Dilanjutkan dari penutup yang sedikit menggantung, “To All the Boys: P.S. I Still Love You” malah berubah menjadi sebuah disaster pada installment keduanya. Bagaimana tidak, film pertamanya berhasil membuat Saya kembali melirik romcom pada young adult yang kini agak sedikit dikecewakan. Bukan kekecewaan yang bersifat totalitas, tapi menyesalkan lanjutan yang terkesan begini aja.
Penonton akan kembali melanjutkan cerita cinta Lara Jean dan Peter, yang diperankan oleh Lana Condor dan Noah Centineo, yang merupakan salah satu sweethearts couple di sekolah mereka. Peter, punya banyak segudang perempuan yang mengidolakannya. Dilain pihak, Lara Jean, terbilang cupu dan amatir untuk urusan percintaan. Perempuan yang kini berhasil menjadi wanita pilihan Peter diperhadapkan dengan masalah yang cukup receh: Genevieve. Yup, di film sebelumnya, Gen, yang diperankan oleh Emilija Baranac, memang merupakan mantan Peter. FYI, ternyata Gen, Lara dan Peter juga sebetulnya sudah berteman baik sejak kecil.
Yang membuat kita sedikit menggantung adalah ketika salah satu pria pujaan hati Lara membalas suratnya. Ia adalah John Ambrose, diperankan oleh Jordan Fisher, salah seorang teman kecil Lara yang dikenal sebagai seorang U.N. Model student. Suatu hari, Lara terkejut dikarenakan surat yang diam-diam dikirim oleh saudarinya, Kitty, ternyata masih mendapatkan balasan. Kali ini ya dari John, yang menurutnya berisi penggalan kalimat-kalimat yang paling intense. Di saat yang sama, sekolah mereka memasuki masa dimana mereka melakukan aksi kerja sosial. Peter dan Lara Jean ternyata tidak bersama. Lara memilih untuk melayani para elder di Belleview. Tanpa disangka, ternyata selain dirinya ada sosok yang tak diharapkannya yang juga mengambil tempat yang sama.
Karena Saya tidak membaca novel Jenny Han, tentu ada banyak ekspektasi yang saya harapkan. Sayang, kita Lara Jean dan Peter di seri kedua hanya berisi tentang potensi orang ketiga dan juga pergolakan di dalam diri Lara yang selalu overthinking. Baiknya, kita semakin mengenal lebih dalam Lara dan pemikirannya. Tapi, jujur itu enggak penting. Buat tontonan romcom seperti ini, pasti yang penonton harapkan adalah moment-moment receh or romantis yang bikin kita happy. Sayangnya, apa yang dihadirkan malah tidak membuat kita se-excited dengan film sebelumnya. Bosan. Ya, sekali lagi. Membosankan.
Konflik yang diangkat sebetulnya cuma gara-gara pemikiran Lara, dan juga Ia masih sedikit jealous dengan kehadiran Gen. Padahal kalau dipikir-pikir, film ini engga terlalu ada konflik khusus. Kita juga akan berkenalan tentang sosok misterius John Ambrose. Karakter yang diperankan oleh Jordan Fisher ini, malah sekilas punya tampang yang mirip dengan Presiden Barrack Obama muda. Haha.. Sayang, walaupun terbilang Lara punya kesan yang lebih intense dengan John, sosok John di film ini tetap masih kalah jauh dengan pesona Peter.
Dari sisi penampilan, apa yang dihadirkan Lana Condor ataupun Noah Centineo terasa tidak ada sesuatu yang lebih berkesan. Keduanya seems fine and okay untuk ukuran chemistry, tapi ya begitu aja. Untuk urusan ciuman, mungkin lebih banyak disini, dan film ini tetap mempertahankan rating remaja kok. So, don’t expect too much ya for the love scenes.
Untuk ukuran penyajian, film ini dikemas dengan gaya romcom yang cukup standar, tapi di beberapa momen terasa hadir dengan set yang menarik. Ada tiga adegan yang masih berkesan buat saya. Pertama, ketika Lara dan Peter melepas lampion, disini saya merasa momen yang begitu romantis. Kedua adalah saat Lara dan John membuat malaikat salju, yang buat saya terasa begitu cepat. Terakhir, ketika Lara dan Peter sedang bertemu di Portland Aquarium. Khusus bagian yang ini, saya amat menyukai setting ketika keduanya menatap akuarium yang menerangi ruangan mereka yang gelap. So gorgeus!
Tapi, tetap, sebagai seseorang yang amat terhibur dengan film pendahulunya, edisi kali ini tetap mengecewakan. Mungkin penekanannya lebih ke plot. Andai saja, Jenny Han mau mengubah sedikit ceritanya menjadi lebih ada persaingan, yang saya rasa lebih seru bila diadakan. Kehadiran “To All the Boys: P.S. I Still Love You” malah membuat saya untuk berharap tidak ada kelanjutan lagi, agar franchise ini tidak semakin memburuk. A dissapointment!