Tragedi keluarganya membuat Cyd akan menghabiskan beberapa minggu dengan sang tante. “Princess Cyd” menghadirkan sebuah coming-of-age dari seorang Cyd dalam mengeksplorasi sekaligus memulihkan dirinya.
Cyd Loughlin, diperankan oleh Jessie Pinnick, adalah seorang gadis yang mahir bermain sepakbola. Ia akan memulai petualangan barunya di Chicago, untuk bertemu dengan sang tante, Miranda Ruth, yang merupakan seorang award-winning novelist. Sambil mengenakan sebuah backpack dan koper, Ia bertemu dengan saudari Ibunya setelah sekian lama.
Pertemuan yang sudah begitu lama ini, menghadirkan situasi yang cukup awkward. Apalagi, Ibunya baru saja meninggal, dan sekarang Ia tinggal di rumah tempat Ibu dan tante Miranda dibesarkan. Disana, Ia juga berkenalan dengan Anthony James, award-winning journalist yang diperankan James Vincent Meredith. Anthony merupakan seorang duda beranak satu yang juga rekan kerja Miranda.
Cyd memulai kegiatannya dengan berlari. Ia mengitari kota hingga akhirnya tersesat, dan kemudian menemukan sebuah café. Disanalah Ia menanyakan petunjuk untuk kembali, sekaligus bertemu dengan Katie Sauter, diperankan Malic White, seorang barista yang memikat dirinya dalam pandangan pertama.
“Princess Cyd” di rilis pada 4 Mei 2017 di Maryland Film Festival. Film ini merupakan featured film ke-10 Stephen Cone, dimana Ia menggarap ceritanya, memproduseri, sekaligus menyutradarainyainya. Kebetulan ini merupakan film Cone pertama saya, dan saya menikmati ceritanya yang dikemas dengan dialog-dialog ringan, akan tetapi terus memancing keingintahuan saya.
Bicara ceritanya, saya suka dengan karakterisasi kedua tokoh utamanya. Kombinasi Cyd yang cukup terbuka dengan Miranda yang pemikir bebas menjadi menarik untuk disimak. Saya terkejut saat Cyd dengan mudahnya dan terkesan biasa ketika Ia mengutarakan pada Miranda kalau Ia tertarik secara seksual dengan Katie. Woww…
Sepanjang 96 menit penonton akan menelusuri perjalanan Cyd yang sebetulnya traumatik dan bagaimana Ia bisa membangun hubungannya dengan Miranda. Begitupun dengan kehadiran Katie, love interest di film ini yang tampil dengan gaya boyish-nya. Saya juga cukup tertarik lewat cara Miranda sebagai seorang wanita independen saat Ia berusaha memahami, pemikirannya sampai menegur Cyd.
Overall, saya lumayan menyukai “Princess Cyd.” Film ini hadir dengan tata sinematografi yang terbilang oke, dengan dominasi warna yang cerah. Tidak berbasa-basi dan hadir menarik dari kesederhanaan ceritanya, bagaimana dua perempuan yang sama-sama ‘hilang’ bisa secara tidak langsung untuk saling mendukung dan memulihkan kehidupan mereka masing-masing. So lovely!
Thanks to Rob Scheer from Brigade Marketing for providing the screener. Princess Cyd will be release under Wolfe in New York and Chicago on November 3rd, and Los Angeles on December 1st.