Memenuhi keinginan mendiang nenek untuk berkunjung ke tanah kelahirannya, menjadi suatu penyelesaian misi yang terpuji. Akan tetapi, bagaimana jika perjalanan tersebut ternyata berjalan di luar hal yang dibayangkan. Hal inilah yang akan disuguhkan “A Real Pain,” yang mencoba hadir dari cerita perjalanan dua cucu bersaudara di Polandia, tanah saksi kekerasan para kaum Yahudi di masa perang dunia kedua.
Film diawali dengan setting di suatu Bandara, yang menampilkan sosok Benjamin Kaplan aka Benji, diperankan oleh Kieran Culkin, yang sedang santai menunggu. Di sisi lain, seorang laki-laki yang sedang terjebak macet menuju bandara, terasa sibuk untuk memenuhi kotak suara saudaranya. Pria ini bernama David Kaplan, diperankan oleh Jesse Eisenberg. Ternyata, David akan menjalani liburan dengan Benji, dan mereka sepupuan.
Untungnya, David tidak telat. Keduanya pun tiba di Polandia. Sesampai disana, mereka diterima hangat oleh James, diperankan oleh Will Sharpe, yang merupakan lulusan Oxford yang juga sekaligus menjadi pemandu wisata mereka. Keduanya ikut serta dalam trip wisata yang cukup intim, sebab hanya terdiri dari 6 peserta. Mereka akan mengunjungi beberapa tempat yang menjadi bagian dari kekerasan Holocaust, termasuk kamp konsentrasi. Akan tetapi, David dan Benji akan berpisah seiring dengan keduanya yang ingin menyelesaikan permintaan sang nenek. Di tengah perjalanan, ternyata terjadi beragam drama yang mewarnai keduanya.
Film ini merupakan film ketiga besutan aktor sekaligus sutradara, Jesse Eisenberg, yang sebelumnya sudah dikenal atas penampilannya menjadi Mark Zuckerberg dalam “The Social Network.” Ia pun juga menulis ceritanya, yang juga Ia lakukan pada film-film yang Ia sutradarai terdahulu. Dalam penyajian ceritanya selama 90 menit, “A Real Pain” menjadi tontonan drama yang segar, yang dikemas lewat penokohan dua karakter yang begitu kuat.
Pada “A Real Pain” digunakan model the good and the bad dalam ceritanya. Eisenberg digambarkan jadi David yang kini seorang Ayah, namun penuh kesibukan akan karir dan tanggung jawabnya sebagai seorang kepala keluarga. Di sisi lain, Benji hadir sebagai wild-spirited yang mungkin masih belum semapan sepupunya. Dinamika antara keduanya menjadi semakin menarik ketika akan membahas nilai-nilai hidup lewat dialog ringan di tengah perjalanan wisata yang seharusnya emosional.
Kunci keberhasilan “A Real Pain” saya rasa berkat chemistry yang dihadirkan Culkin dan Eisenberg di film ini. Keduanya yang kerap punya konflik-konflik kecil, bisa tetap dalam karakter kuat masing-masing. Alhasil, terbentuklah keseruan dari karakter-karakter kuat ini. Penonton akan tertawa dengan kelucuan Benji, yang juga sensitif, tetapi mampu membangun mood diluar wataknya yang piawai menjadi drama queen. Berbeda halnya dengan David yang dihadirkan serasa manusia normal, namun ternyata punya banyak kecemasan.
Baiknya, aktor Kieran Culkin tahu betul bagaimana Ia harus mencuri setiap adegannya. Aktor yang juga bermain dalam “Home Alone” ini terasa lumayan hadir dengan menjengkelkan. Di satu sisi, saya menyukai kenekatannya. Akan tetapi, di satu sisi, saya sedikit mempertanyakan kepekaannya. Jikalau kita mengaitkan dengan judulnya, Culkin merupakan the real pain, yang benar-benar nyata di ceritanya.
Rasanya, untuk ukuran cerita yang sejenis road trip, “A Real Pain” juga terbilang sebagai satu tontonan yang akan membuat kita terpana dengan keindahan Polandia. Film yang juga ikut juga menyertakan Polish Film Institute ini akan membawa penonton dengan situs-situs menarik, termasuk makam Jacob Kopelman Levi, yang merupaka salah satu makam tertua di kota Lublin. Diluar dari itu, seperti yang diungkapkan film ini, potret Holocaust juga jadi selipan cerita yang untungnya tidak dikemas menyedihkan. Semuanya juga menjadi terasa hangat lewat musik-musik Chopin yang memenuhi film ini.
Pada musim penghargaan ini, saya rasa akan menjagokan “A Real Pain” untuk beberapa kategori. Mungkin yang paling kuat adalah Best Actor in Supporting Role untuk Kieran Culkin, yang juga baru-baru ini meraih piala Golden Globe untuk film ini. Selain itu, mungkin saya juga akan menjagokan untuk Best Original Screenplay, walaupun masih agak sedikit ragu untuk Best Actor in Leading Role untuk Jesse Eisenberg.
Alhasil, “A Real Pain” jadi tontonan yang amat menarik. Eksplorasi kisah keluarga yang dibalut wisata intim ini dihadirkan dengan cara yang menyenangkan, dari materinya yang amat sentimentil. Walaupun tidak hanya sebagai salah satu yang terbaik dari tahun ini, film ini terbilang sebagai sesuatu yang ringan namun amat mencuri perhatian. Unexpectedly entertaining!