Menjadi semakin penasaran setelah menyaksikan “The Housemaid” versi Im Sang Soo, ternyata versi Kim Ki Young pantas disebut sebagai salah satu film terbaik yang pernah dibuat di Korea. Perpaduan drama, thriller dan horror sudah cukup menyambar ketika film ini memulai opening scene-nya.
Adegan pertama diisi dengan setting sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak perempuan, serta anak bungsu laki-lakinya yang sedang berada di ruang keluarga. Kedua orangtua sedang berdiskusi dan kedua anaknya sedang bermain karet. Ki Young memulai dengan awalan credits dengan latar kedua anak yang sedang bermain karet sambil diiringi musik terror gubahan Han Sang Gi.
Berbeda dengan cerita versi Sang Soo, yang menggambarkan keluarga majikan benar-benar kaya. Di versi aslinya, keluarga ini mungkin terlihat sebagai keluarga kaya di masa tersebut, tapi bila dilihat saat ini seperti keluarga dari kelas menengah yang punya asisten rumah tangga. Keluarga dalam film ini cukup tergantung dari mata pencaharian sang istri sebagai seorang penjahit. Suaminya, merupakan seorang guru musik di sebuah pabrik sekaligus mengajar piano secara privat.
Ketampanan Kim Dong Sik, yang merupakan karakter ayah dalam film ini, menjadi pemicu dirinya dikejar-kejar oleh seorang muridnya di pabrik. Selain itu, keluarga Dong Sik sedang membangun rumah bertingkat yang akan menjadi tempat tinggal baru bagi keluarganya. Melihat kondisi sang istri yang semakin lelah karena terlalu keras mencari nafkah lewat menjahit, Ia memutuskan untuk mempekerjakan seorang pelayan rumah.
Untuk itu, Dong Sik, yang diperankan oleh Kim Jin Kyu, meminta tolong pada seorang murid les privat pianonya yang bernama Cho Kyung Hee. Kyung Hee, yang diperankan oleh Eom Aeng Ram, kemudian memperkenalkan seorang perempuan bernama Myung Sook. Myung Sook kemudian masuk ke dalam urusan keluarga Dong Sik dan memulai runtutan teror sekaligus tragedi.
Setelah cukup terpana dengan cerita yang menurut saya “agak sakit jiwa,” Ki Young berusaha menampilkannya sebagai sebuah edukasi. Ini tampak dari adegan penutup yang cukup diluar ekspektasi saya.
Sebagai sebuah klasik, saya perlu cukup memuji usaha apresiasi untuk merestorasi film ini. Film yang diperbaiki ini memang tidak terlihat sempurna lewat versi Criterion yang saya saksikan. Masih ada beberapa segment yang terlihat tidak terestorasi sempurna, mungkin dengan keterbatasan versi asli yang sudah dimakan zaman. Tapi setidaknya, ini sebuah usaha luar biasa untuk menyelamatkan harta karun dari masa lampau. Sebuah harapan kecil untuk restorasi film-film klasik Indonesia yang entah kapan ada lagi setelah “Lewat Djam Malam.”
Dari setting film ini, hampir semuanya dilibatkan di rumah bertingkat. Mulai dari dapur, kamar, ruang keluarga, ruang piano, hingga ruangan tempat sang istri menjahit. Adegan hujan sebagai latar tambahan juga sering dilibatkan Ki Young untuk menambah dramatisasi film ini. Walaupun pada beberapa bagian, beberapa adegan tampak terkesan cukup scripted dan kurang natural, tetapi penampilan para pemainnya benar-benar memukau, terutama Lee Eun Shim.
Perawakan Lee Eun Shim dalam film ini mengingatkan saya dengan ratu horror Indonesia, Susanna. Eun Shim cukup berhasil untuk menggambarkan sosok pelayan rumah yang menjadi “sakit” setelah di aborsi majikannya. Fokus pada kekerasan yang dibuatnya, ditambah dengan tatapan matanya yang cukup menyeramkan, merubah film ini tidak sekedar thriller, tetapi juga horror.
Bila membandingkan dengan versi modern, versi lama ini lebih memberikan kesan kalau keluarga pemilik tidak punya kemampuan untuk melawan si pelayan. Sosok Myung Sook tampil cukup mengendalikan keluarga majikannya. Beda dengan karakter yang diperankan Jeon Do Yeon di “The Housemaid” versi 2010 yang tampak tidak berdaya.
Sebagai salah satu koleksi Criterion dari Korea Selatan, film ini cukup merepresentasikan budaya dan perilaku di masanya. Sebuah tontonan yang tidak akan mencengkeram tanpa arti buat penonton, tapi juga bisa menjadi sebuah pembelajaran. Kadang, hidup yang dibangun dan dibuat hampir sempurna bisa berubah 180 derajat cuma karena sebuah perilaku di luar batas, seperti yang ditampilkan film ini.