1991, sampai akhirnya Ia mendapatkan sebuah Off-Broadway revival di tahun 2001.
Secara penyajian, film ini memulai dengan kesan yang kurang menendang. Tapi, kian lama, “Tick Tick Boom” semakin membangun tontonan yang cukup emosional. Andrew Garfield memperlihatkan sebuah penampilan yang cukup tidak terduga untuk ikut bernyanyi disini. Upayanya memerankan Larson yang jenius terbilang berhasil.
Salah satu lagu terbaik di film ini adalah ketika Garfield bersama Vanessa Hudgens menyanyikan “Therapy.” Saya amat menyukai penggunaan repetisi dengan tempo nyanyian yang semakin cepat dan seakan bersahut-sahutan. Selain itu film ini menghadirkan beberapa track menarik lainnya seperti “Boho Days,” “Come to Your Senses,” ataupun “Sunday.” Bila Anda menyukai “Rent,” mungkin “Tick Tick Boom” juga akan memikat sebab keduanya hadir dengan nuansa yang senada.
Apa yang akan membuat “Tick Tick Boom” unggul dalam award season di tahun ini? Dugaan saya, Andrew Garfield akan dengan mudah untuk mengamankan satu slot untuk Best Actor in Leading Role. Sisanya, mungkin bisa diambil dari Production Design, Editing, dan Sound Editing.
Akhir kata, “Tick Tick Boom” belum dapat terbilang sebagai musikal terbaik dalam dekade ini, namun saya amat menyukai bagaimana film ini mengutarakan segala ketakutan, kekhawatiran, dan drama-drama Jon dalam menelurkan “Superbia” yang sampai saat ini tidak pernah ada. Ada yang cukup saya sukai di film ini. Film ini memperlihatkan bagaimana proses kreatif seorang Jonathan Larson. Ia memang seorang jenius. A heartwarming tribute!