Agak sedikit menyesal ketika Saya sangat terlambat untuk menyaksikan “Eternal Sunshine of the Spotless Mind.” Kisah cinta berbalut sci-fi yang dirancang trio Kaufman-Gondry-Bismuth berhasil menjadi sebuah tontonan yang cukup luar biasa, karena memang sengaja dikemas tidak biasa.
Penceritaan dalam film ini dimulai dengan sosok Joel Barish, diperankan oleh Jim Carrey. Ia adalah seorang pria yang cukup pendiam, kaku, dan sedikit pemalu. Ia baru saja berpisah dari kekasihnya sejak dua tahun yang lalu, dan bertemu dengan seorang wanita bernama Clementine Kruczynski, yang diperankan oleh Kate Winslet.
Clementine hadir sebagai sosok yang cukup agresif. Pertemuannya dengan Joel yang selalu bertemu di beberapa tempat, ternyata membawa mereka ke dalam sebuah hubungan singkat yang berujung menjadi cukup dekat. Sepulang dari menghabiskan malam dari dinginnya es dan tiba di depan rumah Clementine, Clementine bergegas mengambil sikat gigi untuk rencana menginap di tempat tinggal kekasih barunya. Uniknya, mereka sama-sama tidak menyadari bila mereka adalah mantan kekasih.
Penonton kemudian diajak kembali untuk masa 2 tahun yang lalu. Joel menerima sebuah surat dari sebuah klinik bernama Lacuna, Inc, sebuah merupakan tempat pengobatan tentang ingatan. Joel kemudian menyadari kalau Clementine sedang melakukan proses untuk menghapus seluruh hubungan denganya. Disaat yang sama, Ia juga mencoba untuk menghapus ingatannya akan Clementine, dengan melakukan sebuah prosedur yang di jalankan saat Ia tertidur.
Film buatan tahun 2004 ini memang bukanlah sebuah kisah cinta yang sulit ditebak ataupun dimengerti. Naskahnya yang dikemas Charlie Kaufman memang akan membuat penonton untuk sedikit berpikir dalam menyusun alur ceritanya yang sebetulnya flashback, serta menikmati petualangan Joel dalam usaha menghapus dan mempertahankan ingatannya. Di saat yang sama, karakter-karakter Lacuna, Inc. juga punya peran penting untuk menambah keseruan cerita ini.
Penceritaan dalam film ini sebagian besar diceritakan dari sisi Joel. Dari bagaimana keduanya kembali bertemu hingga kenangan-kenangan dari pikiran Joel. Sisanya, penonton akan diceritakan mengenai kisah para staf Lacuna, Inc. yang sedang menjalankan prosedural pada Joel, sehingga penonton akan ditayangkan situasi yang terlihat dalam realita dan yang terlihat dalam otak Joel.
Saya cukup tidak menduga dengan plot yang ditawarkan. Film ini cukup terpusat untuk memainkan emosi penonton, terutama ketika usaha Joel untuk mempertahankan ingatannya akan Clementine disaat Ia berusaha untuk menghapusnya. Tidak heran juga, atas keunikan ceritanya yang sangat orisinil, film ini berhasil meraih sebuah piala Oscar untuk Best Original Screenplay.
Kunci keberhasilan film ini memang tidak hanya berasal dari ide cerita hingga penggarapan menjadi naskahnya. Michel Gondry, sutradara film ini, juga cukup berhasil untuk memvisualisasikan aksi kejar-kejaran dalam pikiran yang akan membuat penonton untuk berpikir sedikit liar dan masuk ke dalam fantasi. Tidak sampai disitu, penampilan Carrey dan Winslet menjadi combo berikutnya.
Jim Carrey memang tidak hadir se-lelucon dan sekomik biasanya. Dalam film ini, Ia cukup berhasil untuk memadukan karakternya yang memang terbilang serius dengan chemistry romansa dengan Winslet yang patut dipuji. Sampai saat ini dari sekian film-film Winslet, mungkin Ia merupakan pemeran pria dengan chemistry terbaik setelah Leonardo di Caprio dalam “Titanic” untuk beradu akting dengan Miss Rose Dawson. Kalau bicara Winslet, yang juga meraih sebuah nominasi Oscar atas perannya di film ini, memang sudah tidak perlu diragukan. Karakter Clementine yang diperankannya berhasil jadi cukup ikonik lewat perubahan-perubahan warna rambutnya, yang sering berubah-ubah dalam setiap adegan ceritanya.
Pemain pendukung film ini juga tidak terlalu banyak. Ada Elijah Wood, Mark Ruffalo, Tom Wilkinson hingga Kirsten Dunst. Ensemble casts film ini juga cukup banyak melakukan improvisasi dalam ceritanya. Salah satunya adalah ketika adegan menari Ruffalo dan Dunst yang hanya mengenakan underwear di atas ranjang yang sedang ditiduri Carrey.
Film yang berdurasi tidak sampai 2 jam ini memang pantas dikatakan sebagai sebuah salah satu film terbaik: orisinalitas cerita, plot yang memainkan emosi, hingga kualitas penampilan akting yang sudah tidak perlu lagi diragukan. Superb!