Boneka Barbie selalu dikenal sebagai boneka yang memiliki rambut blonde, mata biru, tinggi, cantik dan sempurna. Ya sempurna. Barbie sangat melambangkan perempuan yang dengan kehidupan yang sempurna dengan rumah dan pernak-pernik serba pink. Sebagai anak yang used to love dengan boneka ini, kehadiran live actionnya membuat saya sangat untuk menonton langsung di bioskop. But is this live action just a “Barbie” movie? Or is this have anything special? Kita langsung kupas aja reviewnya.
Pada awal film, penonton akan diingatkan kembali tentang sejarah peradaban boneka anak. Mainan yang sering ditujukan untuk perempuan ini biasanya akan berbentuk bayi ataupun anak-anak, yang mana pemiliknya kadang berperan sebagai ibu. Hal inilah yang mungkin membuat perempuan lebih terlatih untuk memiliki sifat keibuan, sampai datanglah boneka Barbie yang dianggap mendobrak semua hal tersebut dan menjadikan anak perempuan memiliki mimpinya sendiri. Dan dari sinilah semua cerita tersebut dimulai.
Film kemudian masuk ke dalam dunia Barbie yang dikenal dengan sebutan Barbie Land. Di Barbie Land, ada banyak sekali Barbie dengan berbagai macam pekerjaan. Uniknya, mereka semua memiliki panggilan yang sama yaitu Barbie. Disini, karakter utama kita adalah Barbie yang diperankan oleh Margot Robbie. Point of view karakter inilah yang menjadi bahan cerita utama film ini.
Sampai suatu hari Barbie merasakan hal-hal yang janggal dari dirinya. Ia mulai memikirkan kematian, flat feet, sampai kemunculan stretch mark pada tubuhnya. Padahal, hal-hal tersebut bukan stereotype di kalangannya. Hingga akhirnya, Barbie memutuskan untuk mengunjungi Weird Barbie, yang diperankan oleh Kate McKinnon, untuk mendapatkan saran.
Weird Barbie menyarankan Barbie untuk pergi ke dunia nyata dan bertemu dengan pemiliknya. Dari sini, film “Barbie” baru terasa akan artinya. Awalnya, Barbie menolak karena Ia hanya bagian yang kalangannya yang sudah memiliki stereotype tersebut, dan Ia bukanlah Barbie petualang. Akan tetapi, demi menjadi sempurna, Ia pasrah pergi ke dunia nyata. Ia pergi bersama Ken, yang diperankan oleh Ryan Gosling, yang ternyata diam-diam masuk ke dalam mobil Barbie saat Ia hendak menembus portal dunia maya.
Saya pikir, “Barbie” akan menjadi tontonan yang akan membosankan. Saat masuk ke pertengahan cerita, ketika Barbie mulai menyadari akan dunia nyata, film ini terasa menjadi menarik. Barbie mengetahui bila pada dunia nyata, perempuan mengendalikan dunia. Di saat yang sama, penggambaran Ken yang terasa hanya sebagai pelengkap baginya, dari kesan julukan ‘He’s Just Ken,’ terasa berbeda di dunia nyata. Ia melihat apa itu patriarki dan bagaimana mereka menjadi pengedali di dunia nyata. Sampai akhirnya, Barbie bertemu dengan pemilik aslinya yang bernama Gloria, yang diperankan oleh America Ferrera.
Film garapan sutradara Greta Gerwig ini sungguh sangat memberikan kesan mendalam, khususnya untuk para perempuan. Dimana Gerwig mengangkat isu-isu mengenai feminisme, patriarki, kesehatan mental hingga stereotype Barbie yang dianggap terlalu sempurna dan tidak mewakili realita kehidupan perempuan di dunia nyata.
Sama dengan film garapan Greta Gerwig lainnya seperti “Little Woman” dan “Lady Bird,” di film ini walaupun Greta mengangkat isu-isu yang saya anggap cukup sensitif namun pesan-pesan kuat yang sensitif tersebut dapat tersampaikan dengan santai dan tidak terasa menggurui namun tetap menyentuh.
Dengan kesan “Barbie” yang selalu dianggap enteng, versi live action yang baru dirilis ini benar-benar bikin saya terkesan. Dilengkapi dengan tampilan cute dan semua serba pink ala Barbie serta adegan lucu dan deretan visual para bintang yang pasti satu diantaranya kamu kenal. Film Barbie ini pantes banget buat kamu nonton secepatnya di Bioskop sebelum turun tayang. Because it’s not just a Barbie movie!
