Ngomongin Heavy Metal, salah satu anak dari genre rock yang sama sekali bukan aliran saya ini, sudah cukup identik dengan gaya musiknya yang keras, cowo banget, sekaligus suara yang terkesan kumur-kumur campur rusuh. Ampun. Genre ini memang bukan favorit saya sama sekali. Tapi, saya sempat ingat beberapa band yang terkenal, semua berkat ‘Guitar Hero’ dari hampir sedekade silam. Sebut saja, ‘Metallica,’ ‘Deep Purple,’ hingga ‘Black Sabbath.’ Saya pun juga ingat, ketika ‘Lordi’ terpilih mewakili Finlandia dan berhasil memenangkan festival Eurovision 2006. Kali ini, ada film dari negara asal ‘Lordi’ yang berjudul “Heavy Trip,” yang hadir dengan mengawinkan tema heavy metal dan komedi. Bagaimana jadinya ya?
Dari sebuah desa kecil di Finlandia, penonton akan berkenalan dengan sebuah band lokal tanpa nama yang lahir ‘tanpa diharapkan.’ Vokalis utama mereka, Turo, yang diperankan oleh Johannes Holopainen, sudah cukup kenyang dengan hinaan ‘homo’ yang kerapkali diucapkan para haters mereka. Maklum, rambut panjang ala hippie terasa tak lazim di perkampungan mereka. Gaya rambut ini mungkin hanya lazim bagi ketiga personil lainnya: Jynkky, Pax, dan Lotvonen. Keempatnya sering melakukan latihan mereka di ruang bawah tanah kompleks rumah potong Rusa milik Lotvonen. Mengutip perkataan ayah Lotvonen, latihan mereka sanggup menakuti rusa-rusa di rumah mereka.
Tak ada hujan, tak ada petir, tiba-tiba datanglah seorang pria bergaya koboi metal yang menyambangi kediaman Lotvonen. Ternyata, Ia merupakan salah seorang koordinator festival metal Norwegia. Jynkky, yang diperankan oleh Antti Heikkinen, dengan sigap langsung menyambar bapak tersebut sambil menyerahkan kaset demo mereka. Tanpa konfirmasi yang pasti, keempatnya pun mengira jika mereka sudah diterima menjadi pengisi dalam festival tersebut. Sontak, seisi desa pun tahu, dan mereka menjadi sensasional. Akan tetapi, band yang kemudian menyebut diri mereka dengan nama ‘Impaled Rektum’ ini, tidak mengetahui seberapa berat perjalanan di depan mereka. Oops!
Awalnya, saat adegan latihan band menjadi salah satu adegan pertama film ini, dalam benak saya sudah terisi dengan pertanyaan apakah ini akan menjadi film yang serius seperti latihan mereka, atau ada kejutan lain? Ternyata jawabannya, yang kedua. Film yang disutradarai Juuso Laatio dan Jukka Vidgren ini berhasil membuat saya bertahan hingga akhir. Keduanya menghadirkan cerita dengan setting heavy metal namun lewat pembawaan komedi yang hadir secara spontan, ataupun dari adegan menjijikan yang masih wajar untuk dinikmati.
Dari segi cerita, perjalanan ‘Impaled Rektum’ memang berat. Akan ada suka dan duka, sekaligus kekonyolan-kekonyolan yang mewarnai di dalamnya. Penonton pun akan melihat transformasi Pasi menjadi Xytrax, yang menurut saya cukup mirip dengan gaya personil ‘Kiss.’ Termasuk, komedi situasi yang kerap dihadirkan. Salah satu favorit saya ketika band ini memutuskan untuk membuat photo shoot dari kamera pengawas jalanan milik polisi. Tanpa pikir panjang!
Film ini juga sebetulnya menyentil masyarakat. Terutama bagaimana masyarakat mulai menerima kehadiran Impaled Rektum, ketika mereka menyadari dengan pencapaian baru band amatir tersebut. Menariknya, mereka sama sekali tidak tahu musik yang mereka sanjung, sebab yang mereka tahu band-nya Turo adalah band berprestasi. Hahaha…
Film ini tidak hanya bicara tentang heavy metal dan perjalanannya, tapi juga akan berbicara tentang percintaan Turo, persaingan dengan Jouni, pekerjaannya, sampai masalah pribadinya: melawan ketakutannya sendiri. Dari sekian bumbu-bumbu tambahan ini, yang saya sukai, film ini tidak kehilangan arah dan cukup terfokus dengan tujuan utama ceritanya.
Dari dialognya, penonton akan cukup banyak menemui lelucon-lelucon dan omongan-omongan jorok, yang mungkin akan membuat anda terasa tidak nyaman. Salah satunya yang masih teringat benak saya saat ayah Lotvonen menyamakan arti kehidupan dengan klitoris. Tuh kan… Saya hanya merasa orang-orang di dalam film ini terlalu berani mengekpresikan maksud mereka, tidak seperti orang kita yang mungkin terhambat dengan kesan ‘sungkan.’
Karakter di film ini terbilang tidak banyak, cuma berhasil digali dengan simple. Cara film ini untuk memperkenalkan empat tokoh utamanya di awal film, terbilang cukup bekerja. Turo yang kurang pede, Jynkky yang inspiratif, Pasi yang jenius, dan Lotvonen yang teledor. Kombinasi keempatnya cukup membuat cerita lumayan hidup, apalagi saat perilaku mereka yang kadang bertindak tidak jangka panjang dan serba nekat.
Bicara penggarapannya, saya suka cara film ini yang sama sekali tidak hadir dengan nanggung. Biarpun sudah dengan setting pemandangan Finlandia dan Norwegia yang begitu memukau, ya sekalinya konyol, ya tetap konyol. Begitulah cara film ini bercerita dan masih terbilang menghibur. “Heavy Trip” merupakan tontonan yang cukup segar, walaupun bukan sebuah favorit, film ini memang benar-benar tidak mau nanggung. It’s a kind of weird, but a very nice try!
Thanks to Music Box Films for providing the screener. “Heavy Trip” will be release limited in USA and video-on-demand services on October 5, 2018.