Tahun 2023 terbilang tahunnya Roald Dahl. Di penghujung 2023, tercatat ada banyak karyanya yang hadir. Sebut saja 4 film pendek yang sudah dibuat Wes Anderson, yang salah satunya “The Wonderful Story of Henry Sugar.” Di sudut yang lain, setelah 18 tahun, Warner Bros. pun menghadirkan prekuel “Charlie and the Chocolate Factory” melalui judul “Wonka.”
Willy Wonka, diperankan oleh Timothy Chalamet, adalah seorang pesulap yang juga sekaligus chocolatier, sebutan bagi mereka yang membuat coklat. Ia tiba di Eropa dengan semangat untuk menjadi pengusaha coklat. Kehadiran awalnya di Galeries Gourmet, kurang berhasil memikat. Apalagi ditambah dengan kehadiran tiga petahana chocolatier sebelumnya. Mereka adalah Arthur Slugworth, Gerald Prodnose, dan Felix Fickelgruber, yang ternyata diam-diam punya kartel cokelat.
Kegagalannya di hari pertama tak membuat Wonka menyerah. Ia pun harus kehabisan duit dan berupaya tidur di tempat duduk umum. Berkat bujukan Bleacher, diperankan oleh Tom Davis, Wonka memutuskan untuk menginap di penginapan milik Mrs. Scrubbit. Parahnya, Mrs Scrubbit, yang diperankan oleh Olivia Colman, punya aturan panjang buat para orang-orang yang ingin tinggal di penginapannya. Di malam tersebut, Wonka bertemu dengan Noodle, pegawai Mrs. Scrubbit yang diperankan oleh Calah Lane. Demi bisa menunaikan tuntutan biaya menginapnya, Wonka mencoba peruntungannya kembali, dan malah terjebak dalam jebakan Scrubbit.
Wonka gagal. Ia harus membayar tagihan dalam jumalh besar. Ia diperas dan dikurung di bawah penginapan. Ia harus bekerja menjadi seorang pekerja laundry bersama beberapa tawanan lainnya. Di tengah upayanya untuk menjadi seorang chocolatier yang sukses, Wonka mendapat bantuan Noodle untuk kabur. Ia pun berhasil kabur dan harus berhadapan dengan tiga pebisnis coklat yang berupaya menggulingkannya.
Film ini disutradarai Paul King, yang merupakan salah satu penggemar “Charlie and the Chocolate Factory,” baik yang versi klasik maupun modernnya. King mengadaptasi cerita buatan Roald Dahl ini dan mengembangkan kisahnya, sehingga Ia tidak hadir sebagai suatu adaptasi orisinil buatan Dahl. Sutradara yang sebelumnya sudah dikenal melalui “Paddington” dan “Paddington 2” menambahkan karakter-karakter baru, terutama para tokoh villain yang terinspirasi dari animasi lainnya.
Dari awal penyajiannya, “Wonka” terasa sudah membangun ekspektasi bagaimana film ini menghibur. Penonton dihadirkan lagu pertama, ‘A Hatful of Dreams,’ yang menyadarkan jika film ini akan bergerak dengan kemasan musikal, layaknya film pertamanya. Tentunya, track ‘Pure Imagination’ kembali dihadirkan dua kali di film ini. Mulai dari versi score-nya yang digubah Joby Talbot, dan versi terbaru yang dinyanyikan Chalamet. Tentunya, versi Chalamet cukup jauh berbeda dan lebih fresh dari versi orisinil yang dinyanyikan Gene Wilder.
Film yang hadir sepanjang 116 menit ini akan membawa penonton dalam dunia fantasi. Coklat-coklat terbang buatan Wonka di awal film saja sudah cukup memicu, apalagi ketika ternyata Ia mampu menerbangkan orang yang memakannya. Setting film ini pun cukup menarik. Seperti air mancur coklat, sampai toko coklat Wonka yang menggugah mata saya.
Chalamet pun hadir dengan menawan. Ia membuktikan jikalau dirinya adalah aktor yang serba bisa. Awalnya saya cukup ragu dengan aktor “Call Me By Your Name” ketika memainkan musikal. Namun, semenjak menyaksikan “Wonka,” Ia berhasil menciptakan sosok Willy Wonka yang berbeda dari dua pendahulunya.
Berhubung di produksi Warner Bros., tentunya ekspektasi kualitas yang dihadirkan “Wonka” terbilang tidak main-main. Adegan-adegan musikal yang kadang melibatkan segudang extras, ditambah dengan kehadiran ensemble cast yang juga kaliber Oscar. Misalnya kehadiran Olivia Colman yang sangat menghibur dan juga Sally Hawkins yang mencuri perhatian. Film ini juga menghadirkan Rowan Atkinson yang hadir diluar kemasan sosok ‘Mr. Bean’-nya, ditambah Hugh Grant yang tak disangka menjadi Oompa Loompa.
Dari ukuran musikal, lagu-lagu yang dihadirkan juga cukup memorable. Lagu-lagunya dikarang oleh Neil Hannon, yang beberapa syairnya ditulis Paul King dan Simon Farnaby. Dari ketujuh lagu orisinil versi film ini, ada beberapa yang cukup jadi favorit saya. Sebut saja ‘For A Moment’ yang mengombinasikan suara halus Calah Lane yang berduet dengan Chalamet. Favorit lainnya adalah ‘A Hatful of Dreams’ yang membuka cerita film ini dengan amat meyankinkan.
“Wonka” terbilang jadi salah satu yang saya nantikan di 2023. Sayangnya, saking terlalu dinantikan, film ini jadi kurang berhasil seperti ekspektasi saya. Cuma memang, minimnya film musikal di tahun ini, terbilang membuat “Wonka” cukup standout, dan jadi pesaing kuat film musikal lainnya “The Little Mermaid.” Yang terasa kurang berhasil, ada suatu momen yang membuat saya kurang antusias dengan ceritanya di bagian pertengahan, sebelum akhirnya ditutup dengan aksi yang cukup memuaskan.
Yang amat disayangkan, sebagai salah satu film yang diunggulkan Warner Bros. di musim penghargaan tahun ini, gagal memberikan satu pun nominasi Oscar untuknya. Film “Barbie” sudah jauh memukau sejak dari awal persaingan ketimbang “Wonka” yang baru hadir di penghujung tahun. Untuk ukuran suatu rekomendasi, “Wonka” hadir jadi tontonan segala usia yang membuat kita sing-a-long, terpana dengan aksi komedi dan keindahan fantasi akan dunia cokelat. Amazing!