Dari sebuah novel berjudul sama, “Me and Earl and Dying Girl” punya magnet dari judulnya yang tidak terlalu spesial. Melihat judulnya saja penonton sudah akan tergambar bahwa akan ada dua karakter pendukung utama yang berhubungan erat dengan si karakter utama. Tokoh utama film ini adalah Greg Gaines, seorang remaja yang cukup aneh dengan segala imajinasi liarnya, yang diperankan oleh Thomas Mann.
Baru saja dimulai, kisahnya dimulai dengan kalimat “I have no idea how to tell this story.” Cukup mengejutkan. Kemudian dilanjutkan sebuah gambaran animasi stop motion yang menggambarkan pengandaian imajinasi Greg. Ia menggambarkan dunia high school seperti politik dunia global. Misalnya, seperti menggambarkan kondisi dining hall yang kacau balau layaknya daerah huru-hara seperti Gaza ataupun Crimea. Greg menggambarkan dirinya sebagai sosok yang invinsible, namun punya hubungan white peace dengan segala geng-geng di sekolahnya.
Greg memiliki seorang teman dekat, yang baginya merupakan seorang rekan kerja. Ia adalah Earl, yang diperankan oleh RJ Cyler. Keduanya sudah mulai berteman sejak kecil, walaupun punya latar belakang tempat tinggal yang sangat berbeda. Mereka punya interest yang sama: menyaksikan film asing dan klasik, juga menyantap makanan-makanan aneh ayah Greg. Keduanya juga melakukan rip-off film-film klasik ala-ala mereka, yang disebut Greg “This is incredibly terrible movie.”
Cerita bermula ketika Ibu Greg menginginkan anaknya agar dapat melakukan hal yang lebih berarti dalam hidupnya. Ia memutuskan untuk memaksa Greg untuk menghabiskan waktu dengan Rachel. Rachel, yang diperankan oleh Olivia Cooke adalah seorang gadis sebaya yang sekomplek, yang baru ini didiagnosa menderita leukimia stadium empat. Mau tidak mau, Greg kemudian mencoba mendekati Rachel yang hanya diketahuinya, namun tidak dikenalinya.
Pertemuan pertama dengan Rachel memberikan sedikit kesan yang cukup menarik. Ibu Rachel, Denise Kushner, yang diperankan Molly Shannon, membuka hubungan Greg dengan pelukan dan ciuman tanpa henti yang membuatnya agak sedikit risih. Lain halnya dengan Rachel, Greg harus memancing dengan basa-basi awkward-nya untuk menaklukkan gaya Rachel yang tidak punya tek-tok jenaka sepertinya. Mulai berkenalan dan menjadi semakin dengan Rachel, membuatnya punya aktivitas baru: menghabiskan seluruh waktunya menemani Rachel.
Sungguh asik menyaksikan Thomas Mann dengan segala ketololan dan keanehannya dalam film ini. Dibanding perannya dalam “Welcome to Me” yang hanya pendukung, Mann menampilkan sesuatu yang lebih berkesan. Saya menyukai bagaimana Ia menghidupkan karakter Greg, yang juga menjadi magnet interest dalma film ini. Misalnya, adalah ketiganya sedang makan ice cream, Greg punya cara sendiri untuk menikmatinya sambil diganggu dengan ilusi imajinasinya.
Selain Mann, Cooke yang berperan sebagai Rachel juga cukup total disini. Ia berani menggunduli kepalanya, dan cukup mengesankan untuk hadir sebagai sosok dying girl. Namun, yang lebih mencuri perhatian adalah karakter Madison yang diperankan Katherine Hughes. Walaupun hanya supporting character dalam kisahnya dan tidak terlalu banyak tampil, Hughes mampu maksimal mencuri setiap adegannya.
Naskah film ini digarap oleh penulis novel aslinya, Jesse Andrews. Filmnya sendiri disutradarai Alfonso Gomez-Rejon. Gomes-Rejon dan Andrews menghadirkan suasana yang cukup youthful, ditambah bumbu-bumbu komedi mereka. Yang menarik, sinematografi film ini cukup banyak mengambil shot-shot jauh, yang memberikan banyak kesan sinematik dari adegan-adegannya. Yang paling saya sukai adalah transisi 90 derajat putaran vertikal, yang kemudian kembali menjadi horizontal. Ini belum ditambah dengan penggambaran stop-motion animation, hingga klip-klip rip-off Greg dan Earl. Film ini agak cukup mengingatkan saya dengan “(500) Days of Summer.”
Secara keseluruhan, film yang sukses memenangkan grand jury prize dan audience award di Sundace 2015 memang tahu bagaimana cara untuk memikat penonton dengan kisahnya. I love the concept behind Greg’s character, their rip-off, his relationship with Rachel and also, the unexpected surprise gift and Rachel’s artwork masterpiece. These combination make this movie so unique, not just from its funny story, but also on how this film tells the story and engage the viewers . You’ll laugh and shed tears at a same time.