Berawal dari sebuah kisah pendek pemenang Nebula Award, “Arrival” hadir sebagai salah satu film science fiction terbaik dari 2016. Kali ini, penonton akan dihadapkan dengan benda dari luar angkasa berbentuk piring melengkung yang menjulang tinggi, dan cukup mengancam bagi para penduduk bumi.
Sosok heroine dalam film ini adalah Dr. Louise Banks, seorang ahli linguistik yang diperankan oleh Amy Adams. Kehadiran benda tersebut membuatnya terpilih sebagai staf ahli lewat Kolonel Weber, yang diperankan oleh Forest Whitaker. Adanya interaksi dengan makhluk tersebut membuat pemerintah memerlukan para ahli yang mampu berinteraksi dan menerjemahkan bahasa ‘tamu’ asing ini.
Louise tidak sendiri. Ia ditemani seorang scientist bernama Ian Donnelly, yang diperankan Jeremy Renner. Keduanya kemudian berkenalan dengan makhluk yang mereka beri nama Abbot dan Costello. Menariknya, kehadiran ini ternyata tidak mengancam Montana saja. Ada sebanyak 11 benda sejenis yang tersebar. Mulai dari Jepang, China, Sierra Leone, Pakistan, hingga negara lainnya. Usaha untuk mengumpulkan informasi untuk mengetahui tujuan para ‘hectapod’ ini dilakukan, dan diwarnai dengan penggalan-penggalan memori Louise, putri dan kehidupannya.
Menyaksikan “Arrival” sebetulnya mengingatkan saya dengan klasis Steven Spielberg “Close Encounter of the Third Kind,” yang juga bercerita tentang usaha manusia untuk ‘berkenalan’ dengan makhluk asing. Bisa versi klasik bermain dengan nada, versi modern ini hadir dengan permainan simbolisasi bahasa Hectapods, yang berbentuk seperti lingkaran namun merupakan gabungan dari banyak arti.
Saya suka bagaimana film ini bercerita, dengan meneror penontonnya untuk memancing rasa ingin tahu dan membuat mereka menjawab pertanyaan tersebut sambil mengambil kesimpulan mereka sendiri. Plot yang dikemas oleh Eric Heisserer sangat apik, dengan menampilkan cerita yang awalnya tidak terduga untuk mengarah kesana. Penonton tidak akan mengira kalau selipan-selipan yang dihadirkan sepanjang film ternyata punya makna tersendiri untuk memecahkan ‘pertanyaan’ yang saya maksud.
Begitupun dengan Amy Adams. Adams berhasil menghadirkan sebuah kualitas award-level performance, dengan berperan sebagai linguistik yang dituntut untuk menguasai bahasa alien dalam waktu singkat. Ketika cerita sudah meyakinkan ditambah akting pemeran utama yang mendukung, sudah jadi modal kuat film ini. Sebagai salah satu penggemar Amy Adams, saya rasa Ia pantas untuk menyebut penampilannya dalam film ini sebagai salah satu yang terbaik dari lead actress sepanjang 2016. Begitupun dalam kariernya, disini Amy lebih menjanjikan ketimbang di “American Hustle” yang hadir lebih seksi.
Akan tetapi dari segala penokohannya, yang cukup membuat saya heran adalah karakter Koloner Weber yang diperankan Forest Whitaker. Karakter yang dihadirkan sebagai perwakilan dunia militer ini seakan tidak memiliki “power” dan becus dalam artian saya. Weber seakan terlalu ‘lembek’ pada Banks walaupun sering memperlihatkan sikap kemiliterannya. Alhasil, penokohannya seakan dibuat-buat, analoginya mungkin seperti beruang beringas yang memiliki hati lembut.
Bicara teknis filmnya, film yang disutradarai Denis Villeneuve ini berhasil mencuri perhatian saya. Pertama, mulai dari tata sinematografi Bradford Young karena berhasil mengejutkan saya saat adegan interaksi pertama Banks dan Donnelly dengan Abbott dan Costello. Lalu juga editing film ini oleh Joe Walker yang berhasil menampilkan selipan-selipan tersebut penuh arti. Juga, setting desain produksi dan kostum, mulai dari markas temporer, desain pesawat asing tersebut hingga kostum para perwakilan yang didominasi warna orange. Tidak ketinggalan, musik Johann Johannsson terus meneror lewat musik mencekam demi mendukung suasana film yang kadang tampak begitu sepi.
“Arrival” menghadirkan sebuah konsep baru dalam menikmati film-film bertema makhluk luar angkasa: untuk tidak langsung memandang mereka sebagai musuh ataupun ancaman. Film ini adalah satu dari yang terbaik di sepanjang 2016 buat saya. Yang membuat saya terkesan adalah ketika sosok Dr. Louis Banks berusaha untuk menerima segala hal yang akan menimpanya, yang sudah diketahui lebih dulu, dan akan sangat menyakitkan untuknya. She accepts the future, even she know it will hurt her!