Sebagai pengagum film-film musikal, rasanya semenjak “La La Land” gagal meraih Best Picture di ajang Academy Awards, belum ada lagi film musikal yang benar-benar fenomenal. Tahun ini, “Glitter & Doom” sebagai film independen mencoba peruntungannya sebagai andalan Music Box di musim penghargaan tahun ini.

Film ini terpusat pada dua karakter sesuai judul filmnya. Karakter yang pertama adalah Glitter, diperankan oleh Alex Diaz, yang merupakan seorang pria yang sedang mengejar cita-citanya untuk menjadi seorang badut. Ia selalu membawa kamera klasiknya sambil merekam aksi yang Ia harapkan terjadi di sebuah panggung.

glitter & doom
Courtesy of SPEAK Productions, Sin Sentido Films, La Palma de Oro Films, Music Box Films, PS Classics, TBD Pictures © 2023

Lain halnya dengan Doom, diperankan oleh Alan Cammish, yang juga sama-sama sedang mengejar mimpi. Di sebuah cafe bernama Le Fountaine, Doom berupaya berulang kali meyakinkan agar Ia bisa mendapatkan kesempatan rekaman dan dilirik. Suatu ketika, saat Doom gagal melakukan audisiniya, Ia melewati sebuah taman dan secara tak sengaja bertemu dengan Glitter, tanpa berkenalan. Pertemuan tersebut malah memicu Glitter yang kesambet love at the first sight.

Rasanya memang tak ada yang spesial buat Doom yang kesal dengan situasinya. Ia pun diajak oelh teman-temannya ke sebuah klub malam. Tak disangka, Glitter yang sendirian disana melihatnya, dan tak segan untuk mengajaknya berkenalan. Perkenalan keduanya lalu berlanjut menjadi kisah percintaan yang dibalut dengan musikal.

glitter & doom
Courtesy of SPEAK Productions, Sin Sentido Films, La Palma de Oro Films, Music Box Films, PS Classics, TBD Pictures © 2023

Sedari awal, tak ada ekspektasi yang terlalu besar dengan “Glitter & Doom.” Apalagi ketika kemudian menyadari jika film ini adalah sebuah film musikal. Film ini ditulis oleh Cory Krueckeberg, dan disutradarai oleh Tom Gustafon. Melihat penyajian, sebetulnya apa yang dihadirkan oleh “Glitter & Doom” terasa amat menarik. Saya menyukai bagaimana visualisasi adegan yang ditawarkan film ini.

Misalnya saja, ketika film ini menghadirkan set-set dengan kesan fresh, seperti saat mengusung tema alam dalam ceritanya. Begitupula saat keindahan cultural Mexico City yang dihadirkan dengan paduan warna-warna cerah, juga keindahan gemerlap dunia malam yang dihadirkan film ini. Begitu pula ketika efek-efek lighting meramaikan situasi, terutama saat membangun rasa ketika ter-highlight pantulan cahaya.

glitter & doom
Courtesy of SPEAK Productions, Sin Sentido Films, La Palma de Oro Films, Music Box Films, PS Classics, TBD Pictures © 2023

Sayangnya, dari aspek cerita “Glitter & Doom” kurang punya gigit. Ceritanya sudah punya formula yang menarik, ketika menghadirkan karakter yang punya sifat bertolak belakang, namun punya sama-sama hubungan yang kurang baik dengan ibu mereka. Eksplorasi masalah pribadi juga dilakukan film ini. Tapi, again, musikal yang terlalu mewarnai film ini seakan menutupi materi kisah cinta yang ingin diunggulkan.

Parahnya lagi, lagu-lagu yang diusung “Glitter & Doom” terasa enak didengar, namun bukan tergolong ke dalam lagu-lagu yang mudah dinyanyikan kembali, ataupun diingat dengan mudah. Saya justru lebih menyukai lagu-lagu dari “The Idea of You” yang justru bukan musikal, namun punya tracklist yang lebih catchy.

glitter & doom
Courtesy of SPEAK Productions, Sin Sentido Films, La Palma de Oro Films, Music Box Films, PS Classics, TBD Pictures © 2023

Bila membandingkan dengan musikal lain yang menawarkan cerita cinta, misalnya “Across the Universe,” film ini juga masih kalah. Setidaknya perlu satu lagu yang bisa outstanding, agar sebuah musikal bisa diingat. Sebut saja “The Worst Pies in London” dari “Sweeney Todd“, “The Trolley Song” dari “Meet Me in St. Louis,” ataupun lagu “Tiga Dara” dari klasik Indonesia “Tiga Dara.”

Dari aspek pemain, Alex Diaz jadi salah satu yang sudah saya kenal lebih dahulu dari seri “Oh Mando!” Pada film ini, penampilan yang ditawarkan Diaz sebetulnya perlu diapresiasi, terutama saat Ia memperlihatkan aksinya sebagai badut. Di sisi lain, upaya chemistry yang ingin Ia bangun dengan Alan Cammish terasa kurang terkoneksi. Apalagi ketika sosok karakter Doom yang lama-lama jadi drama queen di film ini.

glitter & doom
Courtesy of SPEAK Productions, Sin Sentido Films, La Palma de Oro Films, Music Box Films, PS Classics, TBD Pictures © 2023

Melihat upaya penyajian yang terasa menawan, tetap terasa tak mampu untuk mengusung kehebatan “Glitter & Doom.” Semua karena cerita yang terasa biasa saja, termasuk dengan lagu-lagu yang juga kurang everlasting. Belum lagi dengan penyajiannya yang hampir 2 jam, yang punya potensi membuat penonton terasa bosan. Alhasil, film ini akan menambah daftar panjang film-film musikal yang mudah terlupakan. Sangat disayangkan.

Glitter & Doom (2023)
PG, 115 menit
Musical, Romance
Director: Tom Gustafson
Writers: Cory Krueckeberg
Full Cast: Alex Diaz, Alan Cammish, Ming-Na Wen, Missi Pyle, Alejandra Pyle, Lea DeLaria, Tig Notaro, Amy Ray, Peppermint, Kate Pierson, Emily Saliers, Beth Malone
#840 – Glitter & Doom (2023) was last modified: Desember 9th, 2024 by Bavner Donaldo