Dua tahun sebelumnya, kisah Rangga dan Cinta dalam “Ada Apa Dengan Cinta 2” ternyata dilanjutkan untuk menjawab kerinduan para penggemarnya. Tidak mau kalah. Soraya Intercine Films melalui “Eiffel… I’m in Love 2” juga meneruskan kisah Adit dan Tita setelah 15 tahun film ini dirilis. Walaupun rasanya terkesan seperti agak dipaksakan, kisah film ini akan melanjutkan hubungan long distance relationship keduanya setelah 12 tahun.
12 tahun? Ya. 12 tahun. Perlu kencang-kencang menyebutkannya, karena pemaksaannya terasa terlalu. Mungkin jika lebih realistis, paling tidak 15 tahun, sesuai dengan rentang seri pertama dan keduanya. Entah kenapa, angka 12 mungkin yang terpilih oleh Donna Rosamayna, penulis skenario film ini, yang terasa cukup fetish dengan nilai ini. Maklum, hampir sepanjang film hampir beberapa kali, angka 12 selalu disebut-sebut. Rasanya, seperti mau mengingatkan penontonnya yang seperti orang bodoh, kalau setting film ini sudah dari 12 yang lalu lhooo!
Cerita Adit dan Tita ternyata tetap berlanjut dibatasi dua benua. Yang satu, masih hidup dalam kondisi super protektif kedua orangtuanya walaupun sudah menjadi seorang dokter hewan. Itulah Tita, karakter lugu, polos, yang sepertinya sudah menempel pada sosok Shandy Aulia. Satunya lagi, yang dikenal dengan kepala plontos dan sifatnya yang galak, Adit, yang diperankan oleh Samuel Rizal, kini hidup sendiri di Perancis sepeninggal yang ayah. Walaupun berjauhan, keduanya masih untuk berhubungan via telepon. Apa lagi dengan pertanyaan Adit yang akan membombardir Tita seperti: “Kamu tadi kemana? Sama siapa? Ngapain aja? Trus makan apa?” dst.
Disisi lain, Tita sekarang cukup dekat dengan salah satu sahabatnya, Adam, diperankan oleh Martino Lio. Adam terlihat cukup agresif untuk mencari perhatian Tita yang kerapkali seperti menolak, seakan mencari harapan dari keinginan pujaan hati yang sebetulnya sedang menunggu pinangan. Akan tetapi, sebuah rencana keluarga Tita untuk pindah ke Paris seperti membuka peluang lebar akan hubungannya dengan Adit. Yes! “Bisa tiap hari ketemu Adit.”
Film yang kini disutradarai Rizal Mantovani ini, akan cukup membawa penonton ke dalam sebuah situasi ‘reuni.’ Mulai dari memperkenalkan karakter lama dengan peran asli mereka secara detil, sampai adanya beberapa sosok baru yang memerankan karakter lama. Begitu juga, seperti film Indonesia kekinian, latar kota Paris terasa begitu dijual hingga akhir. Yang agak saya sayangkan sebetulnya adalah opening credits film ini. Hampir 3 menit, penonton harus menyaksikan nama demi nama dengan potongan-potongan dari film pendahulunya. Mungkin ini terkesan untuk menguapkan kembali ingatan penonton, tapi kayaknya ini sudah agak kelamaan sih.
Urusan lagu, masih digawangi Melly Goeslaw dan Anto Hoed. Cuma bedanya, disini ada 8 tembang dengan dua versi recycle dari pendahulunya. Tentu, ini jumlah yang sangat jauh dari 12 judul lagu di film sebelumnya. Bicara lagunya, mungkin yang terasa paling catchy buat saya “Ujung Rindu” bersama “Pujaanku” dan “Tak Tahan Lagi” yang sudah lumayan memorable.
Kalau bicara ceritanya, jika dilihat sebagai sebuah ‘reuni’ tentu “Eiffel… I’m in Love 2” terasa menarik dari bungkus. Sayang saja, cerita yang dihadirkan terasa cukup dangkal. Begitupun dengan cast orang ketiga yang kurang terlalu menendang. Andai saja karakternya punya banyak nilai ‘lebih’ dari Adit, pasti akan lebih seru. Apalagi ketika di awal film kita menyadari kalau Tita yang sudah mau 30 masih dalam proteksi orangtua 24 jam. Wah, ini sih kelewat konyol buat saya.
Untung saja, Shandy Aulia dan Samuel Rizal masih dapat mempertahankan chemistry mereka. Kombinasi karakter Tita dan Adit yang kerapkali bertengkar, namun saling mencintai, bisa cukup menghidupkan cerita dengan sedikit gelak tawa. Saya suka cara Adit dalam usaha memahami Tita, walaupun kadang seringkali tidak sesuai dengan harapan Tita. Misalnya saat Adit memberi kejutan edisi ‘candlelight dinner’ mereka di Paris, suatu malam.
Akhir kata, hanya Tita dan Adit yang memang bisa menyelamatkan film ini. Termasuk latar Paris. Sisanya, cerita asli karangan Rachmania Arunita ini dilanjutkan dengan amat sangat dipaksakan. Ini yang amat saya sayangkan. Apalagi mendengar alasan semuanya saat memasuki akhir cerita. Kesimpulan saya: Adit sebetulnya memang belum siap menikah.