Buat yang kenal saya pasti ngerti banget kalau satu tahun belakangan ini saya lagi terobsesi banget sama apapun yang berbau Thailand, salah satunya film Thailand. Kali ini saya memilih film “Bad Genius” yang muncul di tahun 2017 sebagai entertain di waktu luang. Film ini menceritakan bagaimana seorang anak yang jenius namun lahir dari keluarga sederhana yang membantu teman – temannya untuk lulus ujian hingga menjadikan contekan sebagai bisnis dengan membuat sistem mencontek dengan cara jenius. Mau tahu gimana serunya? Simak terus yah!
Di awal film, kita akan disuguhkan ke empat pemeran utama Lynn (Aokbab Chutimon), Bank (Non Chanon), Grace (Oom Eisaya). dan kekasihnya Pat (James Teeradon). Keempatnya diperhadapkan di sebuah ruangan secara satu per satu. Ternyata, mereka sedang diinterogasi atas aksi kejahatan contek-mencontek mereka. Lha, kok bisa? Ini yang akan membuat penonton bertanya-tanya tentang apa sih yang terjadi.
Penonton kemudian akan dibawa pada peristiwa tiga tahun sebelumnya, tepatnya saat ajaran baru dimulai di suatu sekolah. Kita akan dikenalkan dengan sosok Lynn, siswa jenius yang berasal dari keluarga berekonomi sederhana yang tinggal bersama ayahnya. Sang Ayah (Thaneth Warakulnukroh), yang memiliki impian agar putrinya dapat berkuliah di luar negeri, dengan memasukan Lynn ke sekolah prestige tersebut.
Walaupun memiliki otak yang jenius, ternyata Lynn mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial. Ia kemudian berkenalan dengan Grace, seorang siswi cantik yang ramah. Di film ini kita akan dijelaskan kalau Grace merupakan stereotype dari siswi cantik, namun tidak pintar pelajaran sekolah. Grace tetap punya bakat kok, Ia jago dalam melakukan drama. Ini yang kemudian membuatnya bergabung dengan klub drama. Lynn yang kemudian mengetahui jika Grace punya masalah dengan nilai – nilai-nya, langsung berinisiatif untuk membantu Grace lewat memberikannya contekan di saat ujian.
Setelah menjadi teman dekat, Grace kemudian memperkenalkan Pat, kekasihnya, yang merupakan anak dari keluarga kaya raya yang sangat oportunis. Perkenalan antara Lynn dan Pat ini membuat cerita “Bad Genius” dimulai. Pat yang mengetahui Lynn merupakan siswa yang jenius, berniat memanfaatkan kecerdasaan Lynn lewat menjadikan contekan sebagai pundi-pundi pendapatan, yang in return menjanjikan Lynn sejumlah uang besar. Mengetahui sang Ayah yang sedang mengalami kesulitan finansial, akhirnya Lynn menerima tawaran Pat tersebut. Akhirnya, sebuah bisnis contekan yang berkedok “les piano” tersebut mereka jalankan. Lho, kok jadi Les Piano? Iya, ini merupakan kode karena jawaban akan diberikan Lynn saat ujian, ketika Ia memain-mainkan jarinya layaknya bermain piano.
Seiring meluasnya bisnis contekan yang dijalankan oleh Lynn dan kawan-kawannya, ternyata usaha ini merambah jauh hingga ke STIC test, sebuah ujian penentuan untuk siswa yang ingin meraih beasiswa kuliah di luar negeri. Masalahnya, seorang siswa lain, bernama Bank, mengancam untuk membongkar bisnis ini. Sosok Bank digambarkan sebagai anak jenius polos, tapi berjiwa pekerja keras, yang tidak setuju dengan bisnis haram tersebut. Nah, apakah Bank akan membongkarnya? Lewat alur roller coaster “Bad Genius” akan membawa penonton ke sebuah ketegangan yang sangat intens.
Jujur, saya kagum banget dengan film Thailand ini. Hal ini membuktikan ternyata film-film Thailand gak hanya jago dalam memproduksi film romcom ataupun horror, tetapi juga tontonan mencekam yang ala Heist Film. Hanya saja film garapan Nattawut Poonpiriya ini tidak bertemakan cerita sindikat kejahatan besar, melainkan bisnis contekan. Alhasil, “Bad Genius” menjadi suatu tontonan yang digarap dengan sangat baik. Tak heran, film ini juga berhasil mendapatkan banyak penghargaan seperti Best Feature and Screen Rising Star Asia Award di New York Asian Film 2017 juga Best Feature Asian Film and Most Innovative Feature Film di Fantasia Film Festival.
Sang director yang juga screenwriter di film ini mengakui kalau film ini diangkat dari sebuah skandal true story dari ujian SAT di sejumlah negara Asia beberapa tahun lalu, yang kemudian mengakibatkan dibatalkannya beasiswa untuk murid-murid dari Thailand dan Cina. Dengan kata lain, “Bad Genius” berhasil menggambarkan gelapnya dunia pendidikan, yang membuat si kaya makin bersinar dan si miskin tetap berjalan di tempatnya.
Secara personal, film ini memberi banyak pelajaran buat saya. Misalnya, dalam hal pertemanan, untuk lebih berhati-hati dalam memilih teman. Begitu juga dengan kepercayaan yang seperti kaya kata pepatah ‘karena nila setitik rusak susu sebelanga.’