Film yang akan kita bahas kali ini berjudul “Lonely Encounter,” sebuah film pendek dari Hong Kong yang menggali kesendirian dari koneksi seorang supir taksi dan mahasiswa. Berhubung negara kita hanya memiliki dua musim, musim panas dan musim hujan, tentu kita tidak dapat menikmati musim dingin dan semi. Melancong ke negeri orang tentu bisa jadi solusi buat mereka yang punya uang lebih. Sisanya, mungkin hanya bisa menatap layar kaca televisi ataupun streaming.
Sedari awal, film ini sudah menyiratkan kita dengan tradisi ‘Winter Solstice.’ Apa itu Winter Solstice? Ini merupakan salah satu hari perayaan bagi orang Tionghoa, ketika posisi Matahari mulai bermigrasi ke arah selatan. Pada hari inilah orang akan merasakan fenomena terang terpendek dan gelap terpanjang di dalam satu hari. Masyarakat Tionghoa, sebagaimana menjadi narasi pembuka film ini, memandang peristiwa ini lebih penting ketimbang tahun baru. Salah satu tradisi yang dirayakan adalah dengan menggelar makan malam bersama, suatu hal yang sebetulnya sudah tidak asing bagi kita orang Asia.
Film ini memperkenalkan kita pada seorang laki-laki, bernama Keung, diperankan oleh Tsiang Man Wei, yang sepertinya hidup sendiri. Ia menikmati mi instan sambil menyaksikan televisi yang membahas semarak menyambut winter solstice. Ia mematikan televisi, kemudian memanjatkan doa. Sepintas kita tidak akan memahami maksud awal film ini, namun terlihat jelas bila pria ini sedang hidup dalam kesendiriannya. Singkat cerita, Ia ternyata seorang supir taksi. Di malam winter solstice, Ia memutuskan untuk menarik penumpang.
Di sisi lain, kita akan menyaksikan potret sebuah keluarga di Macau, yang tengah mempersiapkan kegiatan makan malam mereka. Akan tetapi, seorang putra mereka, Hei, yang diperankan oleh Daniel Yau-Hin Lan, memutuskan untuk tidak ikut serta. Ia lebih memilih untuk kembali ke Hong Kong, menaiki bus, dan kembali ke asramanya. Hei, adalah seorang mahasiswa seni yang mendalami kegiatan melukis. Setibanya di Hong Kong, hari sudah gelap, jalanan pun sepi. Ia kemudian memanggil taksi, yang sebetulnya dibawa oleh Keung. Sedari sana, keduanya memulai perbincangan hangat mereka akan tradisi dan kehidupan.
Film yang ditulis dan disutradarai oleh Jenny Wan ini, adalah salah satu dari film pendek yang berkompetisi di International Film Festival and Awards Macao (IFFAM), dan berhasil menyabet penghargaan film pendek terbaik. Sedari sana, film ini juga menjadi salah satu judul yang dikurasi oleh IFFAM untuk kegiatan We Are One 2020.
Secara penyajian cerita, film yang berdurasi 23 menit ini, sekian kali menyebut kalimat ‘Winter Solstice’ seakan memberikan penekanan khusus akan tradisi ini. Secara penggarapan, apa yang dihadirkan oleh film ini memang masih terasa cukup amatir. Namun, dialog yang diperlihatkan kepada penonton terbilang lumayan. Saya menikmati perbincangan Keung dan Hei yang kadang terasa tarik ulur, namun dengan dasar masing-masing yang jelas. Sayangnya, “Lonely Encounter” masih terasa kurang memuaskan di beberapa sisi. Buat saya sih, kurang nendang. Walaupun demikian, sutradara Jenny Wan masih memiliki potensi yang besar setelah karya ini.