Menjadi sesuatu yang sifatnya ‘sambung’ selalu terlihat tidak mudah. Begitu pula dengan perempuan yang satu ini. “Other People’s Children” akan membawa penonton ke dalam sebuah drama dari seorang perempuan yang bersiap dengan hidupnya yang baru.
Perempuan ini bernama Rachel Friedmann, diperankan oleh Virginie Efira, seorang guru dan belum menikah. Usianya yang sudah menginjak kepala empat membuat dirinya untuk terus membuka harapan untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan. Dari suatu kegiatan latihan gitar, Ia bertemu dengan Ali Ben Attia, diperankan oleh Roschdy Zem, yang merupakan seorang perancang mobil.
Keduanya dekat, sampai suatu ketika Rachel bermain di tempat Ali dan menyadari jika Ali telah memiliki putri bernama Leila. Ketika hubungan keduanya sudah menjadi semakin serius, tak hanya sebatas pelampaian nafsu di ranjang saja, Rachel meminta Ali untuk memperkenalkan dirinya pada Leila. Dengan status sebagai pacar Ali, Rachel sedang mempersiapkan sosoknya sebagai ibu sambung untuk Leila. Bukan untuk mengganti peran Ibu Leila yang masih hidup, tetapi mengisi peran ketika Leila sedang bersama Ayahnya. Akan tetapi, perjalanan kisah Rachel tidak akan semudah itu.
“Other People’s Children” yang berjudul asli “Les enfants des autres” merupakan featured film kelima dari sutradara asal Perancis, Rebecca Zlotowski. Zlotowksi sendiri tidak lagi terbilang sebagai nama yang asing di dunia festival, mengingat beberapa karya sebelumnya sudah malang melintang. Sebut saja “Dear Prudence” ataupun “Grand Central” yang merupakan kolaborasinya dengan aktris “Blue is the Warmest Color,” Lea Seydoux.
Pada karya ini, yang merupakan bagian dari official selection untuk Venice Film Festival 2022, Zlotowski kembali menghadirkan cerita sosok perempuan, yang berasal dari pengalaman pribadinya. Dari segi penyajian, saya menyukai salah satu transisi unik dari Zlotowski dalam menutup setiap chapter cerita di film ini. Ia menggunakan bulatan hitam yang akan membesar ataupun mengecil seiring bergantinya babak.
Bicara alurnya, dengan mengusung waktu 103 menit, “Other People’s Children” terasa terlalu asik untuk mengulur inti ceritanya. Bila mengomentari judulnya, penonton seperti telah diperhadapkan dengan potensi konflik antara Rachel dan Leila, atau sebagaimana upaya Rachel untuk ‘menjinakkan’ Leila. Akan tetapi, alur cerita malah terasa melempem. Zlotowski terlalu asik untuk memperkaya penonton dengan cerita Rachel, yang seakan-akan membuat saya merasa jikalau pemilihan judulnya menjadi terasa kurang pas.
Sebetulnya, karakter Rachel terasa dimainkan begitu apik oleh Virginie Efira. Efira amat memperjelas posisi Rachel dalam situasi-situasi getir, tanpa perlu berdialog. Saya cukup paham bagaimana ketika Ia mendapatkan penolakan dari Leila si bocah kecil yang polos, ataupun ketika dirinya berupaya menenangkan Leila yang hanya ingin bertemu dengan Ibunya. Penonton akan menikmati begitu besar kebaikan Rachel untuk bertoleransi, demi menggapai kehidupan yang tak lagi single seperti yang Ia harapkan.
Pada budaya timur, tentunya rasanya akan sangat haram ketika seorang perempuan melahirkan anak tanpa orangtua. Apalagi bila sang perempuan hamil diluar nikah. Berbeda disini, “Other People’s Children” memperlihatkan cara pandang Rachel yang amat menginginkan bayi, sampai-sampai Ia harus bersedih sekaligus senang ketika sang adik tiba-tiba hamil. Pandangannya seakan tidak mempermasalahkan adik perempuannya yang malah cemas dengan status dan studinya. Rachel malah bangga, sebab Ia belum bisa mencapai titik tersebut.
Sayangnya, “Other People’s Children” baru akan membangun emosi ketika mood meter kita sudah melempem. Ketika ceritanya sudah kurang menarik, film ini malah memancing penonton melalui kejutan tak disangka yang malah menutup kisahnya, yang kemudian disertai dengan sebuah epilog. Buat saya, kejutan ini memang sangat menendang, namun saya sudah terlalu lelah untuk menyaksikan cerita yang hampir satu jam terasa monoton.
Menariknya, karena sosok Leila masih 4 tahun, jadi jangan harap akan ada drama adu mulut antara Ia dan Rachel. Kalimat-kalimat polos seperti ‘Why Rachel is always here?’ atau ‘I wanna she to go away’ menjadi terasa menyakitkan. Sebaliknya, Rachel dihadirkan sebagai pendatang baru yang mencoba mengambil hati Leila. Dan, Ia berhasil di saat yang tak tepat.
Menyaksikan film asal Perancis ini sebetulnya terasa menarik. Saya menyukai upaya Zlotowski dalam mengangkat dan mengeksplorasi kehidupan Rachel. Sayang saja, judul “Other People’s Children” terasa kurang tepat, mengingat film ini lebih asik membahas lika-liku Rachel ketimbang dinamika hubungannya dengan Leila. Film ini malah mempertegas pemikiran ini: ‘jikalau masih bisa mencari yang masih single, kenapa harus cari yang sudah pernah menikah? Kan, masih ada banyak ikan di laut.’ Setuju gak? Hehe…