Kali ini, saya akan mengajak Anda menyaksikan ‘The Neighbors’ Windows’ cerita menguntit kehidupan orang lain yang berujung penuh pembelajaran. Sebagai seorang observer, saya menikmati bagaimana orang di sekitar saya berperilaku. Ada yang gak sabaran, ada yang murah hati, ada juga yang ngambekan. Dinamika orang di sekitar kita, kadang kala bisa juga meresahkan. Apalagi jika hati kecil sedang berlagak manusiawi, menginginkan sesuatu yang mungkin dimiliki orang lain. Kayak ‘duh kepengen punya itu kaya dia.’
Cerita di film ini terfokus pada sepasang suami istri yang tinggal di sebuah apartemen bersama dua anak mereka. Sang istri, Alli, yang diperankan oleh Maria Dizzia, tengah hamil besar dan menanti kehadiran anak ketiganya. Sedangkanya sang suami, Jacob, diperankan oleh Greg Keller, terbilang cukup sibuk dengan urusan pekerjaannya. Suatu malam, keduanya menyaksikan tetangga baru di seberang jalan, yang juga tinggal di apartemen, yang sedang manis memadu cinta.
Maklum, pasangan tersebut seperti memamerkan kehidupan mereka. Tiga jendela, tanpa tirai, yang ternyata memberi warna bagi kehidupan Alli dan Jacob. Yah, adegan panas tetangga mereka ataupun kegiatan party setiap malam, lama-lama sudah tidak menjadi tontonan ‘panas’ sekaligus hiburan gratis, tetapi malah terbawa secara emosional ke kehidupan mereka.
Puncaknya, Alli merasa Jacob terlalu banyak menikmati aksi untitnya sampai-sampai Ia mulai merasa resah ketika harus mengurus ketiga anak mereka secara mandiri. Dengan beragam alasan, Alli seperti memposisikan diri sebagai ‘yang tersalahkan,’ yang padahal sebetulnya Ia amat menikmati tontonan tersebut.
Nama Marshall Curry tentunya sudah tidak asing lagi. Sutradara sekaligus penulis naskah film ini berhasil mengemas film pendeknya dengan unsur penceritaan yang begitu kuat. Cuma 21 menit memang, tapi Curry berhasil membuat kita kembali berpikir sejenak mengenai refleksi diri lewat karakter Alli di menit-menit terakhirnya. Secara alur, film ini cukup lama membuat kita beradaptasi dulu, mengingat rentang cerita yang sebetulnya lumayan panjang dan dikemas singkat. Penyajian alur yang berhasil menendang di titik klimaksnya, membuat saya tidak heran ketika film ini akhirnya berhasil memberikan sebuah Oscar untuk Curry. Curry terbilang sudah kenyang nominasi dengan dokumenter-dokumenter yang pernah Ia buat. Kali ini Ia lebih beringas lewat sebuah Short Live Action.
Seperti biasa, saya tidak mau mengungkit bagaimana film ini berakhir. Namun, “The Neighbors’ Window” seperti memberikan sentilan halus penuh makna lewat pesan yang disampaikan. Yaa, namanya juga masih manusia. Seperti kata pepatah, ‘rumput tetangga lebih hijau’ akan kembali membuat kita merenung bahwa yang terlihat mungkin bisa saja menipu. A punch to climax!