Kehilangan putra tunggal yang masih berusia empat tahun, menimbulkan suatu dampak yang cukup serius bagi orangtuanya. Becca, yang diperankan oleh Nicole Kidman, mencoba menerima kenyataan dengan caranya sendiri. Lain halnya dengan suaminya, Howie, yang diperankan oleh Aaron Eckhart. Howie mencoba untuk tidak dapat menghilangkan peninggalan putranya dan mencoba cara-cara yang tidak dapat diterima Becca.
“Rabbit Hole” merupakan sebuah film yang berkisah tentang sepasang suami istri yang mencoba untuk melewati hidup mereka dari tragedi yang membelenggu mereka. Kedua harus dihadapkan dengan banyaknya situasi-situasi kecil, yang cukup rutin terjadi di keseharian kita, namun sebetulnya menjadi sebuah sentuhan ironi bagi beberapa orang, seperti Becca dan Howie.
Becca adalah seorang ibu rumah tangga yang sebetulnya mantan pegawai kantoran. Setelah peristiwa naas yang merenggut anaknya, yang dapat dilakukannya hanyalah menghabiskan waktunya di rumah. Berkebun, memasak, hingga menjadi anti-sosial. Ia menolak undangan makan malam tetangganya, dengan alasan menghadiri sebuah teater yang sebetulnya tidak pernah Ia hadiri.
Lain halnya dengan Sang suami, Howie. Howie digambarkan seperti sosok suami kebanyakan, pergi pagi pulang malam. Sepeninggalnya sang anak, Howie menjadi satu-satunya orang yang tidak mau kehilangan setitik pun kenangan bersama Danny, putra mereka. Sebaliknya, Becca, berusaha untuk menghilangkan Danny, sebab baginya cukup sulit untuk menghadapi kenyataan pahit yang ada di depannya saat ini.
Selain itu, kita akan berkenalan dengan sosok Nat, yang diperankan oleh Dianne Wiest. Nat adalah Ibu Becca, yang sebetulnya mengalami hal yang sama. Katanya, “When Arthur died I was just upset as she was, but I didn’t take it out on other people.” Becca memang tidak seperti Nat yang akhirnya setelah 11 tahun masih bisa move-on dengan peristiwa yang dialaminya. Walaupun keduanya sama-sama kehilangan putra mereka, tetapi mereka memiliki kondisi yang berbeda. Hal itulah yang menyebabkan Becca cukup kesal dengan Nat yang selalu menyamakan peristiwa yang dialami pada Danny dengan Arthur.
Film yang berdurasi sekitar 90 menit ini memulai film dengan sebuah sentuhan yang cukup menarik. John Cameron Mitchell, sutradara film ini menghadirkan sebuah drama serius yang dengan cukup tenang membuka lembaran demi lembaran kisahnya agar dapat dicerna oleh penonton dengan baik. Faktor ini juga ditambah dengan shot-shot adegan yang diarahkan Frank G. DeMarco. Cukup banyak adegan dalam film ini yang menurut saya seperti mengirim pesan pada penonton tentang perasaan yang sedang ditampilkan.
Film ini sebetulnya berasal dari sebuah drama panggung, yang dikarang oleh David Lindsay-Abaire, yang dikemudian diadaptasi olehnya menjadi naskah film ini. Untuk komposisi musik pemberi sentimentil dalam kisah ini adalah hasil karya Anton Sanko. Musik-musik Sanko tampil sebagai pelengkap yang bernilai pada sepanjang film, walaupun dengan musik sederhana namun seperti penyembuh.
Dari pemilihan pemain, sudah bukanlah menjadi sebuah hal yang diragukan. Nicole Kidman memperlihatkan sebuah totalitas akting yang luar biasa. Hampir dalam setiap adegan, Kidman tampil dengan kuat dan sinyal ini mampu diterjemahkan sinematographer dan sutradara film ini dengan baik. Tidak heran, Kidman berhasil meraih sebuah nominasi untuk kategori Best Actress in Leading Role pada ajang Academy Awards. Menurut saya, dari sekian banyak pemain di film ini, memang hanya Kidman yang bersinar.
Film ini bertutur dengan cukup misterius. Penonton harus memaksa masuk ke dalam ceritanya, atau hanya akan tersesat karena putusnya koneksi dengan ceritanya. Mau dianggap sebagai sebuah refleksi atau tidak, film ini mencoba menekankan, seberapa besar disfungsi yang terjadi di dalam keluarga Anda, toh langkah pertama yang harus anda lakukan adalah menyelamatkan hubungan dengan pasangan anda dulu. Ada banyak cara untuk melalui segala hambatan, tetapi usaha untuk mengerti apa yang sebetulnya dibutuhkan oleh pasangan kita adalah yang menjadi terpenting dalam menjaga keutuhan rumah tangga.