Kehadiran e-Sport juga bukan jadi sesuatu yang asing. Saking hebatnya, beberapa jenis game sampai dipertandingkan berskala internasional. Yang bikin wow lagi adalah ketika e-Sport sekarang juga sudah dianggap sebagai suatu olahraga. Sebut aja, Asian Games yang memperkenalkan e-Sport sebagai salah satu cabangnya yang didemonstrasikan. Menangkap fenomena tersebut, ada film baru dari Thailand berjudul “Mother Gamer” yang akan membawa kita ke dunia e-Sport. Check this out!
Cerita film ini terpusat pada seorang Ibu bernama Benjamas, diperankan oleh Piyada Akaraseni, yang hidup bersama putra tunggalnya, Ohm, yang diperankan oleh Tonhon Tantivejakul. Singkat cerita, Benjamas diundang ke sekolah putranya karena diundang sebagai orangtua dari murid paling prestatif pada hari Ibu. Sayangnya, sebelum acara dimulai, Ia tak sengaja mendengar jika Ohm ternyata merupakan seorang pemain game terkenal. Bukannya bangga, Ia malah kesal ketika menyadari selama ini Ia dibohongi putranya. Saat bertemu dengan Ohm, perempuan ini mengutarakan segala kekesalannya dan meminta Ohm untuk berhenti dari kegiatan permainannya.
Bam! Masalah dimulai. Ketika momen yang dinanti akan membanggakan sang Ibu malah berubah jadi petaka. Ohm menghilang. Ohm pun melampiaskan kekesalannya dikarenakan Ia selalu berupaya untuk memenuhi segala keinginan Ibunya. Benjamas kemudian dibawa Ohm ke markas e-Sport tempat Ia bergabung. Benjamas kemudian diperhadapkan suatu situasi yang sulit: Ia gagal menghentikan anaknya. Bila Ohm berhenti, Ia harus menanggung kerugian sebesar gaji Ohm selama 12 bulan ke depan. Akhirnya, Ohm berupaya fokus untuk berlatih demi lolos memenangkan di babak Nasional. Ia lalu melakukan aksi protes untuk diam dan tak mau berbicara dengan sang Ibu. Di lain pihak, Benjamas menyiapkan sebuah keputusan yang amat tak terduga.
Film yang hampir berdurasi 2 jam ini merupakan sebuah kemasan yang ditujukan khusus bagi para remaja, sekaligus orangtua yang berusaha memahami e-Sports. Dari segi cerita, karakter Benjamas punya daya tarik yang menambah keseruan cerita. Dengan premis sebagai seorang guru Matematika yang ceritanya super disiplin, tiba-tiba diperhadapkan dengan situasi yang membuatnya tidak disiplin. Ini menjadi semakin menarik, apalagi ketika Ia memutuskan untuk membuat sebuah klub e-Sports demi bisa berinteraksi dengan sang Anak. Kasih Ibu memang tiada batas yah.
Konflik antara Benjamas dan Ohm mungkin akan hanya tampil sebentar di bagian awal. Yang membuat film ini menarik adalah ketika Benjamas masuk ke dunia game, dan harus menghabiskan kegiatannya dengan pro gamer yang seusia putranya. Walaupun kadang dipikirkan kayaknya agak tidak mungkin, tapi jangan kuatir. Sebagai seseorang yang sempat aktif sebagai gamer, banyak lho Ibu-ibu yang pro. Potret Benjamas disini mungkin lebih cocok pada Ibu-ibu yang sama sekali engga pernah menyentuh game.
Secara pengemasan, apa yang dihadirkan oleh sutradara Yanyong Kuruangkura ini sedikit mengingatkan saya pada film Indonesia, “Terlalu Tampan.” Penceritaannya yang cukup komikal dengan gaya pewarnaan sejenis, menjadi lebih hidup ketika film ini banyak memasukkan unsur modern art di dalam production designnya. Alhasil, jadilah sebuah film modern yang engga terkesan serius-serius amat. Berhubung kombinasi karakter yang ditawarkan cukup unik, lewat penggambaran keunikan anak jaman now, film ini punya pemilihan ensemble cast yang cukup cerdik. Saya amat menyukai penampilan Piyada Akaraseni yang masih bisa menyeimbangkan pemeran pendukung yang lain.
Sebagai sebuah suguhan, “Mother Gamer” menjadi menarik buat saya ketika banyak membahas sosok Benjamas. Sisanya, ini adalah tontonan yang amat renyah. Anda engga perlu terlalu mikir untuk menikmati penceritaannya. Akan tetapi, saking terlalu renyahnya, dibeberapa sisi kesan komedi yang ditawarkan jadi kurang menggigit dan gagal memecah tawa. Cuma, “Mother Gamer” patut diapresiasi sebagai cara untuk memperkenalkan orangtua dengan fenomena baru ini.
Mother Games (2020)
118 menit
Action, Comedy
Director: Yanyong Kuruangkura
Full Cast: Piyada Akaraseni, Lapat Ngamchaweng, Thanabat Ngamkamolchai, Tonhon Tantivejakul, Weeraya Zhang, Suphawat Chuanrungroj