Keberhasilannya memenangkan naskah terbaik pada ajang Cannes Film Festival tengah tahun lalu, membuat “The Substance” menjadi salah satu tontonan yang wajib tidak dilewatkan. Mengusung tema body horror, film ini akan membawa penonton ke dalam cerita transformasi gila dari seorang bintang.
Cerita akan diawali dengan memperkenalkan penonton dengan sosok Elizabeth Sparkle, seorang bintang yang diperankan oleh Demi Moore, yang dikenal aktif membuat kegiatan olahraga aerobik di televisi. Memasuki usia 50-an, tempat Ia bekerja berniat untuk menghentikan program yang telah dibawakannya sejak lama. Hal ini sampai membuat dirinya pusing saat berkendara, dan tertabrak parah.
Untungnya, Lizzie tidak apa-apa. Sepulangnya dari rumah sakit, Ia menemukan sebuah USB dengan bentuk yang misterius. Di apartemennya, Ia menyaksikan tontonan yang ternyata menawarkan sebuah obat yang mampu mengubah peminumnya menjadi muda. Awalnya, USB itu dibuang ke tempat sampah. Di tengah kondisi pikirannya yang serba tak tenang dengan ancaman turunnya tawaran karena sudah tak muda lagi, Elizabeth kemudian memutuskan untuk tertarik dengan obat tersebut, dan cerita pun bermula.
Film ini ditulis oleh Coralie Fargeat, dan kemudian disutradarainya. “The Substance” sendiri dihadirkan cukup panjang, sepanjang 141 menit, dengan penyajian yang terasa minimalis, modern, frontal nan kasar. Sepintas, saya mengaitkan film ini dengan “Poor Things,” terutama ketika bagaimana film ini membagi-bagi ceritanya. Ini belum termasuk dengan rangkaian kesadisan yang dihadirkan dengan mengunggulkan practical effect di sepanjang filmnya.
Horror yang satu ini sebetulnya lebih akan membawa kita seram dengan penyajian eksplisitnya yang relatif detil. Saat akan menggunakan obat khusus ini, sosok Elizabeth akan memperlihatkan penonton bagaimana Ia akan menyuntikkan tubuhnya. Yang paling menyeramkan adalah efek samping obat ini. Tubuhnya dari belakang mengeluarkan sebuah sosok, yang kemudian akan kita kenal sebagai Sue, diperankan oleh Margaret Qualley.
Selain seram, “The Substance” juga terbilang bukanlah film untuk semua. Film ini akan memberikan adegan yang lumayan panjang, yang menampilkan Demi Moore bertelanjang dari segala sisi, begitupula Qualley, serta para penari bertelanjang dada di acara malam tahun baru. Selain itu, film ini juga tahu betul bagaimana memancing penonton melalui adegan olahraga senam yang amat sensual.
Yang menarik dari penyajian “The Substance” adalah ketika film ini banyak mengunggulkan adegan-adegan ekstrim yang dihadirkan dengan kecerdikan teknis, yang membuat saya terpana. Misalnya, ketika Sue mencabut ketiga gigi depannya, yang penuh dengan rasa seram nan dramatis. Belum termasuk ketika adegan Sue menjedotkan Lizzie dengan penuh nafsu di kamar mandi secara bertubi-tubi. Saya rasa, salah satu adegan khas film ini adalah set kamar mandi serba putihnya yang dihiasi dengan sosok Sue ataupun Elizabeth yang terkapar dengan bertelanjang.
Dari sisi ensemble cast, “The Substance” menghadirkan kembali aktris Demi Moore setelah rasanya aktris 80-an ini langganan jadi Best Actress di Razzie Awards. Pada film ini, perlu diakui, ini merupakan salah satu penampilan akting Moore. Sosoknya yang sudah tidak muda lagi, akan berhasil mencuri perhatian penonton akan masalah pikirannya yang jadi pemicu bencana di film ini.
Menariknya, Moore didampingi Margaret Qualley, aktris muda yang juga bermain dalam “Poor Things,” yang hadir sebagai Sue, sosok Elizabeth yang lain. Qualley benar-benar akan mencuri perhatian. Tidak hanya dengan pesona seksi dan sensual, sosok Sue ternyata akan menjadi antagonis yang memicu konflik utama film ini.
Membahas penokohannya, karakter Elizabeth dan Sue akan membawa penonton ke dalam suasanya ala ‘Dr Jekyll and Mr. Hyde.’ Belum lagi dengan penyajian minimalis, yang makin bertransformasi secara destruktif pada karakter utamanya. Karakter yang tentunya akan lebih seram dari “The Elephant Man,” akan menggiring penonton lewat penutup yang saya rasa dikemas mirip horror klasik “Carrie.”
Pada akhirnya, “The Substance” memang akan amat menonjol dengan ceritanya. Permainan teror psikologis karakter utamanya akan membawa penonton dengan pengalaman yang amat tidak biasa. Kombinasi horor dengan pesona sensual yang kental tidak akan membawa penonton dalam rentetan pembunuhan yang sadis, layaknya menyaksikan film bergenre sama. Disini, penonton malah akan jijik dengan upaya Fargeat yang menghadirkannya sesadis itu, tetapi juga seberani itu.
Apakah layak jadi sebuah rekomendasi? Tentu saja. Pada akhirnya, terlalu banyak yang bisa dibahas dari “The Substance,” dan memang semenarik itu. Rasanya masih terlalu dini jika membahas awards season tahun ini, dan saya rasa akan mengunggulkan film ini untuk beberapa kategori, termasuk Best Original Screenplay, Best Actress in Leading Role, dan Best Actress in Supporting Role. In short, one of the best 2024 horror!