Awalnya, sebagai salah satu penikmat franchise ‘Jurassic Park,’ kehadiran film ini menjadi salah satu momen nostalgia. “Jurassic World Dominion” terlihat dari luar sebagai sebuah film yang akan membawa penonton teringat dengan bintang ‘Jurassic Park’ yang kini veteran, digabungkan dengan duo Howard-Pratt yang jadi bintang di trilogy yang terbaru.
Pada edisi ini, penonton akan diperkenalkan dengan situasi yang baru. Manusia hidup dengan dinosaurus yang sedang berupaya beradaptasi. Claire Dearing, yang diperankan oleh Bryce Dallas Howard, kini aktif untuk bertindak dari aksi ilegal manusia pada hewan purbakala itu. Ia hidup bersama Owen Grady, diperankan oleh Chris Pratt, di sebuah kabin di pelosok Siera Nevada. Mereka berdua sambil menjaga Masie Lockwood, anak dari Benjamin Lockwood yang merupakan salah satu ilmuwan yang menemukan teknologi kloning dinosaurus.
Pada setting cerita ini, penonton akan diperkenalkan dengan Biosyn, yaitu sebuah perusahaan biotech yang juga terbilang jahat. Salah satunya adalah menculik Masie. Terlepas dari peristiwa tersebut, Ellie Sattler, salah seorang konsultan awal Jurassic Park yang diperankan oleh Laura Dern, kembali mengajak rekan masa lalunya, Alan Grant, yang diperankan oleh Sam Neill, untuk dapat menumpas penjahat dibalik ancaman krisis pangan global. Satler untungnya mendapat akses dari Ian Malcolm, sosok dari installment kedua yang diperankan oleh Jeff Goldblum.
Film yang ditulis dan disutradarai Colin Trevorrow ini terlihat dari awal terasa dipaksakan. Mengangkat masalah dinosaurus yang berupaya beradaptasi dengan kehidupan manusia ini yang memberi kejanggalan. Dalam benak saya, bila manusia telah terganggu dengan dinosaurus, seharusnya kehancuran dunia jauh lebih cepat tidak seperti yang ditampilkan film ini.
Secara alurnya, film ini terasa seperti nostalgia. Akan ada sisi petualangan dari karakter-karakter comeback, trio Sattler-Malcolm-Grant, yang terasa berbalapan dengan petualangan Grady-Dearing. Oh iya, di film ini terdapat karakter pendukung tambahan, yaitu Kayla Watts dan Ramsay Cole, yang diperankan DeWanda Wise dan Mamoudou Athie. Alhasil, film ini tidak seperti film-film sebelumnya yang memperlihatkan kesan game of survival yang seringkali menewaskan supporting role-nya. Bedanya, di film ini terasa begitu soft, semua ensemble cast tampak sempurna sampai di akhir film.
Dengan mengusung durasi hampir lebih dari 2 jam, film ini tepat sekali menjadi tontonan pengiring tidur. Sebagai seseorang sejak dini cukup amaze dengan franchise ini, film ini tampil seperti sebuah kegagalan. Saya tidak merasakan sesuatu yang terhibur sedikitpun, terlepas dari kehadiran trio veteran ini. Aksi dinosaurus yang dihadirkan juga tidak akan membuat melongo. Dari sejak awal kemunculannya, kualitas CGI yang dihadirkan terasa begitu kasar, seraya mengingatkan saya dengan sinema dari 2000-an, sebut saja “The Golden Compass.”
Kehadiran ‘Blue’ si dinosaurus juga kurang amat dimaksimalkan dalam penceritaannya. Padahal, salah satu yang saya tunggu dari film selanjutnya adalah bagaimana kelanjutan Blue. Disini terlihat betul jika penulis cerita sudah kehilangan fokus dan kerumitan cerita yang dibuat, dan jadi tidak berkesan sama sekali.
Walaupun dari sisi scoring digawangi Michael Giacchino terasa lumayan, hasilnya, “Jurassic World Dominion” is a big NO. Ini sebuah kekecewaan. Film ini seperti amat tidak layak untuk menjadi bagian dari trilogy ‘Jurassic World.’ Saran saya, mohon jangan teruskan lagi franchise ini bila kualitasnya seperti ini. Jika membandingkan dengan franchise ‘Top Gun’ yang baru-baru ini dilanjutkan, ini seperti perbandingan langit dan bumi. It was too bad.