Berasal dari sebuah peristiwa yang dikenal sebagai “Miracle on the Hudson,” menjadikan ceritanya diangkat kedalam sebuah biopik. “Sully” berkisah tentang perjuangan Capt. Chesley Sullenberger yang melakukan pendaratan darurat di sungai Hudson. Baiknya, tidak ada satu pun penumpang ataupun kru yang tewas. Semuanya berhasil diselamatkan.
Ternyata tanggung jawab seorang pilot tidak sampai disitu. Sully, yang diperankan Tom Hanks, masih harus melewati babak berikutnya: investigasi kejadian. Ia harus menjalani rangkaian pemeriksaan yang dilakukan oleh National Transportation Safety Board (NTSB). Walaupun Ia berhasil menyelamatkan semua penumpangnya, NTSB belum memandang kisah heroik sesuatu yang dapat diselesaikan.
Film garapan Clint Eastwood ini baru berhasil memancing rasa ingin tahu saya semenjak pertengahan film. Padahal, awal film ini sudah memaksa penonton dengan situasi opening yang cukup mencekam. Sayangnya, ternyata jalan ceritanya tidak sesuai dengan ekspektasi saya. Ekspektasi yang mengharapkan kisahnya seperti disaster film lainnya dengan alur maju.
Cerita film ini diadaptasi Todd Komarnicki dari sebuah buku berjudul “Highest Duty” karangan Chesley Sullenberger dan Jeffrey Zaslow. Ketika buku ini dirilis di tahun 2009, tahun yang sama dengan peristiwa tersebut, hak ciptanya dibeli Frank Marshall untuk dijadikan film. Menariknya, terdapat sebuah kontroversi dalam penggarapannya. Ceritanya terlalu memposisikan NTSB sebagai antagonist yang terkesan mencari kesalahan. Padahal ketika naskahnya selesai, Sullenberger pun memastikan ceritanya dan membuang nama para penyidik dari NTSB. Hasilnya, film ini benar-benar memposisikan Sully sebagai sosok protagonis nan inspiratif.
Bicara tentang film yang inspiratif dan diangkat dari kisah nyata, memang sudah tidak mengejutkan bila ada nama Eastwood di dalamnya. Sebut saja “Million Dollar Baby”, “Changeling”, “Letters from Iwo Jima”, dan judul-judul lainnya. Aktor sekaligus sutradara legendaris ini menghadirkan detil-detil pendaratan darurat tersebut dengan apik. Penonton pun menjadi semakin paham dengan keputusan singkat Sully.
Visualisasi yang ditampilkan film ini juga terbilang lumayan. Tentunya akan sangat sulit kalau harus melakukan reka ulang kejadian tersebut. Walaupun cukup mudah dapat terlihat sebagai rekayasa, visual effect di film ini setidaknya tidak akan melunturkan semangat penonton untuk mengikuti ceritanya.
Tom Hanks pun juga jadi salah satu faktor plus di film ini. Aktor kawakan ini merupakan salah satu penarik minat penontonnya. Dari salah satu survei, 31% penonton film ini menyaksikannya karena adanya Hanks di dalamnya. Hanks kembali jadi sebuah jaminan, dan Ia tidak akan mengecewakan anda. Buat saya, film ini adalah film Hanks. Hanks mendominasi sepanjang film lewat karakternya dengan rambut putih dan berpakaian kapten. Sisanya, seperti Aaron Eckhart ataupun Laura Linney hanya terkesan jadi pendukung yang begitu saja. Konsistensinya dalam beberapa tahun terakhir, seperti yang saya saksikan di “Captain Phillips”, “Saving Mr. Banks”, hingga “Bridge of Spies”, masih membuktikan kalau Ia pantas sebagai salah satu aktor berkarakter yang difavoritkan.
“Sully” berhasil dihadirkan Eastwood sebagai sebuah tontonan yang inspiratif. Penonton tidak hanya sekedar melihat sebuah usaha penyelamatan yang luar biasa. Lebih dari itu, kita berbicara tentang tanggung jawab luar biasa seorang pilot. Walaupun berhasil membuat seluruh penumpang selamat, tidak mengartikan kalau seorang Chesley Sullenbergen bisa bebas begitu saja. Posttraumatic stress disorder yang dialaminya dan hingga investigasi yang seakan mencari kesalahan perlu dilewatinya. Sebagai penutup, kutipan yang paling saya sukai adalah ketika Sully mengatakan: “I disagree. It wasn’t just me. It was all of us. It was Jeff and Donna and Sheila and Doreen, and all of the passengers, the rescue workers, air traffic control, ferry boat crews and the scuba cops. We all did it. We survived.”