Sudah dinantikan dan hadir tidak terlalu lama dari film pendahulunya, “Avengers: Endgame” berhasil menutup cerita geng superheroes pujaan orang-orang. Film yang menjadi episode terakhir dari franchise “Avengers” yang telah dibesut oleh Marvel Studios sejak 7 tahun lalu ini akan cukup mengenyangkan penonton. Yah, bagaimana tidak. Film berdurasi 211 ini akan hadir untuk memuaskan para penggemarnya.
Cerita film ini masih melanjutkan kisah dalam “Avengers: Infinity War,” dimana Thanos, yang diperankan oleh Josh Brolin, telah berhasil melaksanakan misinya: menghabiskan setengah dari penduduk Bumi. Akan tetapi, Avengers tetap tidak tinggal diam. Anggota yang tersisa memburu keberadaan Thanos. Mereka yang terdiri Iron Man, Hulk, Black Widow, Captain America, Thor, Captain Marvel, Rocket dan Nebula berhasil menemui musuh utama mereka ini. Di tengah-tengah interogasi, Thor, yang diperankan oleh Chris Hemsworth, sudah keburu emosi dan dengan senjatanya langsung memenggal kepala Thanos. Wait. Wait. Jika anda sudah membaca sampai sini, ini tidak berarti cerita film berakhir. Kematian Thanos di bagian awal film ini hanya menjadi premis yang kemudian membawa penonton untuk menikmati petualangan Avengers tersisa dengan mesin waktu.
Saya tidak ingin membawa Anda semakin jauh dengan ceritanya, namun film ke 22 dari Marvel Cinematic Universe ini akan memberikan sedikit kejutan, sekaligus bagian yang memang benar-benar “akhir” untuk beberapa superhero. Yah, tebak saja sendiri siapa. Kisah film ini kembali ditulis oleh Christopher Markus dan Stephen McFreely, yang sebelumnya sudah cukup banyak andil dalam penulisan film MCU sebelumnya, termasuk “Captain America,” “Guardians of the Galaxy,” serta juga film pendahulunya, “Avengers: Infinity War.”
Membahas plot film ini, dengan durasi yang lumayan ciamik, penonton akan dibawa ke dalam dunia MCU yang benar-benar lengkap. Cerita film ini melibatkan seluruh lanjutan lapisan dnegan melibatkan hampir keseluruhan tokoh dari film-film sebelumnya, ditambah kehadiran kembali Hawkeye, yang diperankan Jeremy Renner, yang sempat hiatus sebelumnya. Baiknya, buat saya ini seperti sebuah pemuasan dari bagian-bagian sebelumnya, dengan pembangunan reka ulang yang terasa masih cukup menghibur, terutama ketika aksi di tiga tempat berbeda demi merebut kembali keenam infinity stone yang telah dikuasai Thanos.
Cuma, memang, patut dipungkiri, kadang ada beberapa bagian yang membuat saya merasa sedikit konyol. Misalnya, ketika para Avengers beraksi dan hampir saja kalah, ada sosok Captain Marvel yang tiba-tiba dengan hebatnya bisa melumpuhkan pesawat Thanos. Atau juga bagaimana cerita yang sebetulnya seperti diputar dari nol dan bisa selesai dalam satu film saja. Sejujurnya, namanya juga film terakhir, yang memang terasa terlalu pantas jika didesain untuk sangat memuaskan.
Kalau ngomongin ensemble cast-nya tentu ini bagian yang spektakuler. Terutama bagian editing yang membawa setiap lapisan diberikan andil cukup sepadan. Kalau dari sisi musik, score dari Alan Silvestri cukup menonjol hampir di segala sisi. Sedangkan, visual effects yang terbilang cukup merajai film-film MCU, pada beberapa bagian, terutama di bagian pendaratan beberapa pesawat induk di markas Avengers, menjadi adegan visual effects terlemah dari film ini. Adegan ini nantinya akan cukup kental dengan comedy sketch yang ditampilkan Ant-Man, namun terasa gagal buat saya untuk efek dihadirkan.
Untuk ukuran sebuah penutup, “Avengers: Endgame” terasa seperti pemadatan dua film MCU yang setelah dipikir-pikir terasa cukup dipaksakan untuk berakhir. Apalagi ngenes-nya cerita film ini seakan membawa ke babak baru yang membuat Anda tidak perlu untuk capek-capek mengejar ke-21 film pendahulunya. Walaupun demikian, “Avengers: Endgame” cukup memuaskan dari kesan ketergesaannya dan berhasil mempengaruhi kita untuk kelanjutan dari cerita yang telah usai ini. Bravo!