Bioskop kerapkali jadi setting kisah-kisah film. Seperti persahabatan Alfredo dan Salvatore yang mengharukan dalam “Cinema Paradiso,” tempat bekerja Misha dalam “Chaperone,” maupun pembuka cerita komedi “Shortcoming.” Kali ini, Netflix menyajikan film asal Italia, “Nuovo Olimpo,” yang menawarkan romansa terlarang dari 70-an.
Kisah diawali dari kehadiran Pietro, diperankan oleh Andrea Di Luigi, yang mengunjungi sebuah set film. Ia sekilas bertatap mata dengan seorang pria, yang sedang mengatur barikade keramaian. Singkat cerita, Pietro mengunjungi sebuah bioskop bernama ‘Nuovo Olimpo.’
Bioskop kala itu amat sering dipakai sebagai ajang cruising para lelaki. Mereka pun tak segan bercumbu di toilet umum, dan bercengkrama di lorong bioskop. Tanpa diduga, Pietro bertemu dengan pria yang sebelumnya Ia temui. Ia adalah Enea, diperankan oleh Damiano Gavino, yang tak segan mengajaknya ‘melakukan’ di toilet bioskop. Malang, tawaran tersebut ditolak Pietro. Sebagai seorang yang dianggap pendatang baru, kehadiran Pietro memang cukup amat memikat bagi pria lainnya. Termasuk juga Ibu kasir yang bernama Titti, yang diperankan oleh Luisa Ranieri.
Semenjak pertemuan di bioskop, keduanya berjanji untuk kembali bertemu disana. Tentu saja, Pietro dan Enea bertemu. Enea pun nekat mengajak Pietro untuk ‘bermain’ di rumah temannya yang kosong. Dari sinilah keduanya memulai momen mereka. Pada waktu berikutnya, keduanya pun tak pernah bertemu, semenjak dipisahkan aksi protes ‘anni di piombo.’ Cerita pun berlanjut satu dekade berikutnya.
“Nuovo Olimpo” merupakan semibiografi yang ditulis dan disutradarai Ferzan Ozpetek. Ia mengemas kisah cintanya bersama Gianni Romoli. Sebelum membahas terlalu jauh, film ini dikemas memang bukan untuk semua. Cerita film ini akan mengisahkan tentang hubungan dua pria yang terpisah antara jarak dan waktu, selepas keduanya pernah bertemu dengan rasa untuk seterusnya. Memang malang, nasib berkata lain.
Dari penyajian “Nuovo Olimpo” dikemas dengan suguhan yang terasa manis, dan cukup eksplisit. Seperti bagaimana Enea yang hidup dengan status open relationship, yang membawa penonton menyaksikan Damiano Gavino yang tak segan bertelanjang bulat. Mengapa manis? Film ini menyajikan setting yang dikemas menarik. Sedari awal pun, “Nuovo
” sudah memberi kesan bagaimana penyajian akan berlanjut.
Mengingat bioskop menjadi salah satu setting utama film ini, “Nuovo Olimpo” akan menyajikan sederet beberapa film klasik asal Italia yang hadir disana, termasuk “Mamma Roma,” “Nella citta ‘inferno,” dan “Quando volano le cicogne.” Pekerjaan Enea yang diceritakan menjadi seorang sutradara terkenal juga jadi materi cerita yang sering dibahas. Termasuk tentang keadaan set, peristiwa meninggal Federico Fellini, sampai kecelakaan Enea, menjadi bumbu-bumbu pada ceritanya.
Sayangnya, alurnya yang memang berselang satu dekade, terasa dikemas cukup lompat-lompat. Tanpa ada penjelasan jelas, tiba-tiba karakter Pietro sudah menikah. Begitujuga Enea yang langsung jadi maestro. “Nuovo Olimpo” seakan memotong kisahnya, yang padahal mungkin bisa memperjelas ceritanya.
Dari segi penampilan, aktor muda Damiano Gavino hadir cukup maksimal dengan karakternya sebagai Enea. Gavino bisa hadir dengan berani, sekaligus tanpa ragu memerankan karakter dengan setting usia yang jauh dari umurnya. Gavino juga mampu mencuri perhatian setiap Ia muncul, termasuk ketika Ia menatap Pietro dengan mendalam.
Akan tetapi, karakter yang paling mencuri perhatian saya adalah Titti dan Alice, yang diperankan oleh Luisa Ranieri dan Aurora Giovinazzo. Titti jadi karakter pendukung yang punya karakter kuat, terlihat dari bagaimana Ia menyimpan emosinya akan dukungannya pada hubungan Enea dan Pietro. Di sisi lain, Alice jadi pelengkap Enea, sebagai teman spesial dan juga rekan kerja.
Salah satu momen menarik dalam ceritanya adalah ketika pertemuan keduanya secara langsung yang tidak disadari Enea. Ketika bagian ini dimulai “Nuovo Olimpo” serasa membawa saya dengan situasi yang sering kita saksikan di drama seri. Terlepas dari situ, saya cukup setuju dengan bagaimana film ini menutup kisahnya. Alhasil, “Nuovo Olimpo” memang cuma mau sebatas bergerak sebagai suatu romansa. So sweet!