“The Book of Life” menawarkan tiga buah tema cerita yang cukup menarik: cinta, pengampunan, dan kehidupan para orang mati. Ketiganya mewarnai ceritanya yang sebetulnya berada di dalam cerita lagi.
Semua berawal ketika kedatangan sekumpulan anak sekolahan yang mengunjungi sebuah museum. Perawakan mereka yang terkesan “anak-anak bandel” membuat seorang pemandu cantik membawa mereka ke sebuah tempat istimewa. Tempat itu merupakan tempat pertunjukan exhibit Mexico dengan salah satunya: kisah buku kehidupan.
Pemandu tersebut akan mengajak penonton untuk berkenalan dengan tiga karakter utama dalam film ini: Manolo, Joaquin, dan Maria. Manolo Sanchez, yang disuarakan oleh Diego Luna, adalah anak tunggal keturunan keluarga Sanchez, keluarga para matador. Sedangkan Joaquin, yang disuarakan oleh Channing Tatum, adalah anak seorang pahlawan kota San Angel. Sedangkan Maria, yang disuarakan Zoe Saldana, adalah seorang anak walikota San Angel. San Angel sendiri merupakan sebuah kota yang terletak di tengah-tengah Mexico, yang juga berada di pusat semesta.
Seperti yang sudah sempat Saya singgung, film ini menyinggung tentang kehidupan orang mati. Yup, di dunia yang lain, San Angel merupakan The Land of Remembered, yaitu istilah pada dunia arwah yang berisi para arwah yang dikenang. Tempat ini dipimpin oleh La Muerte, yang disuarakan oleh Kate del Castillo. Di sisi lain, ada wilayah yang disebut The Land of Forgotten, yang dikuasai oleh rekan El Muerte, Xibalba, yang disuarakan oleh Ron Perlman. Film ini mengambil sedikit ritual masyarakat Mexico yang melakukan perayaan hari orang mati yang dikenal sebagai Day of the Dead. Pada hari tersebut, anggota keluarga akan mengunjungi makam keluarga dan menghiasi makam dengan lilin-lilin ataupun sesajian.
Alkisah, suatu ketika, La Muerte dan Xibalba berencana untuk melakukan taruhan, yaitu menebak siapa yang akan menjadi pasangan hidup Maria. Kala itu, Maria dan kedua sahabatnya masih kecil. Xibalba tertarik dengan tawaran tersebut, dan bila Ia memenangkannya, Ia berniat untuk menjadi penguasa The Land of Remembered dan menukar dengan wilayahnya saat ini. Kesepakatan pun dibuat, La Muerte memilih Manolo dan Xibalba memilih Joaquin. Manolo meraih berkat dari La Muerte untuk memiliki hati yang murni dan pemberani. Sedangkan Xibalba berlaku curang dengan memberikan medali Medals of Everlasting Life yang membuatnya kebal atas segala serangan. Cerita kemudian berlanjut ketika ketiganya dewasa, yang masing-masing harus hidup berada di dalam bayangan keluarga mereka, perjalanan cinta dan usaha melindungi San Angel dari serangan Chakal, bandit terhebat.
Film berdurasi 95 menit ini, disutradarai Jorge R. Gutiérrez lewat ide ceritanya bersama Douglas Langdale. Tontonan ini punya cerita yang memang agak sulit ditebak ceritanya, karena Gutiérrez berusaha seakan memberikan harapan di atas segala ketidakmungkinan. Maklum, ini kan masih film. Akan tetapi, Saya menyukai bagaimana kesan komedi dihidupkan dalam animasi ini, lewat dialog-dialog fresh dan tingkah laku para pemerannya yang saling mendukung.
Banyak yang menarik dari film ini. Saya sangat menyukai bagaimana Gutiérrez menggambarkan segalanya dengan latar berbau Mexican, lalu bagaimana penggambaran karakternya yang memang tidak realistis, namun dibentuk dengan unik. Selain itu, musik yang dibuat oleh Gustavo Santaollalla akan membawa penonton benar-benar menikmati suasana Mexico, lewat iringan musik khasnya dan beberapa adaptasi lagu pop. Salah satu track yang menarik dari film ini adalah “No Matter Where You Are”, “I Love You Too Much”, ataupun “I Will Wait.” Tetapi, yang paling menarik bagi saya adalah “The Apology Song,” yang memang dikemas liriknya untuk sangat pas dengan cerita Manolo. I love how this song ends: “And if you can forgive, Love, love will truly live”
Secara keseluruhan, film ini menawarkan sebuah tontonan yang menyenangkan, menghibur sekaligus cukup berkesan. Cerita petualangan Manolo, Maria dan Joaquin tidak hanya akan sebatas kisah cinta, persahabatan, tetapi lebih dari pada itu. Kisah film ini cukup menyentil banyak aspek: tentang memaknai cinta, pengampunan, konflik keluarga, serta yang paling penting adalah dalam memilih pilihan dalam hidup. Yah, Seperti yang menjadi closing monologue dari film ini: “Go write your own stories.”
Animasi ini cukup unik dengan merangkai dunia orang mati, dunia orang hidup, serta dunia diantara keduanya dengan satu hal yang diatas segalanya: true love. Seperti satu kutipan dari La Muerte, “The worlds keeps spinning, and the tales keep turning, and people come and people go, but they’re never forgotten. And the one truth we know, it held true one more time… That love, true love, the really, really good kind of love never dies.” This is awesome!