Mengambil cerita berlatar dunia masak, menjadi salah satu daya tarik film ini. “Chef” adalah sebuah drama yang bercerita mengenai Carl Casper, bagaimana Ia harus melewati masa-masa tersulit di dalam karirnya dan memperbaiki hubungan dengan sang anak.
Carl Casper, yang diperankan oleh Jon Favreau, adalah seorang kepala koki yang memutuskan untuk berhenti dari tempat kerjanya. Semua berawal karena seorang food critic yang bernama Ramsey Michael, yang menulis uraian komentar yang negatif tentang masakannya. Hal ini memaksa Carl untuk menantang Ramsey, yang diperankan oleh Oliver Platt, dan harus berakhir dengan kenyataan yang harus diterima. Ternyata segala usaha kreatif dan inovasi Carl cukup dibatasi oleh sang pemilik restoran, Riva, yang diperankan oleh Dustin Hoffman. Riva berpikir bahwa Carl tidak perlu untuk berinovasi, Ia hanya perlu menyajikan makanan yang telah menjadi andalan para pelanggan beberapa tahun terakhir.
Merasa dibatasi dan ingin membuktikan kemampuannya, ternyata harus berakhir dengan kisruh. Carl tidak mampu menahan emosinya, dan melampiaskan amarahnya pada Ramsey di tengah publik. Hal ini berujung dengan terunggahnya video pelampiasan tersebut ke situs Youtube dan menjadi perbincangan hangat di dunia maya.
Carl memiliki seorang anak yang bernama Percy, yang diperankan oleh Emjay Anthony. Percy digambarkan sebagai anak yang kurang perhatian, terlihat ketika latar belakang keluarganya yang broken. Carl memang sudah tidak bersama Ibu Percy, Inez. Inez, yang diperankan oleh Sofia Vergara, merupakan bekas istri yang telah berubah menjadi teman untuk Carl. Sayangnya, sosok Carl cukup gengsi karena terlihat lewat perbedaan latar pekerjaan yang cukup kontras dengan Inez. Ia juga selalu menolak usaha baik Inez yang berusaha mendukung karirnya.
Sepanjang hampir 110 menit, film yang disutradarai, dikarang dan diperankan oleh Jon Favreau akan tampak biasa saja. Mengambil latar belakang kisah kehidupan restoran, serta memasukan berbagai macam cuplikan-cuplikan kegiatan memasak, hanya menjadi penarik daya pikat bagi penonton. Entah kenapa, Favreau yang juga sutradara film “Iron Man” dan “Iron Man 2” ini menampilkan sebuah usaha yang terkesan ambisius tapi tidak berhasil menampilkan kandungan cerita yang sebetulnya masih dapat dikembangkan.
Dari jajaran pemainnya, cukup tajam terlihat usaha Favreau dalam menarik minat penonton. Ada Dustin Hoffman, Scarlett Johanson, Sofia Vergara, hingga Robert Downey Jr. Menurut saya, hanya Hoffman yang cukup berhasil untuk menjadi sosok antagonis yang menyebalkan. Lain halnya dengan Vergara dan Johanson, keduanya hanya digambarkan sebagai sebagai muse Carl tanpa punya peran dan penampilan yang berarti. Tragisnya, Robert Downey tampil sebentar sekali, hanya satu adegan, dan terkesan menjadi daya jual untuk film ini.
Sayangnya, Favreau kurang mengeksplor lebih dalam kisah ini. Film ini berjalan cukup datar, tanpa ada sesuatu daya tarik yang bisa membuat penonton untuk bertahan. Penonton tidak akan menemukan sebuah kisah yang penuh dengan intrik ataupun konflik. Suka duka yang diperlihatkan dalam sosok Carl kurang mengena, begitupun dengan peran Percy yang begitu-begitu saja. Masalah keluarga yang juga dijadikan bumbu dalam film ini hanya terkesan begitu-begitu saja, sehingga terlihat baik-baik saja,
Mungkin karena ekspektasi saya yang cukup tinggi ketika melihat poster film ini, sehingga saya menganggapnya biasa saja setelah menyaksikannya. Tetapi yang cukup menjengkelkan bagi saya karena adanya unsur-unsur sosial media, seperti Twitter, yang cukup memenuhi film ini dan cukup terkesan seperti salah satu sponsor film ini. Minimnya pengembangan kisah berlanjut pada eksekusi yang berakhir dengan sebuah tontonan yang kurang mengena dan biasa saja.