Setelah sukses dengan “Cek Toko Sebelah,” Ernest Prakasa hadir dengan sebuah drama dengan balutan penuh komedi yang berjudul “Susah Sinyal.” Di film ketiganya, komika yang kini terbilang sukses menelurkan film-film hits ini, membawa penonton dengan formulanya yang sama.
Film ini akan membawa penonton untuk masuk dalam kehidupan Ellen, seorang pengacara sukses yang diperankan Adinia Wirasti, yang juga seorang single mom. Awal opening credits film ini secara sekilas menceritakan background Ellen lewat beberapa frame-frame momen yang mudah diartikan penonton. Pernikahannya di usia dini membuatnya yang kini 30-an memiliki seorang putri yang sudah remaja, bernama Kiara, yang diperankan oleh Aurora Ribero. Ellen yang sibuk mengurus klien dibantu oleh sang Ibu, Agatha, yang diperankan oleh Niniek L. Karim, untuk mengasuh putri tunggalnya.
Setelah mengabdi selama 12 tahun, Ellen membuka kantor konsultasi hukumnya sendiri. Ia pun mengajak partner kerjanya, Iwan, yang diperankan oleh Ernest Prakasa. Singkat cerita, Agatha meninggal. Kepergian Agatha memberi kehilangan buat keduanya, terutama Kiara. Kiara yang kurang mendapat perhatian dari sang Ibu merasa cukup sendiri. Hebatnya, Ia merupakan seorang youtuber yang cukup terkenal. Lain halnya dengan Ellen. Sekarang Ia harus benar-benar bisa mendekatkan diri pada putrinya, sekaligus membangun usahanya yang masih terbilang baru.
Bila membandingkan dengan film-film Ernest Prakasa sebelumnya, “Susah Sinyal” mungkin adalah yang paling terserius buat saya. Mengusung Adinia Wirasti dan Aurora Ribero, keduanya terlihat jauh punya unsur dramatis ketimbang komedi. Film dengan konsep sederhana ini dikemas dengan formula yang sama: mengelilingi karakter-karakter utama dengan tokoh-tokoh yang jenaka. Alhasil, jadilah sebuah film komedi lain ciptaan Ernest.
Ernest memang tidak pernah membuat naskahnya sendiri. Selalu ada sentuhan partner in crime-nya, Meira Anastasia di setiap writing credits film-filmnya. Yang saya sukai dari keduanya adalah bisa mengemas cerita dengan apik, ringan serta menghibur. Anda tidak perlu khawatir, sebab Ernest selalu memasukkan humor-humor lewat cast-cast andalannya. Dari sekian banyak yang muncul, yang tampil standout di film ini adalah penampilan Dodit Mulyanto dan Aci Resti. Karakter keduanya yang bertolak belakang sering dimunculkan dan cukup memecah tawa, terutama ketika sura cempeng Aci sudah terdengar.
Walaupun hanya tampil sebentar, penampilan aktris senior Niniek L. Karim juga cukup memukau di bagian awal. Aktris yang dikenal awal penampilannya dalam film “Ibunda” ini bisa memperlihatkan penonton bagaimana Ia berhasil menjadi jembatan antara Ellen dan Kiara. Salah satu hal yang cukup membuat saya teringat adalah ketika Ernest dan Meira bisa memasukkan unsur film “Moana” menjadi salah satu perbincangan keluarga, sampai Agatha menolak untuk disamakan dengan nenek Moana.
Apa yang menonjol dari film ini? Tentu, selain penceritaan, film ini cukup menjual wilayah Sumba. Setting pesona nusantara cukup diekploitasi di film ini, dengan menghadirkan keindahan pantai, hamparan tundra, sampai Air Terjun Tanggedu yang dari primadona disini. Setting Sumba-lah yang mengaitkan relasi cerita Ellen dengan judul “Susah Sinyal.” Yup, film ini akan memberi cukup banyak perjalanan Ellen dan Kiara mengunjungi hotel milik Tante Maya, yang diperankan oleh Asri Welas. Keduanya menghadapi sebuah kondisi yang mengisolasi mereka dari kebiasaan mereka. Minim listrik sampai minim sinyal. Mau tidak mau keduanya ‘dipaksa’ untuk menikmati hari dengan kegiatan yang jarang mereka lakukan. Sebuah ide pengasingan diri yang patut dicoba!
Setelah setting, faktor ketiga yang cukup menonjol di film ini adalah soundtracknya. Yang paling menonjol adalah track unggulan dari TheOvertunes yang berjudul “Bukan Sekedar Kata.” Memang tidak terdiri dari banyak lagu, cukup 5 judul saja. Favorit saya berikutnya adalah “Untuk Mama” yang dinyanyikan Aurora Ribero dan hits mellow film ini, “Bila” yang dibawakan Ardhito Pramono.
Kalau membandingkan dengan film Ernest Prakasa yang lain, menurut saya “Susah Sinyal” hadir lebih baik ketimbang “Ngenest,” cuma masih kalah dengan “Cek Toko Sebelah.” Bicara singkat penampilan kedua tokoh utamanya, Adinia Wirasti dan Aurora Ribero berhasil memperlihatkan chemistry yang cukup manis dilihat seiring rekonsiliasi keduanya. Akhir kata, apa yang ditawarkan “Susah Sinyal” mungkin terlihat ringan nan jenaka, tetapi ketika dimaknai menjadi begitu dalam, terutama saat film mengulas perjalanan kematangan motherhood seorang Ellen.