Dalam bermasyarakat, peran polisi sangatlah penting dalam menjaga keamanan. Mulai dari melawan teroris, penjahat, sampai gembong narkoba. Di film sendiri terbilang sudah banyak film-film yang membahas kehidupan polisi. Sebut saja “Police Story”-nya Jackie Chan hingga yang paling anyar “Extreme Job.” Tapi, bagaimana kalau aksi tersebut dilakukan oleh murid kepolisian? “Midnight Runners” akan membawa penonton ke dalam sebuah petuangan yang begitu berani.
Film ini mengawali situasi sebuah aula, yang dipenuhi oleh calon murid sekolah kepolisian bersama orangtua mereka. Berbagai reaksi dihadirkan. Ada yang berpelukan mesra dengan orangtuanya, sampai ada juga yang cukup mengucap sampai jumpa. Sehabis berpisah, mereka pun memulai aktivitas mereka. Tapi sebelumnya, mereka harus menjalani ritual potong rambut dulu.
Kita akan berkenalan dengan Park Ki-Joon, diperankan oleh Park Seo-Joon, yang merupakan seorang anak tunggal dari keluarga kurang mampu. Ia memilih bersekolah di akademi kepolisian didasari karena biayanya yang gratis, sehingga terbilang mampu menolong orangtuanya. Ki-Joon merupakan seorang pria talkative, humoris, sekaligus lebih extrovert.
Lain halnya dengan Kang Hee-Yo, sosok kebalikan yang diperankan Kang Ha-Neul. Hee-Yo berasal dari latar belakang yang lebih baik. Ia berasal dari sekolah unggulan. Ia sengaja memilih kepolisian karena merasa ini tidak seumum pilihan teman-temannya yang lebih memilih berkuliah di perguruan tinggi bergengsi. Hee-Yo yang cukup intelektual ini terbilang lebih pendiam, serius, namun cukup intelek.
Pertemuan Ki-Joon dan Hee-Yo diawali dengan sebuah adegan makan. Ki-Joon merasa kurang dengan porsi makanan yang diterimanya, dan meminta sosis milik Hee-Yo yang tidak dimakannya. Hee-Yo tidak mau karena merasa sosi mengandung zat-zat pengawet yang berpotensi memicu kanker. Ia menolaknya, dan melihat peluang tersebut, Ki-Joon langsung saja menyantapnya.
Ternyata pertemuan pertama tidak berhasil membuat mereka akrab. Hee-Yo baru memulai persahabatannya dengan Ki-Joon ketika Ki-Joon berhasil membantu untuk menggendongnya sambil turun gunung. Sejak saat itu, keduanya menjadi sepasang sahabat. Satu hari, di hari mereka dapat melakukan ijin keluar, keduanya pergi bersama untuk mencari kekasih. Tanpa disangka, perjalanan mencari cinta malah harus berakhir dengan investigasi mereka untuk menyelamatkan seorang wanita.
Film yang ditulis dan disutradarai oleh Kim Joo-Hwan ini mengusung dua aktor Korea Selatan yang sedang naik daun, Park Seo-Joon dan Kang Ha-Neul. Ini merupakan film debut untuk Seo-Joon di layar lebar. Sebelumnya, Ia sudah cukup malang melintang di serial televisi. Pertama kali saya menyaksikannya di “Kill Me, Heal Me” sebagai aktor pendukung, hingga menjadi lead actor di komedi “Fight for My Way.” Sedangkan Ha-Neul, saya sempat menyaksikan film drama 70-annya, “C’est si Bon.” Di film ini, keduanya terbilang cukup apik memerankan karakter mereka, terutama Seo-Joon yang terbilang cukup bersinar disini untuk ukuran sebuah debut. Perannya disini berhasil membawanya untuk meraih Best New Actor pada ajang Grand Bell Awards dan Buil Film Awards.
Apa yang diangkat oleh ceritanya sebetulnya tidak seceria yang diperlihatkan. Sosok Ki-Joon dan Hee-Yo diperhadapkan dengan situasi untuk melawan gembong penjahat dengan status yang belum resmi berstatus sebagai polisi. Lewat sejumput modal kenekatan, keduanya berani melawan komplotan demi mengikuti nurani mereka. Kondisi ini tentu cukup memprihatinkan, apalagi ketika polisi resmi justru lebih sibuk mengurus kasus-kasus titipan ataupun komando atasan mereka.
Ngomongin alurnya, “Midnight Runners” terbilang punya plot yang serupa dengan film Korea Selatan pada umunya. Multigenre, dengan pendekatan adaptasi lewat suasana komedi, dan berubah 180 derajat pada bagian besar berikutnya. Pengemasan cerita yang terbilang lumayan realis, terbilang berhasil membawa penonton untuk melihat Ki-Joon dan Hee-Yo yang tidak seperti hero di film-film action lain. Keduanya tidak dihadirkan layaknya superhero ataupun well-trained secret agent yang bisa mengalahkan penjahat.
“Midnight Runners” berhasil menyentuh simpati saya lewat issue transaksi sel telur manusia yang mungkin masih secara diam-diam terjadi. Bila diperhadapkan dengan kondisi tersebut, tentu tidak semua orang dapat menjadi Ki-Joon ataupun Hee-Yo, yang berani untuk mengikuti nurani mereka daripada mengambil posisi aman. Mereka berdua adalah risk takers yang patut dicontoh. Mereka sangat memahami bagaimana waktu kritis korban penculikan dan bagaimana berharganya nyawa seseorang. Salute!