Bagaimana jadinya bila gnome yang merupakan pajangan di halaman ternyata memiliki kisah yang serupa dengan sebuah masterpiece Shakespeare “Romeo and Juliet”? Semuanya hanya digambarkan dalam sebuah film animasi yang berjudul “Gnomeo and Juliet.” Film produksi Touchstone Picture ini menghidupkan kembali kisah klasik “Romeo and Juliet”, tetapi dengan gaya berbeda dan cerita yang berbeda pula.
Tidak akan ada akhir yang dramatis, seperti kisah aslinya. Film ini telah disulap untuk menjadi sebuah kisah yang mampu untuk dinikmati oleh semua kalangan usia. Mengisahkan kehidupan gnome-gnome dari dua rumah yang berseberangan, yaitu Montague dengan gnome berwarna khas biru, dan Capulet yang memiliki warna seragan merah. Setiap rumah memiliki jumlah gnome yang cukup banyak. Tidak hanya gnome saja, karakter katak dan flamingo, yang juga kadang menjadi penghias halaman, ikut serta meramaikan film ini.
Film ini berkisah tentang Gnomeo, yang disuarakan oleh James McAvoy. Gnomeo berasal dari rumah Montague, yang para gnome-nya dipimpim oleh Ibu Gnomeo, Lady Bluebury, yang disuarakan oleh Maggie Smith. Para gnome biru ini memiliki perselisihan dengan gnome merah, di rumah sebelah. Mereka juga secara bersama-sama melakukan beberapa adu kuat, seperti lomba balap dengan alat pencukur rumput yang ditampilkan di dalam film ini.
Di lain pihak, kelompok merah yang dipimpin oleh Lord Redbrick, yang disuarakan oleh Michael Caine, memiliki seorang putrid gnome yang cantik bernama Juliet, yang disuarakan oleh Emily Blunt. Juliet memiliki seorang teman, yaitu di katak air mancur yang bernama Nanette, yang disuarakan oleh Ashley Jensen. Tidak cukup sampai disitu, Jason Statham juga ikut serta dalam film ini. Ia pengisi suara karakter Tybalt, sepupu Juliet yang sangat nakal.
Alurnya seperti kisah “Romeo and Juliet”, tetapi ala para gnome. Penuh dengan deretan bintang sebagai pengisi suara dalam film ini, seperti James McAvoy, Emily Blunt, Maggie Smith, Michael Caine, Julie Walters, Jason Statham, hingga Ozzy Osbourne, membuat film ini memiliki kekuatan tersendiri dari sisi cast-nya.
Pengaturan warna yang sangat menawan, membuat penonton akan tertarik untuk menyaksikan animasi ini. Diatur dengan sedemikian, dan dengan menyisipkan karakter Shakespeare, membuat cerita menjadi semakin menarik. Pertempuran terakhir yang tidak mematikan karakter-karakternya juga menjadi salah satu bagian yang cukup seru untuk dinikmati. Kapan lagi penonton dapat menyaksikan perang ala gnome.
Film animasi ini juga menghadirkan banyak hits dari penyanyi Elton John. Sebut saja, “Tiny Dancer”, “Sorry Seems to be the Hardest Words”, hingga beberapa lagu populer lainnya, seperti “Don’t Cha”, ikut meramaikan film ini. Saya tidak menyangka, film ini bisa menggabungkan beberapa lagu Elton John dengan baik melalui film ini. Ditambah arahan aransemen music oleh James Newton Howard, yang sudah sangat dikenal dibidangnya, menambah iringan music yang membantu menghidupkan suasana para penikmat film animasi ini.
Kelly Asbury, sebagai sutradara film ini, membawa film animasi ini kedalam sebuah paket cerita yang lengkap. Ada kisah percintaan, komedi, fantasi, hingga petualangan, yang dibalut menjadi satu. Menyaksikan “Gnomeo and Juliet” tidak akan membosankan, sebab penonton akan terhibur dan terpana dengan kehidupan para gnome.
Dengan cukup berhasil mengadaptasi dan mengubah cerita sebuah masterpiece, “Gnomeo and Juliet” dianggap mampu menjadi sebuah animasi yang menjadi sebuah paket yang menarik, tidak hanya dari kisah, namun deretan pengisi suara, music, hingga pengaturan warna, yang akan mampu menghibur penontonnya dengan melihat lebih dekat sebuah dunia fantasi dari para gnome.
