Lili Elbe merupakan salah satu manusia pertama di dunia yang menjalani operasi pergantian kelamin. Padahal, sosok yang bernama asli Einer Wegener telah beristri. Kisahnya dalam “The Danish Girl” adalah sebuah fiksi tentang perjalanan Einer menghidupkan salah satu sisi dirinya.
Einer Wegener, diperankan oleh Eddie Redmayne, adalah seorang pelukis pemandangan. Ia telah menikah selama 6 tahun dengan Gerda Wegener, diperankan oleh Alicia Vikander. Gerda juga merupakan seorang pelukis. Ia sering membuat ilustrasi majalah fashion, dan cukup terfokus pada lukisan-lukisan wajah.
Suatu hari, Gerda meminta tolong pada Einer untuk memakai kostum milik Ulla agar Ia mampu menyelesaikan lukisannya. Sebagai suami yang baik, Ia menuruti permintaan istrinya. Di saat yang sama, Einer serasa membangunkan sosok Lili dari dalam dirinya. Melihat suaminya yang ternyata bisa tampil cantik, Gerda malah mengajaknya untuk tampil sepertinya dalam pesta yang dibuat Ulla. Alhasil, Gerda tidak menyangka bahwa Ia membuat Einer menjadi semakin kelewatan, melewati batas yang disangkanya.
Tom Hooper, yang beberapa tahun belakangan ini cukup konsisten dengan “The King’s Speech” maupun “Les Misérables,” menghadirkan sebuah tontonan yang menarik. Hooper memulai film ini dengan beberapa pemandangan indah, yang sebetulnya merupakan imajinasi pemandangan milik Einer akan kampung halamannya.
Hooper masih mengandalkan teknik visual yang sama ketika di “The King’s Speech,” dengan permainan kamera dengan wajah karakternya yang kadang diambil dari sudut jauh maupun dutch angle yang cukup memenuhi film. Ia juga sebetulnya mengubah sebagian ceritanya, yang membuat adaptasi Lucinda Coxon agak berbeda dengan versi novelnya.
Sayangnya, terdapat banyak ketidakakuratan pada film ini dengan kisah aslinya. Namun, balik lagi, ini hanyalah sebuah fiksi. Saya menyukai cara film ini untuk menceritakan karaker yang sebetulnya normal, namun seakan-akan tidak mampu menahan bagian dirinya setelah dipancing oleh kelakuan istrinya. Saya lebih menganggap kalau Einer sebetulnya punya kepribadian ganda.
Dari sisi penampilan, Eddie Redmayne dan Alicia Vikander menghadirkan kombinasi pemeran utama yang cukup mengesankan. Film ini seperti dibuat hanya untuk menonjolkan penampilan keduanya, tetapi lebih condong ke Redmayne. Redmayne sangat dominan dengan segala kemampuan aktingnya yang luar biasa. Ini belum ditambah keduanya yang hadir dengan full frontal nudity mereka. Redmayne kembali membuktikan kekonsistenannya sebagai penyandang baru Best Actor, dan Vikander menjadi pendatang baru yang perlu diberi perhatian.
Saya suka dengan penggambaran masa awal abad ke-20 di Eropa Barat versi Hooper. Berbalut pemandangan natural yang indah, ditambah bangunan-bangunan kuno nan artistik, membawa penonton ke sebuah masa lampau yang menarik. Ini belum lagi ditambah musik Alexandre Desplat yang selalu tidak pernah mengecewakan saya, ditambah paduan busana Paco Delgado yang cukup memukau.
Walaupun tidak berhasil menjadi sebagai salah satu contender Best Picture di ajang Academy Awards 2016, “The Danish Girl” masih berpotensi untuk meraih sebuah piala Oscar dari empat nominasinya. Yang sedikit menjadi pertanyaan saya, Alicia Vikander meraih nominasi sebagai pemeran pembantu wanita terbaik, yang notabene dianggap sebagai lead actress dalam SGA maupun Golden Globe. Saya merasa Vikander sengaja dimasukkan dalam supporting actress race guna menghindari Brie Larson yang sudah terlalu absolut di kategorinya.
Film yang di shooting di 6 negara Eropa ini berhasil menjadi sebuah drama extraordinary yang cukup berkesan sekaligus memberikan Redmayne sebuah penampilan yang cukup tidak terlupakan, sekaligus sebagai salah satu pemeran terbaik yang memerankan karakter transgender.