Seperti judulnya, “License to Wed” berkisah tentang sepasang kekasih yang harus menjalani sebuah “ujian” sebelum mempersiapkan pekerjaannya. Film bertema komedi romantis ini memiliki kisah yang berpusat pada sepasang kekasih yang bernama Sadie Jones dan Ben Murphy.
Bagian awal film akan dibuka dengan sebuah narasi oleh Reverend Frank, yang diperankan oleh Robin Williams. Franks memulai menceritakan bagaimana seorang wanita bertemu dengan seorang pria, lalu hidup bersama, dan memutuskan untuk menikah. Ini digambarkan secara singkat bagaimana Sadie, yang diperankan oleh Mandy Moore, bertemu dengan jatuh cinta dengan Ben, yang diperankan oleh John Krasinski.
Ketika keduanya memutuskan untuk menikah, keduanya memilih Chapel St Augustine sebagai tempat pilihan mereka. Maklum, Sadie sudah mendambakan hal ini sejak Ia masih kecil. Ternyata, keputusan ini akan membawa mereka sebuah program pra-pernikahan yang dibuat khusus oleh Reverend Frank.
Program ini cukup menarik. Karena pasangan ini memutuskan untuk menikah kurang dari dua bulan, sekitar tiga minggu lagi karena jadwal pernikahan yang penuh, maka keduanya mendapatkan sebuah program kilat. Ada beberapa aturan utama, seperti harus saling menulis sumpah pernikahan mereka tanpa saling mengetahui serta aturan tidak boleh seks sampai hari pernikahan. Menurut Ben, aturan kedua adalah yang tersulit baginya.
Film ini akan memperihatkan penonton sebuah kelucuan diantara keduanya yang selalu mendapatkan tugas-tugas “aneh” dari sang Reverend. Mulai dari menjalani one day tour at hospital, untuk melihat bagaimana rasanya untuk melahirkan, lalu diakhiri dengan pemberian dua bayi robot berwajah jelek sebagai latihan mereka. Bagian ini cukup menarik robot bayi tersebut memiliki kemampuan layaknya bayi, yang sebetulnya tanpa mereka ketahui dikendalikan oleh Reverend Frank.
Sosok Reverend Frank memang terkesan antagonis pada awalnya. Dari sudut pandang Ben, Ia melihat pendeta ini seperti berusaha untuk menghancurkan rencana pernikahan. Tetapi bila dilihat dari sudut lain, Reverend Frank ternyata memiliki sebuah rencana yang baik. Walaupun pada akhirnya kedua berterima kasih dengan ujian pernikahan yang cukup sulit bagi keduanya.
Film ini sebetulnya lebih didominasi oleh sosok John Krasinski dan Robin Williams. Mandy Moore juga tampil lebih dewasa dibanding penampilannya di “A Moment to Remember”. Chemistry antara Moore dan Krasinski sebetulnya biasa saja, namun keduanya bisa menampilkan sentuhan-sentuhan komedi yang cukup garing dari keseriusan mereka. Berbeda dengan Williams, yang selalu hadir dengan ciri khasnya. Yang mencuri perhatian di dalam film ini adalah sosok choir boy asisten Reverend Frank, yang diperankan oleh Josh Flitter. Flitter yang masih kecil tampil seperti sosok “tuyul” yang menyeramkan buat pasangan ini.
Ada salah satu bagian yang cukup saya sukai dari film ini adalah musik acapella-nya, yang hampir mirip seperti musik dalam serial televisi “Glee” dan sejenisnya. Walaupun tidak memiliki lirik, menurut saya Christophe Beck menampilkan musik yang cukup sejalan dengan film-nya.
Dari kisahnya yang memang cukup sederhana, film yang selama 90 menit ini akan menghibur penonton. Film yang disutradarai Ken Kwapis ini memang tidak membosankan, dan dapat menjadi sebuah tontonan yang tepat di waktu luang.