Setahun telah berlalu, dan penonton film Indonesia kembali dihadirkan dengan “kelanjutan” kisah sensasional Pidi Baiq lewat sepasang karakter unggulannya, Dilan dan Milea. Di film ketiganya, mengusung judul “Milea: Suara Dari Dilan” seolah membawa penonton ke dalam kelanjutan cerita cinta yang kadang bikin penonton klepek-klepek dengan rayuan gombal nan berbaku mereka.
Ketika film pertama bercerita dari sisi Dilan, dan kedua bercerita dari sisi Milea, kali ini Dilan melanjutkan kembali ceritanya. Film ini memulai 40 menit pertamanya dengan adegan-adegan yang sudah pernah kita saksikan sebelumnya, namun dengan selipan-selipan beberapa bagian yang tidak pernah kita lihat. Buat saya, adegan yang diperlihatkan dalam cerita ini seperti menjadi hal yang memperjelas dari cerita mereka terdahulu. Misalnya, ketika bagaimana Dilan tiba-tiba bisa di kantor polisi, ataupun bagaimana Dilan yang sedang terluka bisa ditemukan Milea di kantin Bi Eem.
Yah, hampir sebagian besar bagian dari film ini sudah pernah kita saksikan. Such a wasting time. Really. Jika ada bagian yang memperjelas kisahnya, terasa seperti penambah bumbu yang tidak terlalu berguna. Pidi Baiq, sutradara film ini, semakin menegaskan jika Ia memang pandai untuk menjadi seorang sutradara sinetron stripping. Ga percaya? Coba tonton film ini dan rasakan kesamaan dengan trik pengulangan yang sering dipakai sinetron negeri kita yang sekali tayang bisa 3 episode sekaligus. Muantaap kabeh!
Nyesel deh. Ya, nyesel. Selain hanya menemukan gombalan Dilan yang semacam diulang dan sama, cerita asli atau lanjutan film ini hanya terasa di bagian akhir. Saran saya, jika tidak mau kehabisan waktu, kalian cukup masuk di menit ke 60 film ini sampai habis. Gak perlu takut, kalian tidak akan ketinggalan ceritanya selama sudah menyaksikan dua film pendahulunya.
Berhubung tampilan dan rasanya sama seperti pendahulunya, saya tidak menemukan sesuatu yang spesial dari akting para cast-nya. Parahnya lagi, musiknya itu lho yang terlalu over dramatizing ceritanya. Begitu juga lagunya, mungkin jika dibuat kelanjutannya, monggo dicari penyanyi yang lebih bagus suaranya. Sayang sekali, tampilan layar yang sudah dihiasi aktor dan aktris muda yang enak dilihat malah dirusak dengan suara pas-pasan dari belakang layar.
Sebuah rekomendasi? Rasanya tidak. “Milea: Suara Dari Dilan” jauh lebih buruk dari ekspektasi, walaupun tidak se-membosankan “Nanti Kita Cerita Hari Ini” yang review-nya sampai tidak mau saya tulis. Film ini lebih terasa sebagai sebuah recap dua film pendahulunya, ketimbang sebuah sekuel. Totally a crap!